Metode Penyuluhan Pertanian

Posted by Unknown Selasa, 01 September 2015 1 komentar


MODUL PEMBELAJARAN

METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN PERTANIAN


 












DOSEN PENGASUH

YOPY IMENUEL ISMAEL, SST, M.M
       NIP. 19811204  200812  1  003















PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN LAHAN KERING
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERIKUPANG
2015

A.    Nama Mata Kuliah
:
METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN
      No. Kode Mata Kuliah
:
PPL 20407
      Bobot SKS
:
3 (1 + 2)
B.     Deskripsi Mata Kuliah

:
Mata kuliah ini dirancang untuk mahasiswa semester IV Program studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering, yang m Mata kuliah ini dirancang untuk mahasiswa semester IV Program studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering, yang mempelajari tentang: Ragam metode penyuluhan, ragam teknik penyuluhan, dasar teoritis dan proses pemilihan metode dan teknik penyuluhan, aplikasi metode dan teknik penyuluhan. Jenis-jenis  metode dan teknik penyuluhan
C.    Kompetensi Umum Mata Kuliah
:
Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat menerapkan metoda dan teknik yang tepat sesuai dengan permasalahan, situasi dan kondisi yang ada.
D.    DESKRIPSI
Metoda dan teknik penyuluhan adalah kumpulan dari berbagai cara proses penyuluhan yang dapat diterapakan sehingga penyuluhan tersebut menjadi lebih efektif dan efisien. Pemilihan metoda dan teknik tidaklah selalu sama menurut waktu dan tempat, tetapi tergantung pada permasalahan, situasi dan kondisi yang ada. Suatu metoda tertentu akan lebih efektif bila sesuai dengan permasalahan yang ada, tetapi sebaliknya sekalipun menggunakan metoda yang canggih tidak berarti apa-apa bila kurang relevan dengan konteks yang ada. Karena penyajian materi metoda dan teknik penyuluhan ini menjadi hal yang penting di pelajari dalam proses penyuluhan tersebut.


Kupang, 23 Maret  2015
Dosen Pengasuh Mata Kuliah

Yopy Imenuel Ismael, SST, M.M
NIP. 19811204 200812 1 003


BAB I
TINJAUAN UMUM METODA DAN EKNIK PENYULUHAN

A.    Pendahuluan
Penguasaan kualitas keterampilan disertai pembinaan semangat kerja, disiplin dan tanggung jawab. Rendahnya produktivitas disebabkan antara lain karena tingkat pendidikannya rendah, sehingga untuk meningkatkan kualitasnya diperlukan pendidikan yang cocok bagi para petani bukan melalui jalur pendidikan formal di sekolah, tetapi melalui jalur pendidikan non formal yang bersifat kemitraan, pemecahan masalah dikelompok, keputusan bersama dengan anggota kelompok, belajar lewat pengalaman, melakukan, mengalami, dan menemukan sendiri, teori dan praktek di lapangan,
Berbagai metode penyuluhan pertanian yang telah dikembangkan oleh Institusi penyuluhan pertanian di Indonesia sejak ”tempo doeloe” sampai sekarang merupakan khazanah pengetahuan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Untuk itu perlu dibahas berbagai metode penyuluhan pertanian yang pernah diterapkan di Indonesia hingga kini sebagai bahan acuan bagi para penyuluh pertanian, pengelola penyuluhan pertanian dan para peneliti serta pihak terkait yang menaruh minat pada perkembangan dan pengembangan penyuluhan pertanian.

B.     Pengertian Metode Penyuluhan Pertanian
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara penyampaian materi penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Metode penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar oranag dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.
Metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncakan. Setiap orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikannya.
Namun dilain pihak, penggunaan kombinasi dari berbagai metode penyuluhan akan banyak membantu mempercepat proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak metode  penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu. Kombinasi metode penggunaan metode komunikasi (baca:penyuluhan) juga dilakukan pada “kelompencapir”. Dalam operrasional di lapangan, kelompencapir menggunakan bernagai cara/metode komunikasi yaitu metode komunikasi banyak tahap (multi step of communication) yaitu arus komunikasi mengalir daqri media masyarakat kepada pemuka masyarakat, dari pemuka masyarakat secara “tatap muka” disalurkan kepada anggota kelompencapir melalui diskusi-diskusi kelompok tentang topik yang dibahas oleh media massa, dan selanjutnya disebarkan kepada khalayak secara bersilang dan menyeluruh.
Metode Penyuluhan Pertanian  Wahyuti (2006) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, metode sering diartikan sebagai “cara”, dan teknik diartikan sebagai “prosedur”, dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penyuluhan pertanian merupakan cara menyampaikan penyuluhan kepada sasaran (pelaku utama dan keluarganya) agar kegiatan penyuluhan memiliki greget dan mendorong pelaku utama dan keluarganya untuk berubah pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Kusnadi (2011) menyatakan bahwa Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh  pertanian kepada petani  beserta anggota keluarganya  baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan terdiri  dari   sejumlah  simbol  dan  isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan dll.  Dilain pihak  simbol  dapat diartikan kode kode yang digunakan pada  pesan.  Simbol yang mudah diamati  dan paling banyak digunakan  yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi  pesan dan simbol yang digunakan  pada  pesan  dapat  dikatakan  teknik  penyuluhan  pertanian.

C.    Tujuan Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian merupakan kegiatan pendidikan dengan tujuan untuk mengubah perilaku klian (petani dan keluarga) sesuai dengan yang direncanakan atau diinginkan yakni upaya pemberdayaan klien agar lebih berdaya secara mandiri. Untuk mencapai maksud tersebut kegiatan penyuluhan harus dapat menimbulkan perubahan perilaku petani dan keluarganya.
Proses belajar mengajar seseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di dalamnya. Hal in dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya memperolehhasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui indera peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan 83% melalui indera penglihat.
Dalam mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu proses untuk mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melalui serangkaian pengalaman mental fisikologis sebagai berikut :
1.      Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yangditawarkan oleh penyuluh
2.      Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginan untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatuyang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3.      Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4.      Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yanglebih luas.
5.      Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.
Salah satu alasan mengapa kita menggunakan metode penyuluhan pertanian adalah sasaran yang akan diberi penyuluhan pertanian cukup beragam baik pada tahap perkembangan mental, keadaan lingkungan dan kesempatannya. Dengan keragamannya sasaran tersebut maka perlu dipilih dan digunakan metode penyuluhan pertanian yang sesuai dengan kondisi sasaran.
Jadi tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah : agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani & anggota keluarganya dapat berdayaguna & berhasilguna serta untuk membantu para penyuluh pertanian dalam menyampaikan materi penyuluhan pertanian kepada petani beserta keluarganya bisa diterima secara efektif oleh petani dan bisa menimbulkan perubahan-perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan





BAB II
PENGGOLONGAN METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN

Pada prinsipnya metoda penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan macam-macam pendekatannya :
A.    Penggolongan  Dari Segi Komunikasi
            Metoda penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :
1.      Metoda-metoda yang langsung (direct Communication/face to face Communication) dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan ditempat peternakan, dirumah, dibalai Desa, di Kantor, dalam kursus tani, dalam penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.
2.      Metoda-metoda yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media).
B.     Penggolongan  Berdasarkan Indera Penerima
Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1.      Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.
2.      Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran pertanian melalui radio dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.
3.      Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya:
a.       Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba)
b.      Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba)
c.       Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)
Metode-metode yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan
Dalam hal ini pesan dilampirkan melalui penglihatan, contoh : Pesan yang tertulis, Pesan yang bergambar, dan Pesan yang terproyeksi: seperti film/slide tanpa penjelasan vocal/bisu, sedangkan metode-metode yang disampaikan melalui pendengaran dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran, contoh : Siaran pedesaan melalui radio/TV Hubungan telpon
Pidato, ceramah, rapat.
Metode yang disampaikan melalui beberapa macam alat indera secara kombinasi dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran bisa melalui pendengaran, penglihatan, diraba, dicium ataupun dikecap secara sekaligus, contohnya: demonstrasi, peragaan dengan penjelasan, dan lain-lain
C.    Penggolongan Berdasarkan Pendekatan  Kepada Sasaran
1.      Metode berdasarkan pendekatan perorangan   
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Contohnya :
a.       Kunjungan ke rumah petani, ataupun petani berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.
b.      Surat menyurat secara perorangan.
c.       Demonstrasi pilot.
d.      Belajar perorangan, belajar praktek.
e.       Hubungan telepon
2.      Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.
Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran Contohya :
a.       pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai desa, dan lain-lain.
b.      Perlombaan.
c.       Demonstrtasi cara/hasil.
d.      Kursus tani.
e.       Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.
f.       Karyawisata.
g.      Hari lapangan petani (farm field day).
Ciri khusus metode kelompok :
a.       Menjangkau lebih banyak sasaran
b.      Penyatuan pengalaman petani
c.       Memperkuat pembentukan sikap petani
d.      Pertemuan dapat diulang
e.       Keterlibatan petani bisa lebih aktif
3.      Metode berdasarkan pendekatan massal
Metode pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.
Contohya :
a.       Rapat (pertemuan umum)
b.      Siaran pedesaan melalui Radio/TV
c.       Pemuatan film/slide
d.      Penyebaran bahan tulisan : (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebgainya)
e.       Pemasangan Foster dan Spanduk
f.       Pertunjukan Kesenian
Beragamnya metode penyuluhan bukan berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian metode yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan. Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari ketiga metode tersebut (Setiana, 2005), yakni:
Tabel 1. Keuntungan dan kerugian metode penyuluhan perorangan, kelompok dan massal
Metode
Keuntungan
Kerugian
Penyuluhan perorangan
Ø  Waktu lebih efisien
Ø  Adanya persiapan yang mantap
Ø  Komunikasi tersamar
Ø  Sifatnya lebih formal
Ø  Pengaruhnya relatif sukar
Ø  Relatif lebih mudah diukur mengorganisasikan
Penyuluhan kelompok
Ø  Relatif lebih efisien, pertanian berkelompok
Ø  Komunikator tidak tersamar
Ø  Masalah pengorganisasian
Ø  Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok bersama
Ø  Kesulitan dalam pengorganisasian aktivitas diskusi
Ø  Memerlukan pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis
Penyuluhan massal
Ø  Tidak terlalu resmi, pertanian massal
Ø  Penuh kepercayaan
Ø  Langsung dapat dirasakan
Ø  Memakan waktu lebih banyak
Ø  Biaya lebih besar
Ø  Bersifat kurang efisien pengaruhnya

























BAB III
PERTIMBANGAN DALAM PEMILIHAN METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN

Keberhasilan penggunaan metode penyuluhan pertanian  salah satunya ditentukan oleh tepatnya penyuluh dalam mempertimbangkan berbagai faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode penyuluhan itu sendiri.  Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan tersebut antara lain adalah:
1.      Karakteristik sasaran
2.      Karakteristik penyuluh
3.      Karakteristik keadaan daerah
4.      Materi penyuluhan pertanian
5.      Sarana dan biaya
6.      Kebijaksanaan pemerintah
Dalam mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami suatu proses penerapan (adoption) yang merupakan proses mental yang dapat dilalui dalam lima tahapan, yaitu:
1.      Tahap  mengetahui  dan  menyadari  (awarness),  dimana  seseorang  menyadari adanya    sesuatu   ide   atau   teknologi   baru   dan   merasa   tergugah   untuk mempelajarinya.    Selanjutnya,   ia   mencoba   mengembangkan  ingatan   atau pengetahuannya tentang ide atau teknologi baru tersebut.
2.      Tahap minat (interesting), dimana seseorang yang sudah tergugah untuk mempelajari tentang ide atau teknologi baru selanjutnya tumbuh minatnya, yaitubertanya ke sana ke mari atau mengajukan respon, mengumpulkan keterangan- keterangan lebih lanjut dalam rangka mengembangkan pengertiannya.
3.      Tahap menilai (evaluation), dimana seseorang yang telah tumbuh minatnya lalu bertanya kepada dirinya sendiri  dan melakukan penilaian secara subyektif tentang untung atau ruginya kalau akan menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya.   Penilaian tersebut dia lakukan berdasarkan pengertian-pengertian yang diperolehnya dari tahap berikutnya.
4.      Tahap mencoba (trial), dimana seseorang yang telah berhasil mencapai tahap menilai,  dan  berkesimpulan bahwa  ide  atau  teknologi  baru  yang  dipelajarinya ternyata menguntungkan, maka akan mencoba menerapkan ide atau teknologi baru tersebut dalam skala kecil sehingga timbul keyakinannya karena telah mengalami sendiri.
5.      Tahap   menerapkan  (adoption),   dimana   seseorang   yang   telah   yakin   akan menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya dalam praktik nyata atau dalam usaha skala yang sebenarnya.
Kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu berbeda-beda.Demikian pula tahap perkembangan mentalnya, keadaan lingkungan dan kesempatannya juga berbeda-beda.Oleh  karena  itu,  perlu  dipilih  metoda  penyuluhan pertanian  yang berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam pemilihan metoda penyuluhan pertanian, pertimbangan-pertimbangan yang harus diambil didasarkan pada:
1.      Karakteristk Sasaran
Agar pesan dapat sampai dengan baik kepada sasaran, maka perlu diperhatikan kondisi sasaran.   Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbang-kan dalam memilih metoda penyuluhan pertanian, antara lain: 1) tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran, yaitu pengalaman bertani, pendidikan, dan tingkat adopsinya.   Misalnya, apabila dalam suatu wilayah kerja penyuluhan terdapat sejumlah sasaran yang tingkat pendidikannya sangat rendah atau sebagian besar
”buta huruf”, tentunya tidak dapat menggunakan penyebaran bahan bacaan tulisan.
Selain itu, pengalaman (pengetahuan) dalam kegiatan usaha tani yang sudah lama akan berbeda dengan petani yang masih tergolong pemula, demikian pula dengan tingkat adopsinya. Dari tingkat penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pengalaman, yang dapat kita identifikasi ternyata sasaran berada pada tahap menilai; ini berarti bahwa pendekatan yang kita harus gunakan adalah pendekatan kelompok, dengan alternatif yang dapat dipilih antara lain, kombinasi antara kursus tani, pemberian bahan bacaan, ceramah dan demonstrasi.Dapat pula dilakukan dengan kegiatan karyawisata atau diskusi kelompok.
2.      Karakteristik Penyuluh
Sebagai mitra sasaran (petani), penyuluh pertanian sering disebut sebagai: fasilitator, dinamisator, organisator, katalisator, moderator dalam proses pembelajaran.    Untuk  dapat  melakukan  ini  semua,  penyuluh  pertanian  harus memiliki kemampuan menggunakan metoda penyuluhan pertanian yang berdayaguna dan berhasilguna.   Di samping itu, penyuluh pertanian juga harus memiliki  kemampuan penguasaan teknologi atau  ide  baru  (inovasi)  yang  akan disuluhkan dalam arti pengetahuan, sikap   dan keterampilan yang dimiliki perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penyuluhan pertanian yang tepat.
Saat ini, berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor : PER/02/MENPAN/2/2008, penyuluh pertanian terbagi dua yaitu: Penyuluh Ahli dan Penyuluh Terampil.   Kriteria ini, disesuaikan dengan pangkat/jabatan dan beban tugas yang akan diemban oleh penyuluh pertanian.
3.      Karakteristik Daerah
Karakteristik  daerah  yang  perlu  dipertimbangkan adalah  keadaan  musim (agroklimat), keadaan usaha tani, dan keadaan lapangan. Keadaan musim akan berpengaruh terhadap metoda penyuluhan pertanian yang digunakan.   Misalnya, pada musim kemarau yang panas sekali dan tidak ada penanaman di lapagan, kita tidak dapat melakukan kegiatan demonstrasi di lapangan, tapi sebaiknya dilakukan di  rumah petani. Sebaliknya pada  musim penghujan di  beberapa daerah lebih banyak kegiatan di lapangan.  Jadi pemilihan metoda penyuluhan pertanian harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Keadaan usaha tani di suatu daerah akan turut mempengaruhi penetapan metoda penyuluhan pertanian.  Misalnya penyuluhan pada waktu pengolahan lahan akan berlainan dengan penyuluhan pada saat panen dan pasca panen.   Metoda penyuluhan pertanian hendaknya dipilih  sesuai dengan tahapan perkembangan usaha tani yang berada dalam rentang waktu siklus usaha tani.
Keadaan lapangan juga perlu dipertimbangkan, misalnya dalam struktur wilayah perdesaan ada yang pemukimananya tersebar dan ada yang terpusat.Ada yang mudah diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, dan ada yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sehingga mobilitasnya sangat sulit.Selain itu, keadaan topografi (berbukit atau pegunungan).
4.      Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda penyuluhan pertanian yang akan digunakan.   Misalnya, penyuluhan tentang intensifikasi pemanfaatan  lahan  pertanian  sangat  berbeda  dengan  penyuluhan  intensifikasi ayam buras, intensifikasi ternak potong, intensifikasi kedele atau intensifikasi padi (inivasi teknis).  Berlainan pula dengan materi pembentukan poktan dan gapoktan (menyangkut inovasi sosial) serta penyuluhan tentang perkreditan dan kontrak kerja (inovasi ekonomi).
5.      Sarana dan Biaya
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan  penyuluhan  dengan  menggunakan OHP  (over  head  projector) .
Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya; kursus tani lebih mahal daripada pertemuan umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani.  Jadi ketersediaan biaya akan sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian.
6.      Kebijaksanaan Pemerintah
Penyuluhan pertanian adalah bagian dari pembangunan pertanian, dan pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, kegiatan penyuluhan pertanian harus sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.   Misalnya, pada tahun 1997 digalakkan program pemerintah tentang ketahanan pangan, dan tahun 2007 kita harus  mengawal kebijakan pemerintah untuk  mencapai peningkatan 2  juta  ton beras.   Artinya, gerakan tersebut dapat dengan cepat dilakukan oleh masyarakat sasaran dengan dukungan dari aparat terkait di semua tingkatan.





BAB IV
ASPEK DAN PRINSIP PENERAPAN  METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN

Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten.  Dalam kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans (1961) menilai   bahwa   setiap   penyuluh   dalam  melaksanakan   kegiatannya   harus berpegang   teguh   pada   prinsip-prinsip  yang   sudah  disepakati   agar   dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Mardikanto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1.      Mengerjakan;   artinya   kegiatan   penyuluhan   harus   sebanyak   mungkin melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2.      Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik.
3.      Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.
Lebih    lanjut    Dahama    dan    Bhatnagar    dalam    Mardikanto    (1999) mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:
1.      Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2.      Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
3.      Keraguan   budaya;   artinya   penyuluhan   harus   memperhatikan   adanya keragaman budaya.
4.      Perubahan   budaya;   artinya   setiap   penyuluhan   akan   mengakibatkan perubahan budaya.
5.      Kerjasama  dan  partisipasi;  artinya  penyuluhan  hanya  akan  efektif  jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6.      Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.
7.      Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
8.      Penggunaan  metode  yang  sesuai;  artinya  penyuluhan  harus  dilakukan dengan  penerapan   metode   yang   selalu   disesuaikan   dengan   kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.
9.      Kepemimpinan;  artinya  penyuluh  tidak  melakukan  kegiatan  yang  hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan.
10.  Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11.  Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Selanjutnya,  Mardikanto  (2006)  mengemukakan  bahwa  prinsip-prinsip dalam metode penyuluhan pertanian, meliputi:
1.      Upaya Pengembangan untuk berpikir kreatif:
Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang  mandiri, mampu mengatasi permasalahan yang  dihadapi  dan  mampu  mengembangkan  kreativitasnya  untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
2.      Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran:
            Prinsip ini akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang dihadapi.


3.      Setiap individu terkait dengan lingkungan sosialnya:
Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.
4.      Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran:
Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.
5.      Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.
Terjadinya perubahan ”context dan content” pembangunan pertanian dalam era reformasi,   mengakibatkan   terjadi   pula   perubahan   sasaran   dalam   penyuluhan pertanian.  Perubahan tersebut memberi pengaruh yang sangat besar karena saat ini tidak hanya petani dijadikan sebagai sasaran utama (objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan pula  stakeholder yaitu  pelaku  agrobisnis.   
Jadi,  penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani.   Secara khusus, penerapan penyuluhan pertanian dalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana yang diamanatkan oleh UU Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, Pusat Pengembangan Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian mengeluarkan kebijakan tentang pelaksanaan penyuluhan pertanian  spesifik  lokalita  yang  bersifat  partisipatif yaitu, pendidikan nonformal bagi petani dan masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan kewenangan, dan tanggung jawab serta kerja sama, yang ditujukan agar mereka berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri
Metode Partisipatif
Metode penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin , dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha".
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan pertanian, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006). Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP Lembang, 2009).
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan metode penyuluhan partisipatif
Kelebihan
Kelemahan
  • melibatkan  partisipasi penuh dari masyarakat
  • pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri
  • Mendorong inisiatif positif  para penyuluh maupun petani
  • Memebrikan motivasi bagi penyuluh
  • Membutuhkan waktu yang relative lebih lama
  • Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.



BAB V
JENIS-JENIS METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN

Adapun jenis-jenis metode penyuluhan yang dapat di gunakan dalam proses kegiatan penyuluhan, antara lain :
1.      Surat Menyurat
Metode surat menyurat merupakan metode dengan menggunakan barang-barang cetakan yang dikirim langsung kepada kelompok sasaran, seperti leaflet,
brosur, booklet, bulletin, majalah, gambar-gambar dan lain-lain. Materi yang disajikan melalui metoda seperti ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan dan permasalahan kelompok sasaran. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana yang sesuai dengan kondisi masyarakat tani setempat, bukan bahasa ilmiah seperti yang banyak kita lihat selama ini.
Materi disajikan secara sistematis dengan menggunakan tahapan-tahapan
atau urutan-urutan yang logis yang bisa diingat atau dihapalkan sehingga mudah
dipraktekkan. Akan lebih sesuai/jelas bilamana suatu tahapan atau langkah-langkah suatu deskripsi diikuti dengan gambar-gambar yang bisa memberikan
penjelasan yang lebih utuh terhadap deskripsi/penjelasan yang diberikan.
Bila dilihat dari cakupan sasaran, metoda seperti ini biasanya lebih efektif
dan efisien karena dapat menjangkau kelompok sasaran dengan cukup banyak.
Selain itu, dengan metoda seperti ini, kelompok sasaran dapat mempelajari sendiri, mengulangi materi yang ada hingga memahami secara betul dan memprakteknnya.
2.      Kunjungan
Kunjungan dalam metoda ini dapat dibagi dua, yaitu kunjungan anjangsana dan kunjungan anjang karya. Anjangsana adalah kunjungan yang dilakukan di mana para penyuluhan datang ke rumah atau tempat tinggal kelompok sasaran untuk bertemu dengan kelompok sasaran. Kunjungan seperti ini biasanya diawali dengan kata-kata silaturahmi kemudian berbicara berbagai topik yang berkatian dengan materi penyuluhan tersebut.
Sedangkan kunjungan anjang-karya adalah kunjungan yang dilakukan oleh
seorang penyuluh ke lokasi dimana kelompok sasaran melakukan aktivitasnya. Kunjungan anjang karya ini tidak kalah pentingnya dengan kunjungan anjangsana. Dalam proses kunjungan anjang karya, para penyuluh dapat membantu atau mempraktekkan secara langsung bagaimana prosedur yang sebenarnya yang harus
dilakukan oleh kelompok sasaran tanpa harus banyak bercerita kepada masyarakat, misalnya dalam mendidikan anak, atau merawat orang lanjut usia Dalam metoda ini terjadi “learning by doing”, yaitu belajar sambil melakukan.
Biasanya proses seperti ini lebih mudah ditangkap dan dilakukan oleh masyarakat karena langsung dipraktekkan oleh kelompok sasaran. Dalam metoda ajangkarya ini, penyuluh dapat menerapakan pendekatan kelompok dalam melakukan penyuluhan sosial. Proses seperti ini akan lebih efektif karena sasaran lebih banyak yang mengikuti. Metoda ini akan lebih efektif dan efisien bila diikuti dengan metode surat menyurat.
Bagi masyarakat timur, kunjungan anjangsana dan ajangkarya seperti ini biasanya sangat berarti dalamproses penyuluhan tersebut. Kedantangan seorang penyuluh ke ruman atau kelokasi kerja para kelompok sasaran merupakan suatu penghargaan bagi kelompok sasaran dan merupakan suatu bentuk perhatian dan komitmen dari seorang penyuluh terhadap tugas yang dijalankan. Artinya bahwa penyuluh ingin membantu kelompok sasaran dengan sungguh-sungguh dan penuh keseriusan. Apalagi kunjungan itu dilakukan secara rutin sesai dengan kondisi yang ada. Hanya, kelemahannya adalah sangat sulit untuk dapat menjangkau lokasi kelompok sasaran tersebut
3.      Karyawisata / Studi banding
Karyawisata sering disebut dengan studi banding atau kunjungan lapangan. Sesungguhnya metode karya wisata kurag lebih sama dengan metode anjangsana dan anjangkarya. Hanya perbedannya adalah bahwa dalam proses metode anjang karya dan anjangsana penyuluh mendatangi kelompok sasaran, tetapi dalam metoda karya wisata penyuluh diajak untuk melihat atau mengunjungi objek yang dijadikan sasaran penyuluhan.
Menurut Hasmosoewignyo dan Attila Garnadi dalam Kartasapoetra (1994) bahwa hasil penangkapan dari mendengar saja hanya 10 % yang dapat diserap, dari melihat sebesar 50 % dan dari melihat, mendengar dan mengerjakan sendiri
adalah 90 %. Oleh karena itu, metoda karyawisata merupakan suatu metoda yang tepat untuk diterapkan dalam proses penyuluhan, karena tingkat pencapaiannya yang lebih optimal. Selain itu, beberapa materi dalam penyuluhan sulit untuk disampaikan hanya dengan kata-kata atau hanya gambar saja, tetapi harus dilihat secara langsung bagaimana wujudnya dan bagaimana cara melakukannya.
Dengan melihat secara langsung para kelompok sasaran akan memiliki gambaran yang jelas dan akurat tentang proses yang sebenanrnya, misalnya karyawisa atau studi banding ke Panti Cacat Mental. Dalam kunjungan ini dapat dilihat bagaimana kondisi para klien yang sesungguhnya, bagaimana kehidupan mereka, bagaimana aktivitas mereka sehari-hari, bagaimana prose pelayanan yang diberikan kepada mereka, dan lain sebagainya.
Tujuan lain yang dapat diperoleh dari karyawisata ini adalah adanya penambahan wawasan kepada para kelompok sasaran tentang objek yang dituju. Objek tersebut akan dipahami secara lengkap tidak sepotong-sepotong. Dalam pemilihan objek atau lokasi karyawisata harus dipilih yang terbaik yang dapat memberikan wawasan yang baru, nilai tambah dan motivasi kepada peserta untuk membuat yang lebih baik lagi, bukan malah mengatakan: “kalau yang seperti ini sudah biasa”. Namun, perlu juga dipahami bahwa dalam pelaksanaan karyawisata sering disalahgunakan dan salah kaprah di mana aspek “wisata” menjadi lebih menonjol dibandingkan dengan aspek penyuluhan yang sebenarnya menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam melaksanakan metoda ini sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang sebenarnya. Tetapi sebaliknya perlu diperhatikan unsur rekreatifnya atau refresing sehingga kelompok sasaran merasa senang dalam melanjutkan dan menerapakan hasil karyawisata tersebut dalam tugas selanjuntya.
4.      Demontrasi / Eksposisi
Demontrasi sering kali diartikan sebagai tindakan protes atau unjuk rasa, tapi sesungguhnya yang dibahas dalam materi ini adalah “pameran” atau eksposisi yaitu menunjukkan atau mempertontonkan dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang menontonya. Namun dalam kontek penyuluhan istilah demontrasi berbeda dengan pameran. Istilah pameran berkaitan tindakan
“menunjukkan” atau “memamerkan” sesuatu kepada khalayak ramai sehingga ada rasa tertarik. Dalam pameran ini semuanya diupayakan serba indah, serba baik atau serba mempunyai nilai lebih dari yang biasa sehingga yang melihat tertarik.
Sedangkan demontrasi berkaitan dengan proses bagaimana cara memperagakan, menunjukkan, mempraktekkan prosesnya secara benar-benar atau sesungguhnya sehingga orang menjadi tertarik. Metoda demontrasi merupakan metoda yang paling efektif karena sesuai dengan konsep “seeing is beliefe” yang diartikan “percaya karena melihat atau menyaksikan”. Biasanya kalau hanya dengan omongan atau cerita atau penjelasan, seseorang kurang atau sulit memahami, tetapi dengan melihat atau menyaksikan seseorang akan lebih cepat memahami dan menerima. Bila dibandingkan dengan proses-proses lainnya proses melihat atau menyaksikan merupakan tingkat penerapan yang kedua setelah proses mempraktekkan dalam proses pengubahan perilaku tersebut.
Metode demontrasi dalam penyuluhan merupakan metode yang bertujuan untuk membuktikan keunggulan dari suatu pelayanan. Terkait dengan itu metode demontrasi dibedakan dalam beberapa cara (Mardikanto, 1992):
a.       Demontrasi cara, yaitu upaya mempertontonkan atau memperlihatkan cara yang digunakan dalam melakukan pelayanan sosial, seperti bagaimana kemampuan seorang tunanetra dapat bermain atau mengikuti bimbingan keterampilan musik.
b.      Demontrasi hasil, yaitu upaya mempertontonkan atau memperlihatkan hasil yang sudah dilakukan oleh pelayanan sosial, seperti: bagaimana kemampuan seorang tuna netra dapat membaca huruf braile.
c.       Demontrasi cara dan hasil, yaitu upaya mempertontonkan atau memperlihatkan bagaimana cara atau proses pelayanan sosial serta hasil yang pelayanan social sekaligus, seperti bagaimana caranya membimbing seorang anak cacat tuna grahita hingga dapat mandiri dalam hidupnya.
5.      Diskusi
Diskusi adalah suatu bentuk pertemuan antara beberapa orang yang bertujuan untuk membahas suatu topik atau materi tertentu guna memperoleh kejelasan tentang topik atau materi yang disajikan. Bila dibandingkan dengan metoda ceramah dan kuliah metoda ini mempunyai keunggulan yang lebih karena masing-masing peserta diskusi langsung dapat menyampaikan informasi dan meminta penjelasan tentang sesuatu hal yang belum jelas tentang materi yang disampaikan. Diskusi termasuk di dalamnya focus group discusion (FGD), brain storming.
Menyelenggarakan diskusi yang baik ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a.       Materi yang dibahas harus jelas atau materi harus terfokus.
b.      Diskusi ada yang memimpin yang sering kita kenal dengan seorang moderator.
c.       Moderator harus seorang yang memahami dan menguasai materi yang dibahas
d.      Moderator harus dapat berperan sebagai pengarah dan motivator kedinamisan diskusi.
e.       Diskusi diharapakan dapat berlangsung dalam suasana tidak resmi sehingga memungkinkan memberikan kebebasan kepada anggota diskusi untuk mengeluarkan pendapat dan saran-saran yang terkait.
f.       Semua anggota harus dapat memahami dan menerima segala pendapat atau ide yang berbeda yang muncul dalam diskusi.
g.      Peserta diskusi hendaknya berhadap-hadapat bila mungkin dilakukan dalam bentuk lingkaran.
h.      Semua anggota kelompok diharapakan dapat mencapai kata sepakat tentang materi yang didiskusikan atai dibahas
6.      Media Elektronik
Selain media tradisional lewat pertunjukan seni yang sudah dipaparkan sebelumnya, ada beberapa media elektronik yang dapat digunakan dalam proses penyuluhan sosial. Salah satunya yaitu media radio.
Metoda melalui radio adalah kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan siaran radio. Dalam penerapan metoda penyuluh menyampaikan berbagai materi-materi penyuluhan yang berkaitan dengan permasalahan sosial. Pada awalnya metoda penyuluhan melalui siaran radio hanya dilakukan melalui satau arah, karena alat komunikasi telepon yang tersedia masih terbatas. Tetapi sekarang ini, metoda penyuluhan melalui radio dapat dilakukan melalui dua arah karena saran komunikasi sudah cukup tersedia sekarang ini, seperti telepon rumah, hand phone, dan sejenisnya.
Ada beberapa kelemahan metoda ini:
a.       Hanya orang yang memiliki radio yang dapat mendegarnya, sedangkan mereka yang tidak memiliki radio belum terjangkau oleh metoda ini.
b.      Kelompok sasaran yang berpendidikan rendah relatif sulit memahami pesan-pesan penyuluhan yang disampaikan.
c.       Sering terjadi gangguan dalam proses penyiaran sehingga pesan-pesan yang disampaikan menjadi tidak jelas.





















BAB VI
TEKNIK PENYULUHAN

Pengertian tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas penyuluhan dakam setiap kegiatannya, agar penyampain materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau sasaran khalayak.
Didalam proses komunikasi, bahwa unsur “arus balik” merupakan aspek yang sangat penting untuk mengukur sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau respon dari khalayak sasaran. Bila pesan komunikasi kita memperoleh tanggapan dari khalayak, maka dapat dikatakan bahwa apa yang kita sampaikan itu telah mencapai sasaran karena pesan yang diterimanya dapat dimengerti dan dipahami. Menurut Effendy (1986), bahwa sifak hakikat dari komunikasi adalah understanding atau memahami; sehingga tak mungkin seseorang melakukan kegiatan tertentu tanpa terlebih dahulu mengerti apa yang diterimanya.
Jadi pertama-tama harus diperhatikan  bahwa orang dijadikan sasaran komunikasi itu memehami (to secure understanding). Jika sudah dapat dipastika ia memahami; dapat diartikan ia menerima. Dalam kaitan ini Citrotroro (1982), mengatakan mengerti diartikan sebagai “dapat menangkap secara reseptif apa yang diterima” sedangkan yang dimaksud denga memahami adalah “dapaat menangkap secara reflektif”, artinya seseorang dapat menerima pesan dapat mengerti pesan yang diterimanya dan mengetahui hubungannya dengan hal-hal lain. Oleh karna itu, agar pesan dapat dipahami dan dimengerti komunikan, maka diperlukan keterampilan dan atau keahlian tertentu didalam “mengelolah” komunikasi. Dengan kata lain seseorang komunikator harus menguasai teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.
Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani technikos yang berarti keprigelan atau keterampilan. Keberhasilan dalam suatu aktifitas penyuluhan sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang digunakan oleh komunikator. Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap teknik-teknik komunikasi didalam “menyampaikan dan menyajikan pernyataan-pernyataan penyuluhan. Mengenai teknik kom,unikasi ini, Effendy (1986) mengatakan bahwa teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaiut:
1.      Komunkasi informatif
2.      Komunikasi persuasif
3.      Komunikasi koersif
Sedang Susanto (1977), menambahkan dengan beberapa teknik komunikasi yang lain, yaitu:
1.      Teknik penggandaan situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung mengubah sikap (=compulsion technique).
2.      Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulangi (=paervasion technicque).
Mengapa teknik dalam komunikasi diperlukan?. Pada dasarnya setiap komunikasi ingin mencapai sasaran khalayak secara efektif. Artinya pesan yang disebarluaskan tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak sasaran yang pada gilirannya akan dapat menimbulkan reaksi dan atau respon mengikuti seperti apa yang dianjurkan dari pihak komunikator.
Untuk itu,  agar pesan komunikasi dapat tanggapan dari khalayak, maka seseorang komunikator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Pesan yang disampaikan harus dirangcang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat meneruh perhatian sasaran yang dimaksud.
2.      Pesan harus menyesuaikan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sehingga sama-sama dapat dimengerti.
3.      Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyerahkan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
Oleh karena itu, seorang komunikator harus dapat menguasai teknika dan metode yang akan digunakan agar dapat mencapai sasaran yang dimakasud. Dengan demikain, bahwa usaha memberikan penyuluhan memerlukan beberapa teknik komunikasi yang efektif,seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penyulhan yang selanjutnya dapat disebut sebagai teknika penyuluhan adalah sebagai  berikut :
1.      Teknik Kmonukasi Informatif
Adalah proses penyampaian pesan yang sifatnnya “memberi tahu” atau memberika penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa.
Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one way communication). Oleh karena itu penggunaan teknik komunikasi informatif dalam kegiatan penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap penting diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas. Misalnya dalam hal ini seperti pemandu wisata memberikan keterangan tentang sejarah sebuah candi tua, seorang ahli purbakala memberikan keterangan tentang benda-benda purbakala kepada sejumlah orang peminatnya, seorang petugas penyulahan memberikan keterangan tentang tata cara pembayaran PBB kepada wajib pajak dan sebagainya.
Pendek kata dalam komunikasi ini, pihak komunikan dapat merasa “puas” karena bertambahnya pengetahuan.teknik komunikasi semacam ini pada umumnya hanya ingin menyentuh ranah kognisi dari khalayak. Effendy (1986), mengatakan bahwa secara etimologis komunikasi berarti “pemberitahuan”. Jadi, jika seseorang mengatakan sesuatu kepada orang lain dan orang itu mengerti dan karenanya menjadi tahu, maka komunikasi terjadi. Sampai disitu komunikasi hanya bertaraf informatif.
Lain minsalnya jika apa yang dikatakan oleh orang tersebut bukan hanya sekedar memberi tahu, teteapi mengandung tujuan agar orang yang dihadapinya itu melakukan sesuatu kegiatan atau tindakan, maka tarafnya menjadi persuasif, komunikasi yang mengandung persuasi.
2.      Teknik Komunikasi Persuasi
Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris persuation” berasal dari kata latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak atau meyakinkan. Kenneth E. Andersen (dalam Effendy (1986) mendifinisikan persuasi sebagai berikut:
A prosses of interpersonal communication in which the communicator seeks through the use of symbols to affect the cognitions of a receiver and thus effect a voluntary change in attitude or action desired by the communicator”.
(Suatu proses komunikasi antarpersonal dimana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yagn diinginkan komunikator).
Sedang Merril dan Lowenstein (1973), mendifinisikan persuasi sebagai berikut:
Persuatian, or changing people’s attitude and behavior through the spoken and written word,constitutes one of the more interesting use of communications”. Calr I Hovland dalam Sunaryo (1983) mengemukankan bahwa persuasi ialah “A major effect of persuasive communication lies in stimulating the individual to think both of his initial opinion and of the new opinion recommended in the communication.
Selanjutnya Edwin P. Bettinghouse (dalam Effendy (1984) memberikan batasan bahwa persuasi adalah:
in order to be persusive in nature, a comunication on situation must involve a conscious attempt by one individual to change the behavior of another behavior individual or group of indivuduals through the transmission of some message”.
Dari definisi Bettinghouse tersebut bahwa suatu situasi komunikasi yang mengandung upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengubah prilaku melalui pesan yang disampaikan.
Dari beberapa pemaparan batasan persuasi, maka dalam persuasi mengandung unsur-unsur:
1.      Situasi upaya mempengaruhi,
2.      Kognisi seseorang
3.      Untuk mengubah sikap khalayak
4.      Melalui pesan lisan dan tertulis
5.      Dan dilakukan secara sadar
Dengan demikian, maka persuasi merupakan suatu tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar melalui media untuk tujuan perubahan sikap.
Tidak saja perubhan sikap, jenis dalam bukunya Personality And Persuasivity” menambahkan perubahan sikap menuju perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan perubahan tindakan. Dalam kaitan tersebut, maka tindakan persuasi dapat dipandang sebagai sebagai sebuah cara belajar, karena ingin mengubah beberapa prilaku khalayak dengan memanfaatkan faktor-faktor internal psikologis khalayak. Teori belajar persuasi sejajar dengan model Stimulus Respons (S-R) yang memandang manusia sebagai suatu entitas pasif dari model SOR (Stimulus – Organisme – Respon) yang memandang belajar persuasif sebagai suatu gabungan perolehan pesan yang diterima indivudu dan mengatasi berbagai kekuatan-kekuatan dalam individu yang bertindak berdasarkan pesan-pesan tersebut agar menghasilkan akibat-akibat persuasif.
Wess dalam Malik (1993) memberikan contoh untuk itu adalah seorang pendengar radio bisa dikondisikan untuk menanggapi sebuah produk yang diiklankan setelah produk tersebut dihubungkan dengan kewibawaan sumber pesan. Pada umumnya komunikasi persuasif bertujuan mengubah prilaku, kepercayaan dan sikap seseorang dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologi dari komunikan yang handek dipengaruhinya, sehingga bersedia melakukan tindakan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator.
Komunikasi persuasif ini dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka, karena komunikator mengharapkan tanggapan/respon khusus dari komunikan. Adapun contoh untuk ini sorang penyuluh dalam kegiatan penyuluhan, katakanlah misalnya penyuluhan tentang manfaat kegunaan bibit unggul tertentu kepada petani, penyuluh tersebut menggunakan cara-cara pendekatan dengan mendatangkan seorang “petani sukses” untuk menceritakan pengalamannya dalam menggunakan bibit unggul yang akan diperkenlkannya itu. Kehadiran “petani sukses” itu digunakan sebagai stimulus (S) agar menumbuhkan respon (R) komunikannya yaitu yang mengikuti jejeak keberhasilan dari petani sukses tersebut.
Pemanfaatan “petani sukses” tersebut merupakan cara persuasif untuk mengadakan sentuhan manusiawi langsung kepadan individu-invidu yang menjadi sasaran komunikasi.Menurut proses persusif itu pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi apabila memiliki kemampuan mengubah secara psikologis minat atau perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator. Dengan perkataan lain, kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur psikologis internal individu sehingga hubungan psikomotorik antara proses internal yang laten (motivasi, sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator. Seperti dalam contoh di atas, bahwa mendatangkan “petani sukses” merupakan tindakan terbuka dengan cara menumbuhkan keyakinan seseorang (khalayak) terhadap penggunaan bibit unggul tertentu yagn dimanfaatkan oleh petani tersebut (proses psikologis). Contoh lain adalah penyuluhan untuk mempromosikan obat-obatan manjur (tindakan terbuka) dengan cara menumbuhkan rasa takut terhadap penyakit (proses psikologis). Secara sederhana, model psikodinamaik dari proses persuasi dapat digambarkan sebagai berikut:







Pesan-pesan persuasif

Alternatif proses psikologi yang laten

Perubahan yang terjadi dalam wujud tindakan




Model psikodinamis berkembang atas dasar teoritis maupun empiris. Teori-teori yang penting mengenai motivasi, persepsi, belajar bahkan psikoanalisis telah memberika jalan dengan mna sikap, opini, rasa takut, konsep dan persepsi dari kredibilitas sumber serta beberapa variabel yang lain mempunyai hubungan erat dengan persuasi.
3.      Teknik Komunikasi Coersive (Koersif)
Komunikasi koersif adalah proses penyampai pesan dari seseorang kepada orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu. Jadi teknik komunikasi ini mengandung sanksi yang apabila tidak dilaksanakan oleh sipenerima pesan, maka ia akan menanggung akibatnya. Komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk putusan-putusan, instrusi dan lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung keharusan dan kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan.


Selain itu teknik penyuluhan dapat menggunakan beberapa cara diantaranya adalah :
1.      k. Berbicara/bekomunikasi, yaitu kemampuan seorang penyuluh berbicara dengan baik di depan umum dan mampu mengkomunikasikan materi yang disampaikan kepada kelompok sasaran sesuai dengan makan yang sesungguhnya. Seorang penyuluhan harus mampu menampilkan figus seorang narator dan dapat mempengaruhi kelompok sasaran.
2.      l. Memotivasi dan persuasi, yaitu kemampuan memberikan dorongan dan mempengaruhi semangat dan kemauanan kelompok sasaran sehingga mau melaksanakan apa yang disampaikan. Penyuluhan tidak semata-mata mampu menyampaikan pesan penyuluhan dengan baik, tetapi harus mampu untuk memotivasi kelompok sasaran sehingga setelah selesai penyuluhan kelompok sasaran mau melakukan dalam lingkungannya
3.      m. Penyajian materi, yaitu kemampuan untuk menyampaikan dan mengemas materi secara sistematis sehingga menjadi jelas dan menarik bagi kelompok sasaran. Teknik penyajikan seperti ini tidaklah mudah, memutuhkan suatu pengalaman dan wawasan yang luas tentang materi yang disampaikan. Karena itu, para penyuluh harus belajar membenahi diri untuk dapat menyajikan materi dengan baik.
4.      n. Pemilihan dan penggunaan alat bantu, yaitu kemampuan untuk dapat menentukan dan memanfaatkan atau menggunakan alat bantu penyuluhan yang sehingga dapat mendukunga penyampaian materi yang disajikan, seperti OHP, Infocus, alat peraga, gambar dan lain-lain. Banyak hal yang sulit dijelaskan hanya dalam katakata, tetapi dengan menggunakan alat bantu menjadi lebih mudah dipahami dan dimengerti. Karena itu, penggunaan alat bantu ini menjadi penting dalam proses penyuluhan tersebut.
5.      o. Timing, yaitu kemampuan untuk mengatur atau menyusun jadwal serta memanajemen waktu pelaksanaan penyuluhan sehingga penyampaian materi keseluruhan dapat terlaksana dan kelompok sasaran tidak merasa bosan. Penyampaian materi yang terlalu panjang akan membosankan, materi yang telalu pendek belum mencapai intinya akan merugikan. Karena itu manajemen pengaturan waktu dalam proses penyuluhan enjadi hal yang penting dimiliki oleh seorang penyuluh.
6.      p. Focus, yaitu kemampuan untuk memusatkan materi penyuluhan sehingga terkait dengan permasalahan yang sesungguhnya. Mungkin seorang penyuluhan untuk sampai pada inti atau pokok permasalahan yang sesungguhnya harus mutar sana mutar baru sampai pada tujuan yang sesungguhnya. Proses seperti ini akan membosankan kelompok sasaran, tetapi yang terpenting adalah bagaimana pembicaraan itu terfokus atau terkait dengan masalah yang sesungguhnya kemudian ditambah dengan penjelasan lainnya yang mendukung fokus masalah.
7.      q. Diferensial diagnosis, yaitu kemampuan untuk menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda sehingga seorang penyuluh memiliki pemahaman yang luas dan objektif terhadap masalah tersebut, bukan pemahaman yang sempit dalam melihat masalahan tersebut. Tidak lah mudah untuk melakukan seperti ini, tetapi perlu pemahaman dan wawasan yang luas tentang materi atau masalah tersebut.
8.      r. Partialization, yaitu kemampuan untuk memilihan-milah masalah sehingga mudah dipahami menjelasakan dan mudah memahami. Ini penting dilakukan oleh seorang penyuluh sehingga kelompok sasaran mudah menangkap apa pesan yang sesungguhnya, bagaimana melakukannya tetapi tidak menjadi membingungkan.
9.      s. Observasi, yaitu kemampuan untuk mengenali masalah yang terjadi dan untuk mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan. Pengamatan seperti ini penting untuk melihat sejauh mana respon masyarakat terhadap materi yang disampaikan. Bila kelompok sasaran sudah merasa bosan maka materi harus dihentikan, tetapi bila merasa tertarik, maka penyuluhan dapat dilanjutkan. Dengan proses seperti itu, maka pengamatan menjadi penting dalam penyuluhan.
10.  t. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai sejauh mana keberhailan penyuluhan yang sudah dilakukan. Apakah kelompok sasaran dapat memahami, mengerti dan menangkap makna sesungguhnya yang disampaikan. Bila belum mampu menangkap pesan yang sesungguhnya perlu diulangi, bila sudah dapat memahami perlu dihentikan. Karena pengulangan terhadap materi yang sama akan dapat mengacaukan apa yang sudah dipahami.
11.  u. Negosiasi, yaitu kemampuan untuk melakukan loby atau transaksi dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyuluhan dalam rangka mewujudkan suatu maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Biasanya negosiasi dilakukan sebelum penyuluhan berjalan. Ini penting dilaksanakan untuk mempermudah proses pencapaian tujuan yang ingin diwujudkan, seperti: relokasi pengungsi.
12.  v. Orator, yaitu kemampuan untuk berbicara di depan umum. Berbicara di depan umum bukanlah suatu hal yang mudah bagi seorang yang belum berpengalaman. Kemampuan seseorang untuk beberbicara di depan umum sangat dipengaruhi oleh pengalaman, wawsan dan bakat seseorang tersebut. Namun untuk menjadi seorang orator dapat diwujudkan melalui proses belajar dan persiapan yang matang. Karena seorang penyuluhan harus berjiwa narator.
13.  w. Need assessment, yaitu kemampuan untuk memahami dan menganalisis kebutuhan kelompok sasaran untuk dijadikan sebagai bahan materi dalam proses penyuluhan. Kemampuan seperti ini perlu dilakukan sehingga apa yang kita sampaikan dan bicarakan dapat berkaitan langsung dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat tersebut, dan solusinya dapat ditermukan.
14.  x. Perencanaan penyuluhan, yaitu kemampuan untuk menyusun atau mengatur kegiatan penyuluhan sehingga dapat berjalan lancar. Kadang-kadang ada orang menganggap bahwa perencanaan penyuluhan merupakan hal yang gampang dan tidak perlu dipersiapakan. Namun, kenyataan penrencanaan penyuluhan adalah sulit. Perencanaan penyuluhan harus mengacu pada 5 W + 1 H, yaitu What (apa kegiatannya), Where (di mana dilaksanakan), When (kapan pelaksanannya), Why (kenapa harus dilaksanakan), Who (siapa yang terlibat dan siapa kelompok sasaran) and How (bagaimana proses pelaksanaannya).
15.  y. Pencatatan dan Pelaporan, yaitu kemampuan untuk mencatat dan merekam proses penyuluhan yang dilaksanakan kemudian dilaporan sehingga dapat dijadikan bahan untuk pelaksanaan penyuluhan berikutnya.


























BAB VII
METODE MOTIVASI

Menurut arti katanya, “motivasi” atau “motivation” adalah suatu dorongan yang muncul dalam diri individu untuk menggerakkan tindakannya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi ada dua macam ada motif yang bersumber dari diri sendiri yang disebut dengan motivasi intrinsik dan motivasi yang bersumber dari luar yang disebut dengan motivasi ekstrinsik Dalam pengertian ini berarti munculnya motif, adanya penimbulan dorongan atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan, atau keadaan yang menjadikan seseorang untuk bertindak. Ini dilakukan karena ada motif (tujuan) yang ingin dicapai. Kalau motif (tujuan) tidak ada, jelas bahwa tindakan tidak akan muncul. Dari pengertian ini jelas bahwa motivasi ini sangat terkait dengan motif yang ada dalam diri individu (motif dapat disadari atau tidak disadari). Namun, perlu disadari di sini bahwa motif yang dimaksud di sini adalah motif bagaimana seseorang dapat berprestrasi dalam hidupanya.
“Sigmund Freud” adalah orang pertama yang memahami pentingnya “subconcious motivation” (motivasi bawah sadar). Ia percaya bahwa manusia tidak selalu sadar akan sesuatu yang diinginkanya, karena banyak dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu yang didorong oleh motif yang sepenuhnya tidak diketahui.
Terdapat banyak pembahasan mengenai masalah motivasi. Disini dikemukakan empat pendapat yang dianggap paling menonjol dan mempengaruhi jalan pikiran para ahli dalam perumusan masalah motivasi tersebut (Manullang, 1995: 148 – 156).
1.      Teori A.H. Maslow
Menuurut Maslow ada suatu hirakhi kebutuhan setiap orang. Setiap orang
memberikan prioritas kepada suatu kebutuhan sampai kebutuhan itu dapat terpenuhi. Jenis kebutuhan yang satu sudah terpenuhi, maka yang kedua diupayakan pemenuhannya. Menurut Maslow hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
a.       Physiological needs (kebutuhan fisik), seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan pemuasan seksual.
b.      Safety needs (kebutuhan rasa aman) yaitu berupa kebutuhan akan keamanan jiwa maupun kebutuhan akan keamanan harta.
c.       Social needs (kebutuhan sosial), yaitu kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain, kebutuhan akan perasaan dihormati, kebutuhan akan perasaan maju atau berprestasi dan kebutuhan akan perasaan ikut serta.
d.      Esteem needs (kebutuhan penghargaan), seperti kebutuhan akan harga diri dan pandangan baik dari orang lain terhadap kita.
e.       Self actualization (kebutuhan kepuasan diri), yaitu kebutuhan untuk mewujudkan diri, misalnya menjadi berhasil dalam membuka bengkel kerja, menjadi ahli komputer, dan lain-lain.
Menurut Maslow upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan inilah yang
membuat orang menjadi bertindak atau berbuat. Kalau kebutuhan ini tidak mungkin untuk dipenuhi, maka mereka akan sulit dimotivasi untuk bertindak. Karena itu, setiap pertolongan atau pelayanan atau pemberdayaan yang datang dari luar baik yang diberikan oleh pemerintah, masyarakat atau perseorangan atau pihak manapun harus dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan orang tersebut dalam kaitannya untuk mendorong dan meningkatkan motivasi mereka untuk berprestasi dalam hidupanya.
Tetapi bukan suatu bentuk pelayanan atau pemberdayaan yang dapat merugikan orang lain, menimbulkan kecemburuan, menimbulkan suatu sikap negatif. Tidak jarang misalnya, suatu bantuan yang kita berikan kurang cocok dengan kebutuhan sasaran, hal tentu dapat menimbukan konflik dalam diri dan akhirnya konflik yang lebih luas dengan lingkungannya. Sehingga pemahaman akan teroi ini sangat diperlukan sebelum bantuan dan pemberdayaan diberikan.
2.      Teori Doglas MC Gregor
Menurut Doglas bahwa ada dua pendekatan atau filsafat manajemen yang mungkin diterapkan untuk memotivasi orang, yaitu melalui pendekatan pada serangkaian asumsi mengenai sifat manusia yang dilihatnya sebagai Teori X dan Teori Y.
a.       Asumsi Teori X mengenai manusia menyatakan:
1)      Pada umumnya manusia tidak senang bekerja
2)      Pada umumnya manusia tidak berambisi, tidak ingin tanggung jawab dan tidak suka diarahkan.
3)      Pada umumnya manusia harus diawasi dengan ketat dan sering harus dipaksa untuk memperoleh tujuan-tujuan organisasi.
4)      Motivasi hanya berlaku sampai tingkat “lower order needs” (tingkat kebutuhan fisik dan keamanan)
b.      Asumsi Teori Y mengenai manusia menyatakan :
1)      Bekerja adalah kodrat manusia, jika kondisi menyenangkan.
2)      Pengawasan diri sendiri tidak terpisahkan untuk mencapai tujuan organisasi.
3)      Manusia dapat mengawasai diri sendiri dan memberi prestasi pada pekerjaan.
4)      Motivasi tidak saja mengenai lower needs tetapi pula sampai tingkat kebutuhan yang paling tinggi.
Duglas dalam teorinya ini menyarankan agar dalam menumbuhkan motivasi tersebut hendaknya menerapkan teori di atas yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tidak bisa kita persamakan semua manusia itu sama, tetapi harus melihat kondisi dan motivasi masing-masing. Ada manusia yang tidak senang dipaksa untuk bekerja, tetapi ada juga manusia memang malas, harus didorong sehingga mau untuk bekerja dan bertindak. Di sinilah keadannya sangat situasional. Karen itu melalui penyuluhan ini di sarankan, kepada keluarga, lingkungan oraganisasi, pemerintah yang memberikan pelayanan dan pemberdayaan kepada kelompok pemuda tersebut harus terlebih dahulu melihat bagaimana motivasi dan kondisi pemuda yang sebenarnya, kemudian memberikan suatu tindakan yang tetap. Dengan demikian akan terhindar dari suatu sikap kondlik. Tindakan seperti ini juga akan memungkinkan individuindividu menggunakan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan imajinasi mereka secara maksimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan untuk untuk hal-hal yang negatif.

3.      Teori Frederich Herzerg
Menurut teori Herzberg ada dua rangkaian kondisi yang mempengaruhi seseorang di dalam hidupnya. Faktor yang pertama adalah keberhasilan dalam hidupnya, sedangkan kondisi kedua tersebut sebagai hygiene. Teori ini sering juga dikenal dengan “teori dua faktor kepuasan kerja”
Menurut Herzeberg, faktor yang berperan sebagai motivator terhadap individu adalah mampu memuaskan dan mendorong dirinya untuk bekerja yang meliputi :
a.       Achievement (keberhasilan pelaksanaan)
b.      Recognition (pengakuan)
c.       The work it self (pekerjaan itu sendiri)
d.      Resposibilities (tanggung jawab)
e.       Advancement (pengembangan)
Rangkaian faktor ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya (job content), yaitu bobot pekerjaannya yang dilakukannya, prestasi yang dicapai, penghargaan atas prestasi yang diraih dan peningkatan dalam tugasnya merupakan motivasi besar dalam hidupnya untuk berprestasi.
Faktor yang kedua adalah faktor hygiene yang dapat menimbulkan rasa tidak puas kepada dirinya (de-motivasi) terdiri dari :
a.       Policy and administration (kebijaksanaan dan administarsi)
b.      Technical supervisor (supervisi)
c.       Interpersonal supervision (hubungan antar pribadi)
d.      Working condition (kondisi kerja), dan
e.       Wages (gaji)
Menurut pandangan faktor ini, bila faktor hygiene ini diperbaiki, tidak ada pengaruhnya terhadap sikap kerja yang positif. Bila dibiarkan tidak sehat, maka individu akan merasa kecewa atau tidak puas . Faktor hygiene melukiskan hubungan kerja dengan konteks atau lingkungan dalam mana seseorang melaksanakan pekerjaannya (job content). Karena itu suatu pelayanan atau pemberdayaan yang datang dari luar diharapakan dapat memberikan pengakuan atas prestasi yang sudah dicapai oleh pemuda itu sendiri. Prestasi yang sudah dicapai tersebut harus diungkapkan kepadanya atau mungkin kepada orang lain. Tindakan seperti ini akan memberikan suatu pengakuan atas kemampuan, keterampilan yang dimiliki dan suatu penghargaan atas prestasnya. Nilai suatu tindakan seperti ini dalam teori ini akan dapat mendorong pemuda untuk berprestasi dan akhirnya terhindar dari konflik yang mungkin timbul.
4.      Teori david MC Clelland
Teori Mc. Cllelland ini berkaitan dengan teori kebutuhan keberhasilan, sehingga teori ini sering disebut dengan Achiement Motivation Theory. Menurut teori ini, orang mempunyai kebutuhan untuk berhasil, yakni mempunyai keinginan kuat untuk mencapai sesuatu sehingga dengan bertindak :
a.       Mereka menentukan tujuan tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, tetapi tujuan itu cukup merupakan tantangan untuk dapat dikerjakan dengan lebih baik.
b.      Mereka menentukan tujuan seperti itu karena mereka secara pribadi dapat mengetahui bahwa hasilnya dapat dikuasai bila mereka kerja sendiri.
c.       Mereka senang kepada pekerjannya itu dan merasa sangat berkepentingan dengan keberhasilannya sendiri
d.      Mereka lebih suka bekerja di dalam pekerjaan yang dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan pekerjaannya.
Dalam penerapannya, teori ini menganjurkan bahwa hendaknya pelayanan dan pemberdayaan yang diberikan harus dapat memfasilitasi para pemuda pada suatu tujuan hidup yang dapat dipahami, dimengerti dan dapat dilakukan oleh dia, bukan suatu tujuan yang terlalu tinggi yang tidak dapat direalisasikan juga bukan suatu tujuan hidup yang terlalu rendah. Selain itu diharapakan, bahwa program yang diberikan tersebut harus kebutuhan para pemuda tersebut dan disenangi. Tentu, tindakan seperti ini akan mengalihkan sikap para pemuda tersebut kearah tindakan yang positif. Namun perlu diingat bahwa pemberdayaan dan pelayanan seperti ini bukanlah suatu hal yang mudah tetapi perlu pemikiran yang mendalam dan perlu kerja sama dengan para pemuda tersebut.



BAB VIII
METODE PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF

1.      Pengertian, Tujuan dan Prinsip Prinsip Penyuluhan Pertanian
Paradigma baru penyuluhan pertanian menuntut agar penyuluhan pertanian difokuskan kembali kepada petani dan keluarganya pelaku pembangunan pertanian. Dengan demikian kedudukan petani dan keluarganya dalam pembangunan pertanian adalah sebagai pelaku utama dan sebagai subyek bukan obyek.
Penyuluh pertanian merupakan bagian dari sistim pembangunan pertanian dan merupakan upaya membangun kemampuan masyarakat secara persuasif edukatif seyogyanya dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip penyuluhan pertanian secara baik dan benar. Dengan demikian penggunaan metode penyuluhan pertanian partispatif yng berfokus kepada kepentingan dan aspirasi petani dan keluarganya mutlak diterapkan guna mewujudkan keberdayaan petani dan keluarganya dalam memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan mereka secara mandiri dan berkelanjutan.Untuk itulah dipandang perlu menggalakan dan mensosialisasikan penerapan pendekatan penyuluhan pertanian partisipatif secara lebih luas dengan kembali penyuluhan pertanian kepada petani.
Pengertian penyuluhan pertanian partisipatif adalah pendidikan luar sekolah ( non formal ) bagi petani beserta keluarganya serta anggota masyarakat pertanian lainnya melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan kemampuan untuk memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayahnya
Sebelum menerapkan Metode penyuluhan pertanian partisipatif seorang penyuluh pertanian perlu memahami prinsip-prinsip metode penyuluhan pertanian yang dijadikan landasan memilih metode yang tepat bahwa ada 5 prinsip metode penyuluhan pertanian yaitu :
a.       Pengembangan untuk berfikir kreatif
            Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, seorang penyuluh pertanian harus mampu memilih metode yang tepat yang dapat mengembangkan daya nalar dan kreativitas petani dan keluarganya. Dengan metode tepat diharapkan bisa dihasilkan petani yang mampu dengan upaya sendiri mengatasi masalahnya yang dihadapi dan mampu mengembangkan kreativitas untuk memanfaatkan setiap peluang dan potensi yang ada untuk memperbaiki mutu hidup
b.       Lokasi kegiatan petani
Dalam kegiatan rutinitasnya, petani sibuk dengan kegiatan usahataninya sehingga kadang kala mereka tidak suka diganggu. Untuk itu kegiatan penyuluh pertanian sebaiknya menerapkan metode-metode yang dapat dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal petani bekerja. Beberapa keuntungan dari penerapan metode di lingkungan petani bekerja antara lain ; a) tidak mengganggu kegiatan rutinitas petani, b) dapat ditunjukkan contoh-contoh nyata masalah lingkungan kerja petani dan, c) penyuluh pertanian dapat memahammi betul keadaan sasaran yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan mutu hidupnya
c.        Keterikatan dengan lingkungan sosial
Setiap petani akan berperilaku sesuai dengan kondisi lingkungan sosialnya dimana mereka tinggal. Kegiatan penyuluh pertanian akan lebih efisien jika dilaksanakan hanya kepada masyarakat petani terutama yang diakui lingkungan sebagai panutan yang baik
d.       Keakraban hubungan dengan petani
Keakrabanan hubungan antara penyuluh pertanian dengan petani beserta keluarganya merupakan satu hal yang sangat penting dalam kelancaran penyelengaraan penyuluhan pertanian. Dengan keakraban akan tercipta suatu keterbukaan mengemukakan masalah dan mengemukan pendapat serta saran-saran yang disampaikan. Penyuluh pertanian dapat diterima dengan senang hati tanpa ada prasangka dan merasa dipaksa
e.       Terciptanya perubah
Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku petani dan keluarganya baik pengetahuan sikap maupun ketrampilan.  Dalam kaitan ini metode penyuluhan pertanian diterapkan harus mampu merangsang petani untuk selalu siap dan senang hati atas kesadaran atau pertimbangan nalarnya sendiri mau melakukan perubahan demi perbaikan hidupnya



Selain itu ada beberapa prinsip-prinsip yang dapat digunakan diantaranya :
1.      Menolong diri sendiri
            Prinsip menolong diri sendiri memberikan landasan bahwa penyuluhan partisipasif membangun kapasitas dan kemampuan petani beserta keluarganya dalam memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki untuk menolong diri sendiri tanpa harus menunggu bantuan orang lain atau tergantung kepada pihak luar.
2.      Partisipasi
Memberikan penyuluhan partisipasif melibatkan petani beserta keluarganya mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi. Wujud keterlibatan tersebut adalah kesadaran dan kemauan mereka untuk datang, mendengar, berkomunikasi searah, berkomunikasi dua arah, membangun kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama, membuat keputusan, berbagi resiko, bermitra, sampai mampu mengelola sendiri
3.      Kemitrasejajaran
Memberikan landasan bahwa penyuluhan partisipatif diselenggarakan berdasarkan atas kesamaan kedudukan antara penyuluh dengan petani dan keluarganya. Dengan demikian penyuluhan pertanian mempunyai kedudukan sebagai mitra sejajar petani dan keluarganya.
4.      Demokrasi
Memberi landasan bahwa dalam penyuluhan pertanian partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring, sampai evaluasi diselenggarakan dari petani oleh petani dan untuk petani.
5.      Keterbukaan
Memberikan landasan bahwa dalam penyuluhan partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi  diselenggarakan secara terbuka. Setiap petani mempunyai akses yang sama untuk mendapatkan informasi sehingga timbul rasa saling percaya dan kepedulian besar
6.      Desentralisasi
Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi dititikberatkan pada daerah kabupaten / kota dengan melaksanakan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
7.      Keswadayaan
Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi diselenggarakan atas dasar swadaya petani & keluarganya yang diwujudkan dengan cara menyumbangkan tenaga & material yang mereka miliki untuk melaksanakan semua kegiatan.
8.      Akuntabilitas
Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi dipantau dan diawasi oleh petani beserta keluarganya serta masyarakat tani lainnya.
9.      Menemukan sendiri
Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif bukan hanya sekedar transfer paket teknologi untuk diadopsi oleh petani beserta keluarganya sebaliknya penyuluhan partisipatif ditujukan untuk memperkuat kapasitas masyarakat tani setempat dalam proses penciptaan dan pengembangan inovasi melalui kegiatan studi/kajian yang dilakukan oleh mereka sendiri dan penggalian informasi mengenaik aspek biofisik (agroklimat), sosial dan ekonomi sampai dengan penyebarluasan pengetahuan, pengalaman dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan potensi wilayah masing masing. Termasuk juga disini kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal. Kegiatan ini selanjutnya dimaksudkan untuk membuat rencana kegiatan kelompok, rencana kegiatan desa, kecamatan serta kabupaten.
10.  Membangun pengetahuan
Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif diselenggarakan untuk memperkuat kegiatan wadah/keras belajar petani secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, wawasan, ketrampilan, sikap, dan perilaku positif, membangun etos kerja keras, produktif, efisien, disiplin dan jiwa serta semangat kewirausahaan yang pandai melihat dan memanfaatkan peluang serta pantang menyerah atau putus asa.

11.  Kerja sama dan Koordinasi
Memberi landasan bahwa penyuluhan partisipatif diselenggarakan atas dasar kerja sama dan koordinasi yang intensif baik diantara peneliti, penyuluh, dan petani beserta keluarganya serta masyarakat tani lainnya maupun dengan pihak-pihak terkait. Kerja sama dan koordinasi ini dilakukan secara perorangan maupun melalui kelembagaan baik perusahaan swata, LSM, Perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian. Dinas-dinas lingkup dan luar sektor pertanian maupun lainnya. Kerja sama dan koordinasi ini dilaksanakan secara terpadu dan berorientasi kepada kebutuhan petani beserta keluarganya sehingga memberi efek saling memperkuat bagi upaya pemberdayaan petani dan keluarganya. Dalam kenyataannya peran penyuluh mengalami gelombang pasang surut sesuai dengan kebutuhan dan tuntutannya. Pada saat dimana suatu program pembangunan didominasi oleh peran pemerintah dan peran masyarakat sipil lemah, maka penyuluhan lebih ditetapkan sebagai usaha mengendalikan atau memanipulasi lingkungan sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi orang-orang tertentu untuk mau merubah pola perilakunya untuk memperbaiki mutu kehidupan mereka. Sebaliknya jika peran masyarakat sipil kuat dan ditempatkan sebagai subyek sasaran penyuluhan, maka penyuluhan tidak lain adalah pemberdayaan sasaran penyuluhan tersebut

Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

(1) Rekayasa Ulang

Mengahadapi beragam tantangan sebagaimana di kemukakan di atas, banyak pihak telah mengajukan rumusan pemecahan atau solusinya.
Menghadapi 8 tantangan generik yang dikemukakan, Feder. et al (2001) menawarkan solusinya sebagai berikut:

a)  Pengembangan manajemen penyuluhan, melalui modifikasi dan mengoreksi kelemahan-kelemahan sistem-kerja Latihan dan Kunjungan (LAKU) yang terbukti mampu meningkatkan mutu penyuluhan dan profesionalisme penyuluhnya, agar:

1)      dilaksanakan dengan lebih partisipatip
2)      penyesuaian jadwal LAKU, baik yang menyangkut kunjungan ke petani maupun pelatihan dan supervisi terhadap penyuluh.
3)      lebih banyak memanfaatkan penyuluh sukarela, dan atau penyuluh yang diangkat dan dibiayai oleh kelom-pok-tani..
4)      lebih banyak memanfaatkan media-masa untuk men-dukung kegiatan LAKU.
5)      mempererat jalinan keterkaitan penyuluh dengan peneliti dan stakeholders maupun sumber-sumber informasi yang lain
6)      mengintensifkan kegiatan supervisi yang lebih bersifat peme-cahan masalah dibanding “pengawasan”

b)      Desentralisasi penyuluhan, yang tidak sekadar merupakan pelim-pahan wewenang penyuluhan kepada pemerintah daerah dan masyarakat lokal, tetapi juga memberikan alokasi anggaran yang lebih besar kepada daerah, serta kewenangan untuk mengem-bangkan sistem penyuluhannya sendiri.

c)       Fokus kepada pengembangan sentra-sentra komoditi-unggulan, yang memiliki nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi.

d)      Pembayaran “biaya penyuluhan” oleh penerima manfaat, untuk mempercepat pengembalian investasi penyuluhan.

e)      Keragaman kelembagaan melalui mobilisasi pelaku-pelaku lain. Seperti: LSM, Organisasi Profesi, Perguruan Tinggi, Produsen, Pelaku Bisnis, dll.

f)       Pendekatan pemberdayaan dan partisipatip, untuk mengembang-kan swadaya dan kemandirian masyarakat.

g)      Privatisasi secara bertahap, sejak dari kerjasama, kontrak-kegiat-an penyuluhan,  sampai dengan menyerahkan sepenuhnya kegiat-an penyuluhan dari pemerintah kepada pihak swasta/LSM.

h)      Pengembangan jejaring yang memungkinkan masyarakat dapat berinteraksi dan memanfaatkan media yang tepat, seperti:

1)      penyadaran melalui media masa dan pertunjukan yang populer.
2)      penumbuhan minat melalui pertemuan kelompok, kelompen-capir, dan pertemuan-lapang.
3)      kegiatan penilaian melalui demonstrasi-cara dan hasil
4)      mendorong uji-coba, melalui kunjungan, pertukaran-petani,  pengujian lokal dan demonstrasi
5)      layanan bagi adopter, melalui perlombaan, pemberian peng-hargaan, pengakuan,  dll.

Berkaitan dengan upaya mengatasi tantangan-tantangan tersebut,  Coffey dan Clark (2001) menawarkan kegiatan “rekayasa ulang” (rengineering) penyuluhan pertanian, melalui kegiatan-kegiatan:

a)      Identifikasi kasus
b)      Identifikasi keadaan sekarang dan sebelum terjadinya kasus
c)      Identifikasi masalah, peluang, dan pihak-pihak yang terkait (yang dirugikan maupun yang diuntungkan)
d)      Aspek-aspek yang mendukung perubahan, oleh siapa, dan menga-pa?
e)      Aspek-aspek penyebar luasan perubahan, oleh siapa, dan menga-pa?
f)       Pembiayaan, dll.

Di samping itu, Qamar (2001) mengingatkan bahwa memasuki milenium baru, diperlukan:

a)      Client orientation, yaitu penyuluhan yang dirancang secara khusus khusus untuk setiap kelompok-sasaran
b)      Lokalitas, yaitu penyuluhan yang memperhatikan kondisi fisik dan sosial-budaya setempat yang spesifik.
c)      Penerapan metoda yang efektif,  berdasarkan pengalaman setem-pat.
d)      Penggunaan media elektronik yang semakin luas (radio, TV, multi-media (CD), internet, dll
e)      Pemanfaatan modul jarak-jauh, jika:
1)    terbatasnya penyuluh dan sarana transportasi
2)    bahasa mnerupakan hambatan dalam komunikasi langsung
3)    sumberdaya penyuluhan sangat menurun
4)    kondisi geografi tidak memungkinkan
5)    terdapat kendala budaya (tabu) dalam pelaksaanaan kunjung-an
f)       kerjasama dengan kegiatan penyampaian pesan non-pertanian.
g)      pengembangan penyuluhan partisipatip
h)      keterpaduan antar disiplin keilmuan
i)        Penilaian dampak  dan manfaat kegiatan penyuluhan
j)        Peningkatan peran dalam pembangunan (keluarga) yang berkelanjutan

(2)  Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan

Hobson, et al (2001) mengemukakan pentingnya kelembagaan penyu-luhan.  Yang dimaksud dengan kelembagaan di sini, tidak hanya dalam arti sempit yang berupa pembentukan kelompok atau organi-sasi, tetapi juga dalam arti luas yang menyangkut pola perilaku sesuai nilai-nilai sosial budayanya (Berg,). Tentang hal ini,  Hoffman et al (2000) melaporkan reformasi organisasi penyuluhan pertanian di Jerman yang dapat dijadikan pelajaran bagi negara-negara lain, yang mencakup:

a)      Dewan Pertanian, yang merupakan perwakilan (kebutuhan dan minat) petani pada suatu kawasan tertentu yang relatip luas.
b)      Kantor Dinas Pertanian, selaku “agen penyuluhan”.
c)      Penasehat Penyuluhan Swasta
d)      Agen penyuluhan yang lain
e)      Kelompok-kelompok tani

Dari pengorganisasian seperti itu, dapat ditarik banyak pelajaran, seperti:

a)      perbaikan mutu penyuluhan melalui peningkatan partisipasi   kelompok-sasaran
b)      Kejelasan peran pemerintah, yang lebih banyak pada perumusan strategi penyuluhan kaitannya dengan kegiatan pelatian, program-program panduan, dll.
c)      Penurunan atas kelambanan lembaga-lembaga publik yang biasanya resistan terhadap perubahan
d)      Menghindari konflik antar aparat pemerintah
e)      Ancangan pembiayaan untuk biaya pemerintah
f)       Keluwesan untuk mengemabngkan sistem penyuluhan.

(3)  Pendekatan Penyuluhan

Beberapa penulis menawarkan beragam pendekatan penyuluhan, seperti:

a)      Pendekatan Pembelajaran untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, yang bertumpu pada 3 (tiga) konsep dasar, yaitu:

1)      Kompetensi profesional, melalui pengembangan kemampuan praktisi dengan beragam teori, nilai-nilai, dan kepercayaan tertentu.
2)      Penggunaan teori-sistem dan filsafat ilmu dalam kegiatan praktis
3)      Belajar kriitis, melalui proses belajar bersama untuk meng-kritisi setiap alternatip perubahan yang ditawarkan.

b)      Pendekatan Navigator (Boon dan Murray, 2001), yaitu suatu percepatan perubahan melalaui pengembangan SDM, pembela-jaran berkelanjutan, dan pola-pikir baru untuk mem-bantu para produsen agar terus melakukan perubahan-perubahan, yang secara singkat disampaikan dalam Gambar 43.

c)  Orientasi masa-depan, dan bukan apa yang dilakukan sekarang  (Toscano, 2001), dengan  memperhatikan:
i  kecenderungan global
i  perubahan-perubahan masa depan
i  perubahan kependudukan
i  kemajuan bioteknologi modern
i  hukum internasional
i  etika dan lingkungan
i  kecenderungan bisnis global
i  kecenderungan lokakarya global

d)  Orientasi kepada keinginan kelompok sasaran (Mcleish, et al, 001) terhadap informasi yang:

i  cermat, bersahabat, menyadarkan
i  tertulis, sehingga membantu pengambilan keputusan
i  sederhana, singkat, dan jelas tentang pesan yang ditonjolkan
i  membantu pengembangan diri/usahanya.
i  cermat, bersahabat, menyadarkan
i  tertulis, sehingga membantu pengambilan keputusan
i  sederhana, singkat, dan jelas tentang pesan yang ditonjolkan
i  membantu pengembangan diri/usahanya.
Gambar 43.  Pendekatan Navigator


e)   Pendekatan ekonomi/manajemen usahatani, yang mencakup:
i  sumbangan yang diberikan (Evenson, 1997)
i  efektivitas pembiayaan (Adhikarya, 1995)
i  kepuasan pelanggan (Rennekamp et al, 2001) yaitu: relevansi, mutu, kemanfaatan,  dan layanan.
i  keunikan bisnis (Reeve, 2001)
i  perencanaan pemasaran (Nehiley, 2001) yang terdiri: inventarisasi pelanggan, tujuan dan sasaran pemasaran, putuskan pesan yang ingin disampaikan,manfaatkan media yang tepat.

Penyuluhan Pertanian Di Masa Depan

Di masa mendatang, kegiatan penyuluhan pertanian akan menghadapi tantangan-tantangan, terutama yang diakibatkan oleh pertumbuhan populasi penduduk di tengah-tengah semakin sempitnya lahan per-tanian, sehingga usahatani harus semakin mengkhususkan diri serta meningkatkan efisiensinya.
Dalam perspektif pemerintah, apapun prioritas yang akan ditempuh, kegiatan penyuluhan pertanian akan tetap menjadi kebijakan kunci untuk mempromosikan kegiatan Pertanian Berkelanjutan baik dalam kontek ekologi maupun sosial-ekonomi ditengah-tengah sistem pemerintahan yang birokratis dan semakin terbatas kemampuannya untuk membiayai kegiatan-kegiatan publik. Di lain pihak, kegiatan penyuluhan harus semakin bersifat “partisipatip” yang diawali dengan analisis tentang keadaaan dan kebutuhan masyarakat melalui kegiatan Penilaian Desa Partisipatip atau participatory rural appraisal/PRA (Chambers, 1993). Meskipun demikian, kegiatan penyuluhan per-tanian akan banyak didukung oleh kemajuan teknologi informasi.
Karena itu, di masa depan, kekuatan dan perubahan penyuluhan per-tanian akan selalu terkait dengan keempat hal yang akan dikemuka-kan berikut ini (Rivera & Gustafson, 1991):

(1)    Iklim ekonomi dan Politik
Sejak krisis ekonomi dan politik melanda beberapa negara pada akhir abad 20, banyak negara yang tidak lagi mampu membiayai kegiatan publik di tengah-tengah tuntutan demokratisasi.
Karena itu, kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan seca-ra lebih efisien untuk dapat melayani kelompok sasaran yang lebih luas, dan di lain pihak, pemerintah akan lebih banyak menyerahkan kegiatan penyuluhan kepada pihak swasta.

(2)    Konteks sosial di wilayah pedesaan
Di masa depan, masyarakat pedesaan relatif berpendidikan, lebih banyak memperoleh informasi dari media masa serta terbuka dari isolasi geograpis, lebih memiliki aksesi-bilitas dengan kehidupan bangsanya sendiri dan dunia internasional.  Karena itu, penyuluh-an pertanian harus mampu menjawab tantangan pertumbuhan penduduk, meningkatnya urbanisasi, perubahan aturan/kebijakan, persyaratan pasar, serta kebutuhan masyarakat akan beragam layanan seperti: pelatihan, spesialisasi, pelatihan kompetensi dan bentuk-bentuk organisasi (Moris, 1991).  Sehubungan dengan itu, penyuluhan pertanian di masa depan harus meninggalkan mono-poli pemerintah sebagai penyelenggara penyuluhan, mampu melayani beragam kelompok-sasaran yang berbeda, tidak saja terkait dengan keragaman kategori adopternya, tetapi juga yang terkait dengan aksesibilitas pasar, derajat komersialisasi serta ketergantungannya pada usahatani untuk perbaikan penda-patan dan kesejahteraannya.


(3)  Sistem Pengetahuan
Terjadinya perubahan politik yang berdampak pada debiro-kratisasi, desentralisasi (pelimpahan kewenangan) dan devolusi (penyerahan kewenangan) kepada masyarakat  lokal, juga akan berimbas pada pengembangan usahatani yang memiliki spesifi-kasi lokal. Pengakuan terhadap pentingnya spesifikasi lokal, harus dihadapi dengan pengakuan penyuluh terhadap kemampuan petani, pengalaman petani, penelitian yang dilakukan petani, serta upaya-upaya pengembangan yang dilakukan. Oleh sebab itu, penyuluh harus menjalin hubungan yang partisipatip dengan kelompok sasarannya, khususnya dalam pemanfaatan media-masa untuk menunjang kegiatan penyuluhan di wilayah-kerjanya.

(4) Teknologi Informasi
Perkembangan telekomunikasi dan penggunaan komputer pribadi/ PC akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan penyuluhan per-tanian di masa depan.  Kelompok sasaran yang memiliki kemam-puan memanfaatkan teknologi informasi/IT akan relatif lebih independen.  Dengan demikian, fungsi penyuluh tidak lagi “menyampaikan pesan” melainkan lebih bersifat fasilitatif dan konsultatif, dan karena itu akan menuntut jalinan interaksi partisipatip yang semakin intensif dengan kelompok-sasarannya.

Khusus di Indonesia, masa depan penyuluhan pertanian perlu mem-perhatikan:

(1)    Kemandirian Penyuluhan Oleh Masyarakat
Sejarah mencatat bahwa pelaksanaan penyuluhan pertanian, sejak jaman penjajahan Hindia Belanda, selalu didominasi oleh pemerintah.  Hal ini terlihar bahwa, pelaksana penyuluhan pertanian dilakukan oleh “pangreh praja”, “pamong praja”, aparat Departemen/Dinas Pertanian, dan terakhir oleh Penyuluh Pertanian dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dilihat dari kepentingan pemerintah, praktek penyuluhan seperti ini sangat cocok, karena semua kebijakannya selalu dapat diamankan dengan baik oleh para penyuluh PNS yang sangat “loyal” kepada pemerintah (yang membayar, menghidupi, dan membuatnya memper-oleh penghargaan dari masyarakatnya).   Sayangnya kebijakan peme-rintah tidak selalu berpihak kepada petani.  Bahkan seringkali campur-tangan pemerintah tidak memberikan perbaikan tetapi justru merugikan kepentingan petani dan lebih mementingkan pemangku-kepentingan yang lain.
Praktek serupa, juga dapat dicermati dari kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh (perusahaan) swasta yang lebih menguntungkan dan atau berorientasi kepada kepentingan pengusaha dari pada kepentingan petani; serta penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh beberapa oknum pegiat lembaga swadaya masyarakat (LSM), yang lebih berorientasi dan menguntungkan (agenda terselubung) penyandang dana, atau kepentingan Asing.

Pengalaman tersebut, mendorong pemikiran kearah kemandirian penyelenggaran penyuluhan oleh masyarakat, untuk kepentingan masyarakat.  Sebab, selama penyuluh berasal (diangkat dan dibayar) pihak luar, selama itu pula mereka akan lebih berpihak kepada kepentingan “luar” dibanding kepentingan petaninya.
Pemikiran seperti itu, juga disampaikan oleh Puspadi (2006)  yang menyatakan bahwa: penyuluhan yang dikelola petani merupakan pendekatan penyelenggaraan penyuluhan pertanian partisipatif pada tingkat tertinggi yang merupakan alternatif untuk mendekatkan sumberdaya informasi dan teknologi di pedesaan.
Terkait dengan hal ini, sering muncul pertanyaan: apakah masyarakt mampu membiayai penyuluhnya?   Jawabnya: mampu, asal benar-benar diberi kesempatan dan kepercayaan untuk melepaskan diri dari proyek-proyek pemerintah, swasta dan LSM.

(2)    Desentralisasi Penyuluhan
Seiring dengan kebijakan desentralisasi pemerintahan yang digulirkan sebagai tuntutan reformasi sejak diundangkannya UU No. 22 Tahun 1999,  desentralisasi penyuluhan pertanian yang sudah digulirkan sejak tahun 1995 semakin menjadi keharusan.
Terkait dengan itu, penyuluhan spesifik lokal yang memperhatikan indigenuous technology, serta budaya dan kearifan-lokal semakin menjadi kebutuhan di masa depan

(3)    Privatisasi Penyuluhan Pertanian
Dominasi pemerintah dalam penyelenggaraan penyuluhan, tidak saja terlihat pada pengangkatan tenaga penyuluh, tetapi juga dalam pembiayaan kegiatan penyuluhan.  Sayangnya, tidak semua penye-lenggara pemerintah memahami arti penting penyuluhan untuk kepentingan jangka pendek kaitannya dengan pencapaian target pem-bangunan,  maupun kepentingan jangka panjang kaitannya dengan investasi sumberdaya manusia. 
Akibatnya, kegiatan penyuluhan sangat tergantung kepada pema-haman masing-masing kepala pemerintahannya untuk menyediakan anggaran penyuluhan pertanian.

(4)    Integrasi Penyuluhan Pembangunan
Dalam UU No. 16 Tahun 2006 pasal 6 (2a) dinyatakan bahwa; ... penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan; 
Tentang hal ini, perlu dipahami bahwa, dewasa ini, pemerintah menyelenggarakan tidak kurang dari 20 jenis penyuluhan pembangunan di pedesaan (Sutadi, 1999). Oleh sebab itu, perlu perenungan yang sungguh-sungguh, apakah penyuluhan (sektoral) pertanian masih diperlukan, ataukah hanya dikembangkan sebagai sub-sistem dari sistem penyuluhan pembangunan perdesaan secara terintegrasi dan holistik

Lebih lanjut, berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi penyuluhan pertanian, pada tahun 1989 Mardikanto telah mengusulkan gagasan pembentukan Kantor/Unit Penyuluhan Pembangunan di setiap Kabu-paten Kota yang secara langsung di bawah kamando dan bertang-gungjawab kepada Bupati/Walikota.
Pembentukan kantor/Unit Penyuluhan Pembangunan seperti itu, dira-sakan sangat mutlak, sebab yang diperlukan (yang dapat menjamin orientasi lintas sektoral) bukanlah sekadar wadah atau forum koordi-nasi penyuluhan, tetapi suatu unit kegiatan yang bertanggungjawab penuh kepada Bupati/Walikota dan memiliki kekuasaan penuh dalam menyelenggarakan administrasi penyuluhan pembangunan. 
Adanya forum koordinasi penyuluhan, pengalaman menunjukkan bahwa koordinasi yang baik dimeja rapat tidak selalu diikuti  dengan pelaksanaan penyuluhan pembangunan di lapangan yang benar-benar ber-orientasi lintas-sektoral yang terpadu, selaras, seimbang, dan serasi sesuai dengan prioritas kebutuhan demi tercapainya tujuan pemba-ngunan lokal, regional dan nasional.

Berbeda dengan Dinas/Instansi teknis yang ada, yang lebih memuastkan perhatian kepada kegiatan pengaturan dan pelayanan sesuai dengan sektor/sub-sektornya masing-masing, Kantor/Unit Penyuluhan Pembangunan merupakan aparat fungsional dari yang berkewajiban dan bertanggungjawab merancang, melaksanakan, maupun mengevaluasi program-program penyuluhan pembangunan di wilayah yang bersangkutan, untuk semua kegiatan sektoral dan sub-sektoral, secara terpadu, seimbang, selaras, dan serasi berdasarkan prioritas kebutuhan pembangunan wilayah setempat demi tercapainya perbaikan mutu-hidup masyarakat terus –menerus.

Keberadaan Kantor/Unit Pelaksana Penyuluhan Pembangunan yang diharapkan akan  mewadahi semua kegiatan penyuluhan yang selama ini dilakukan oleh beragam Dinas/Instansi tersebut, dirasakan penting karena praktek pelaksanaan kegiatan penyuluhan pembangunan yang dirancang dan dikelola oleh beragam dinas/instansi secara terpisah seperti itu, sedikitnya akan memiliki kelemahan-kelemahan dilihat dari:

a)      pemanfaatan sumberdaya pembangunan,
b)      ketidak-paduan bahkan terjadinya kompetisi kegiatan penyuluhan antar sektor,
c)      keterbatasan wawasan dan pola berpikir aparat penyuluhan, dan
d)     kepentingan masyarakat sasaran.

a.      Pemanfaatan sumberdaya pembangunan,

Sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh beraga dinas/ instansi, maka sering terjadi kegiat-an penyuluhan tentang suatu aspek kehidupan yang sama tetapi dilaksanakan oleh banyak pihak, padahal semestinya dapat dilaku-kan oleh seorang penyuluh yang sama. Praktek-praktek penyuluhan seperti ini dapat dilihat misalnya pada:

i  Penyuluhan kesehatan masyarakat, yang dilakukan oleh : PKK dan Puskesmas (melalui Posyandu), Penyuluh Pertanian (melalui UPGK), juru penerang, LSM, dll.
i  Pembinaan generasi muda, yang dilakukan oleh kantor Mendik-nas, Departemen Sosial (Karang Taruna), Penyuluh Pertanian (Pembinaan Pemuda Tani, Pramuka Taruna Bumi), Ormas Pemuda dll.
i  Pertanian, Koperasi, Hukum, dan Keluarga Berencana oleh : Penyuluh Pertanian, Departemen Koperasi, BKKBN, Penga-dilan Negeri (Kadarkum), Jaksa Masuk Desa, dll.

Praktek kegiatan penyuluhan seperti itu, meskipun disatu pihak memiliki arti positif sebagai upaya perluasan lapangan kerja, tentu saja merupakan pemborosan sumberdaya pembangunan (apalagi dalam sua-sana perekonomian yang sulit seperti sekarang ini). Disamping itu, praktek penyuluhan seperti ini sekarang menjadi tidak efektif manakala pesan yang disampaikan oleh masing-masing penyuluh tidak selaras (misalnya penyuluhan penggunaan pestisida oleh PPL dan pelarangan penggunaan pesti-sida oleh LSM di bidang lingkungan hidup).
Peningkatan kegiatan penyuluhan yang ditangani oleh setiap dinas/ instansi terkait seperti itu, akan semakin terasa sebagai beban pembangunan yang tidak kecil, manakala selaras dengan tahapan pembangunan, setiap sektor kegiatan menuntut pengangkatan penyuluh baru (termasuk kemudahan yang selaras) dengan jumlah seperti yang telah dimiliki oleh sektor lain.  Pengalaman seperti ini pernah kita rasakan pada awal Pelita III, pada saat semua sub-sektor lingkup Departemen Pertanian menginginkan untuk mengangkat PPL-nya sendiri-sendiri seperti yang telah dimiliki oleh Dinas Pertanian (Tanaman Pangan).

b.  Ketidak-paduan dan Kompetisi antar Sektor

Seperti telah disinggung, kegiatan penyuluhan yang dilaksa-nakan oleh masing-masing dinas/ instansi terkait seringkali menjadi tidak padu bahkan cenderung berebut lahan dan popularitas, demi tercapainya target-target sektoral  atau sub-sektoral. Sehingga tidaklah mengherankan jika keadaan seperti itu dapat menimbulkan kesenjangan psikologis antar aparat penyuluhan di lapangan. Dan jika kesenjangan seperti itu dapat dipadukan dengan baik, yang muncul di lapangan adalah adanya satu kegiatan dengan papan nama yang berbeda (berganti-ganti) sesuai dengan “siapa” yang sedang membutuhkan (misalnya: kelompok tani berubah menjadi kelompencapir, kadarkum, atau yang lainnya lagi) karena sasarannya memang sama.

c.   Keterbatasan wawasan dan pola pikir aparat penyuluh

Adalah satu kendala yang perlu segera diantisipasi adalah, keter                    batasan wawasan dan pola berpikir sektoral (atau bahkan sub-sektor yang dimiliki oleh aparat penyuluh di lapangan, sebagai akibat demi tercapainya target-target sektor/ sub-sektornya. Perilaku seperti ini, nampaknya telah dapat diselesaikan dengan baik di meja rapat koordinasi (baik pada saat perencanaan atau pemantauan/ evaluasi). Akan tetapi dalam pelaksanaan di lapangan, penyakit seperti itu sangat sulit disem-buhkan karena sebagai aparat yang baik, harus dapat mengamankan dan mensukseskan program serta target dinas/ instansinya sendiri-sendiri.



d.  Kepentingan masyarakat sasaran
Ditinjau dari kepentingan masyarakat selaku penerima manfaat penyuluhan, kegiatan penyuluhan pembangunan yang diprogram dan dilaksanakan oleh beragam instansi sektoral (melalui penyuluhnya masing-masing) akan menyita waktu dan perhatian tokoh-tokoh masyarakat yang bersangkutan hanya untuk menerima kehadiran, mendengar kan penyuluhan, dan kegiatan lain yang dirancang oleh masing-masing penyuluhnya; sehingga waktu yang tersedia untuk mengelola kegiatannya sendiri, dan waktu serta perhatiannya untuk mengorganisir  dan menggerakkan partisipasi anggotanya menjadi relatif sangat terbatas.








PENUTUP

Penyuluh sebagai komunikator dalam sebuah penyuluhan adalah orang yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum ataupun pesan yang sifatnya pribadi untuk mengubah perilaku. Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu factor yang melekat pada diri seorang penyuluh. Dalam komunikasi verbal diperlukan keterampilan berbicara dan menulis, mendengarkan dan membaca, dan berpikir serta bernalar.
Komunikator yang berbicara dengan baik akan sangat menarik perhatian komunikan. Komunikator juga harus mampu menulis dan membaca dengan baik, misalnya saat menyampaikan pesan dengan metode mengajar. Kemampuan dalam berpikir dan bernalar juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang komunikator dalam penyampaian pesannya. Keterampilan berkomunikasi yang dimiliki oleh seorang penyuluh sangat mempengaruhi penampilannya ketika sedang mengadakan komunikasi.
Metode dan teknik penyuluhan merupakan cara dan prosedur yang dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian untuk mendorong terjadinya efek/perubahan perilaku yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan daya anut sasaran serta untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan dan kemandirian sasaran penyuluh.
Untuk dapat memilih serta menggunakan metode dan teknik penyuluhan dengan baik, seorang penyuluh perlu memahami filsafat pendidikan teori belajar/pembelajaran dan strategi pembelajaran. Filsafat pendidikan yang dipakai dalam penyuluhan antara lain Idealisme, Pragmatisme dan Realisme.
Seorang penyuluh juga diharapkan dapat memahami keadaan situasi dan kondisi sasaran yang akan diberikan penyuluhan yang mencakup antara lain :
1.      Memahami dan menguasai berbagai macam metode dan teknik penyuluhan sesuai landasan filosofis dan landasan psikologisnya.
2.      Menganalisis dan mengevaluasi metode dan teknik penyuluhan yang sedang dikembangkan.
3.      Menerapkan metode dan teknik penyuluhan yang relevan dengan kondisi sosial dan kultur sasaran serta berorientasi agribisnis.
A.H Mounder (1972) dalam Kusnadi (2005), menggolongkan metode penyuluhan pertanian berdasarkan jumlah sasaran y ang dapat dicapai adalah sebagai berikut :
1.      Perorangan, Penyuluhan berhubungan langsung dengan sasaran, seperti kunjungan rumah, kunjungan ke lahan usahatani, kunjungan kantor, surat menyurat, hubungan telepon dan magang.
2.      Kelompok, Penyuluhan berhubungan dengan sekelompok orang untuk menyampaikan pesannya seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, widyawisata/karyawisata, kursus tani, temu karya, tem lapang, temu usaha, mimbar sarasehan, perlombaan dan pemutaran slide.
3.      Massal, Penyuluhan menjangkau sasaran yang banyak, antara lain rapat umum, siaran melalui radio, televisi, pertunjukan kesenian, penyebaran bahan tertulis, dan pemutaran film.
Berdasarkan teknik komunikasi metode penyuluhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1.      Metode penyuluhan langsung, yaitu metode penyuluhan tanpa melalui perantara misalnya kursus tani, demonstrasi, widya karya.
2.      Metode penyuluhan tidak langsung, yaitu metode penyuluhan melalui perantara atau media seperti pertunjukan film, siaran melalui radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.








DAFTAR PERPUSTAKAAN

A.W. van den Ban, (1999). Penyuluhan Pertanian, Jogyakarta: Kasinius.

Departemen Kehutanan, (1986). Penyuluhan Pembangunan Kehutanan, Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.

Hasmosoewignjo dan Garnadi Attila, (1962). Penyuluhan kepada Rakyat Tani, Jakarta: Jawatan Pertanian.

Hickerson, Francine and John Middleton. (1975). Helping People Learn : A Module For Trainers, Aprofesional Development Module, East-West Communication Institute, East-West Center, Honolulu

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas maret University Press.

Soekandar Wiriaatmadja, (1980). Pokok-pokok Penyuluhan Peranian, Jakarta: CV. Yasaguna.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Metode Penyuluhan Pertanian
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://prodipplk.blogspot.com/2015/09/metode-penyuluhan-pertanian.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 komentar:

SILVER mengatakan...

Terima kasih bapa, materinya sangat membantu....

Posting Komentar

Buat Akun Email Google | Copyright of Penyuluhan Pertanian Lahan Kering.