METODE PENYULUHAN PERTANIAN
Selasa, 27 Oktober 2015
0
komentar
BAB III
METODE PENYULUHAN PERTANIAN
1.1.Pendahuluan
Penguasaan
kualitas keterampilan disertai pembinaan semangat kerja, disiplin dan tanggung
jawab. Rendahnya produktivitas disebabkan antara lain karena tingkat
pendidikannya rendah, sehingga untuk meningkatkan kualitasnya diperlukan
pendidikan yang cocok bagi para petani bukan melalui jalur pendidikan formal di
sekolah, tetapi melalui jalur pendidikan non formal yang bersifat kemitraan,
pemecahan masalah dikelompok, keputusan bersama dengan anggota kelompok,
belajar lewat pengalaman, melakukan, mengalami, dan menemukan sendiri, teori
dan praktek di lapangan,
Berbagai
metode penyuluhan pertanian yang telah dikembangkan oleh Institusi penyuluhan
pertanian di Indonesia sejak ”tempo doeloe” sampai sekarang merupakan khazanah
pengetahuan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Untuk itu perlu dibahas
berbagai metode penyuluhan pertanian yang pernah diterapkan di Indonesia hingga
kini sebagai bahan acuan bagi para penyuluh pertanian, pengelola penyuluhan
pertanian dan para peneliti serta pihak terkait yang menaruh minat pada
perkembangan dan pengembangan penyuluhan pertanian.
1.2.Pengertian Metode Penyuluhan
Pertanian
Metode
penyuluhan pertanian merupakan cara penyampaian materi penyuluhan pertanian
kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha,pendapatan dan kesejahteraannya serta
meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Metode
penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar oranag dewasa
(andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik,
pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang
biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Mardikanto
(1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat
dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran
penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang
dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam
menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu
penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya.
Menurut
Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu
metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin
dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat
digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode
penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan
sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni
metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.
Metode
adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncakan.
Setiap orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai
dengan kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan
mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian
mendistribusikannya.
Namun
dilain pihak, penggunaan kombinasi dari berbagai metode penyuluhan akan banyak
membantu mempercepat proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih
banyak metode penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan
yang terjadi dalam diri individu. Kombinasi metode penggunaan metode komunikasi
(baca:penyuluhan) juga dilakukan pada “kelompencapir”. Dalam operrasional di lapangan,
kelompencapir menggunakan bernagai cara/metode komunikasi yaitu metode
komunikasi banyak tahap (multi step of communication) yaitu arus
komunikasi mengalir daqri media masyarakat kepada pemuka masyarakat, dari
pemuka masyarakat secara “tatap muka” disalurkan kepada anggota kelompencapir
melalui diskusi-diskusi kelompok tentang topik yang dibahas oleh media massa,
dan selanjutnya disebarkan kepada khalayak secara bersilang dan menyeluruh.
Metode
Penyuluhan Pertanian Wahyuti (2006)
menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, metode sering diartikan sebagai
“cara”, dan teknik diartikan sebagai “prosedur”, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode penyuluhan pertanian merupakan cara menyampaikan
penyuluhan kepada sasaran (pelaku utama dan keluarganya) agar kegiatan
penyuluhan memiliki greget dan mendorong pelaku utama dan keluarganya untuk
berubah pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Kusnadi
(2011) menyatakan bahwa Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian
materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada
petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun
tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru.
Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol
dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut
memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan dll. Dilain pihak
simbol dapat diartikan kode kode yang digunakan pada pesan.
Simbol yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu bahasa.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertanian atau sumber untuk
memilih serta menata isi pesan dan simbol yang digunakan pada
pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan
pertanian.
1.3.Tujuan Pemilihan Metode Penyuluhan
Pertanian
Penyuluhan
pertanian merupakan kegiatan pendidikan dengan tujuan untuk mengubah perilaku
klian (petani dan keluarga) sesuai dengan yang direncanakan atau diinginkan
yakni upaya pemberdayaan klien agar lebih berdaya secara mandiri. Untuk
mencapai maksud tersebut kegiatan penyuluhan harus dapat menimbulkan perubahan
perilaku petani dan keluarganya.
Proses
belajar mengajar seseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di
dalamnya. Hal in dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam
penelitiannya memperolehhasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5%
melalui indera peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar
dan 83% melalui indera penglihat.
Dalam
mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu proses untuk mengambil
suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melalui serangkaian pengalaman
mental fisikologis sebagai berikut :
1. Tahap sadar yaitu sasaran mulai
sadar tentang adanya inovasi yangditawarkan oleh penyuluh
2. Tahap minta yaitu tumbuhnya minat
yang seringkali ditandai oleh keinginan untuk bertanya atau untuk mengetahui
lebih banyak tentang segala sesuatuyang berkaitan dengan inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh.
3. Tahap menilai yaitu penilaian
terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya
secara lebih lengkap.
4. Tahap mencoba yaitu tahap dimana
sasaran mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya,
sebelum menerapkan untuk skala yanglebih luas.
5. Tahap menerapkan yaitu sasaran
dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah
dilakukan/diamati sendiri.
Salah
satu alasan mengapa kita menggunakan metode penyuluhan pertanian adalah sasaran
yang akan diberi penyuluhan pertanian cukup beragam baik pada tahap
perkembangan mental, keadaan lingkungan dan kesempatannya. Dengan keragamannya
sasaran tersebut maka perlu dipilih dan digunakan metode penyuluhan pertanian
yang sesuai dengan kondisi sasaran.
Jadi
tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah : agar kegiatan penyuluhan pertanian
yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan
perilaku petani & anggota keluarganya dapat berdayaguna & berhasilguna
serta untuk membantu para penyuluh pertanian dalam menyampaikan materi
penyuluhan pertanian kepada petani beserta keluarganya bisa diterima secara
efektif oleh petani dan bisa menimbulkan perubahan-perubahan perilaku sesuai
dengan yang diinginkan
1.4.Penggolongan Metoda Dan Teknik Penyuluhan
Pada
prinsipnya metoda penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan macam-macam
pendekatannya :
A.
Penggolongan
Dari Segi Komunikasi
Metoda penyuluhan dapat digolongkan
kedalam 2 (dua) golongan yaitu :
1.
Metoda-metoda
yang langsung (direct Communication/face to face Communication) dalam hal ini
penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan ditempat
peternakan, dirumah, dibalai Desa, di Kantor, dalam kursus tani, dalam
penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.
2.
Metoda-metoda
yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh tidak
langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan
pesannya melalui perantara (media).
B.
Penggolongan
Berdasarkan Indera Penerima
Adapun
penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan
yaitu:
1.
Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan.
Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster,
pemutaran film dan pemutaran slide.
2.
Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran.
Misalnya siaran pertanian melalui radio dan hubungan telephone serata alat-alat
audiotif lainnya.
3.
Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui
beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya:
a.
Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba)
b.
Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba)
c.
Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)
Metode-metode
yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan
Dalam hal ini pesan dilampirkan melalui penglihatan, contoh : Pesan yang tertulis, Pesan yang bergambar, dan Pesan yang terproyeksi: seperti film/slide tanpa penjelasan vocal/bisu, sedangkan metode-metode yang disampaikan melalui pendengaran dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran, contoh : Siaran pedesaan melalui radio/TV Hubungan telpon
Pidato, ceramah, rapat.
Dalam hal ini pesan dilampirkan melalui penglihatan, contoh : Pesan yang tertulis, Pesan yang bergambar, dan Pesan yang terproyeksi: seperti film/slide tanpa penjelasan vocal/bisu, sedangkan metode-metode yang disampaikan melalui pendengaran dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran, contoh : Siaran pedesaan melalui radio/TV Hubungan telpon
Pidato, ceramah, rapat.
Metode
yang disampaikan melalui beberapa macam alat indera secara kombinasi dalam hal
ini pesan diterima oleh sasaran bisa melalui pendengaran, penglihatan, diraba,
dicium ataupun dikecap secara sekaligus, contohnya: demonstrasi, peragaan
dengan penjelasan, dan lain-lain
C.
Penggolongan
Berdasarkan Pendekatan Kepada Sasaran
1. Metode
berdasarkan pendekatan perorangan
Dalam
metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal approach menurut
Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus
dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai,
metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi
dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih
tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun
pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.
Menurut
Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya
adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena
berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada
program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal
ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasaran secara perorangan. Contohnya :
a. Kunjungan ke rumah petani, ataupun
petani berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.
b. Surat menyurat secara perorangan.
c. Demonstrasi pilot.
d. Belajar perorangan, belajar praktek.
e. Hubungan telepon
2. Metode
berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam
metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan
secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut
Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak
dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang
lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat
yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga
terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam
kelompok yang bersangkutan.
Metode
kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih
menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok
yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku
dan norma para anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok
sasaran Contohya :
a. pertemuan (contoh : di rumah, di
saung, di balai desa, dan lain-lain.
b. Perlombaan.
c. Demonstrtasi cara/hasil.
d. Kursus tani.
e. Musyawarah/diskusi kelompok/temu
karya.
f. Karyawisata.
g. Hari lapangan petani (farm field
day).
Ciri khusus
metode kelompok :
a. Menjangkau lebih banyak sasaran
b. Penyatuan pengalaman petani
c. Memperkuat pembentukan sikap petani
d. Pertemuan dapat diulang
e. Keterlibatan petani bisa lebih aktif
3. Metode
berdasarkan pendekatan massal
Metode
pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini
dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi
penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat
menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena
pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan
media massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan
Hawkins, 1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah
rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder
atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya.
Dalam
hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak langsung
kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.
Contohya :
a. Rapat (pertemuan umum)
b. Siaran pedesaan melalui Radio/TV
c. Pemuatan film/slide
d. Penyebaran bahan tulisan : (brosur,
leaflet, folder, booklet dan sebgainya)
e. Pemasangan Foster dan Spanduk
f. Pertunjukan Kesenian
Beragamnya
metode penyuluhan bukan berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian
metode yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan. Berikut ini beberapa keuntungan dan
kerugian dari ketiga metode tersebut (Setiana, 2005), yakni:
Tabel 1. Keuntungan dan kerugian
metode penyuluhan perorangan, kelompok dan massal
Metode
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Penyuluhan
perorangan
|
Ø Waktu lebih efisien
Ø Adanya persiapan yang mantap
|
Ø Komunikasi tersamar
Ø Sifatnya lebih formal
Ø Pengaruhnya relatif sukar
Ø Relatif lebih mudah diukur mengorganisasikan
|
Penyuluhan
kelompok
|
Ø Relatif lebih efisien, pertanian berkelompok
Ø Komunikator tidak tersamar
|
Ø Masalah pengorganisasian
Ø Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok bersama
Ø Kesulitan dalam pengorganisasian aktivitas diskusi
Ø Memerlukan pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap
dan dinamis
|
Penyuluhan
massal
|
Ø Tidak terlalu resmi, pertanian massal
Ø Penuh kepercayaan
Ø Langsung dapat dirasakan
|
Ø Memakan waktu lebih banyak
Ø Biaya lebih besar
Ø Bersifat kurang efisien pengaruhnya
|
3.5.Pertimbangan Dalam Pemilihan Metode Dan Teknik Penyuluhan
Keberhasilan penggunaan metode penyuluhan
pertanian salah satunya ditentukan oleh
tepatnya penyuluh dalam mempertimbangkan berbagai faktor yang berhubungan
dengan pemilihan metode penyuluhan itu sendiri.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan tersebut antara lain
adalah:
1.
Karakteristik sasaran
2.
Karakteristik penyuluh
3.
Karakteristik keadaan daerah
4.
Materi penyuluhan pertanian
5.
Sarana dan biaya
6.
Kebijaksanaan pemerintah
Dalam
mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami suatu proses penerapan (adoption)
yang merupakan proses mental yang dapat dilalui dalam lima tahapan, yaitu:
1. Tahap mengetahui
dan menyadari (awarness), dimana seseorang
menyadari adanya sesuatu ide
atau teknologi baru dan merasa
tergugah untuk mempelajarinya.
Selanjutnya, ia mencoba mengembangkan
ingatan atau pengetahuannya tentang ide atau teknologi baru
tersebut.
2. Tahap minat (interesting), dimana
seseorang yang sudah tergugah untuk mempelajari tentang ide atau teknologi baru
selanjutnya tumbuh minatnya, yaitubertanya ke sana ke mari atau mengajukan
respon, mengumpulkan keterangan- keterangan lebih lanjut dalam rangka
mengembangkan pengertiannya.
3. Tahap menilai (evaluation), dimana
seseorang yang telah tumbuh minatnya lalu bertanya kepada dirinya sendiri
dan melakukan penilaian secara subyektif tentang untung atau ruginya kalau akan
menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya. Penilaian
tersebut dia lakukan berdasarkan pengertian-pengertian yang diperolehnya dari
tahap berikutnya.
4. Tahap mencoba (trial), dimana
seseorang yang telah berhasil mencapai tahap menilai, dan
berkesimpulan bahwa ide atau teknologi baru
yang dipelajarinya ternyata menguntungkan, maka akan mencoba menerapkan
ide atau teknologi baru tersebut dalam skala kecil sehingga timbul keyakinannya
karena telah mengalami sendiri.
5. Tahap menerapkan
(adoption), dimana seseorang
yang telah yakin akan menerapkan ide atau
teknologi baru yang dipelajarinya dalam praktik nyata atau dalam usaha skala
yang sebenarnya.
Kemampuan
seseorang dalam mempelajari sesuatu berbeda-beda.Demikian pula tahap
perkembangan mentalnya, keadaan lingkungan dan kesempatannya juga
berbeda-beda.Oleh karena itu, perlu dipilih
metoda penyuluhan pertanian yang berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam
pemilihan metoda penyuluhan pertanian, pertimbangan-pertimbangan yang harus
diambil didasarkan pada:
1. Karakteristk Sasaran
Agar
pesan dapat sampai dengan baik kepada sasaran, maka perlu diperhatikan kondisi
sasaran. Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbang-kan dalam
memilih metoda penyuluhan pertanian, antara lain: 1) tingkat pengetahuan, sikap
dan keterampilan sasaran, yaitu pengalaman bertani, pendidikan, dan tingkat
adopsinya. Misalnya, apabila dalam suatu wilayah kerja penyuluhan
terdapat sejumlah sasaran yang tingkat pendidikannya sangat rendah atau
sebagian besar
”buta huruf”,
tentunya tidak dapat menggunakan penyebaran bahan bacaan tulisan.
Selain
itu, pengalaman (pengetahuan) dalam kegiatan usaha tani yang sudah lama akan
berbeda dengan petani yang masih tergolong pemula, demikian pula dengan tingkat
adopsinya. Dari tingkat penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta
pengalaman, yang dapat kita identifikasi ternyata sasaran berada pada tahap menilai;
ini berarti bahwa pendekatan yang kita harus gunakan adalah pendekatan
kelompok, dengan alternatif yang dapat dipilih antara lain, kombinasi antara
kursus tani, pemberian bahan bacaan, ceramah dan demonstrasi.Dapat pula
dilakukan dengan kegiatan karyawisata atau diskusi kelompok.
2. Karakteristik Penyuluh
Sebagai
mitra sasaran (petani), penyuluh pertanian sering disebut sebagai: fasilitator,
dinamisator, organisator, katalisator, moderator dalam proses
pembelajaran. Untuk dapat melakukan
ini semua, penyuluh pertanian harus memiliki kemampuan
menggunakan metoda penyuluhan pertanian yang berdayaguna dan
berhasilguna. Di samping itu, penyuluh pertanian juga harus
memiliki kemampuan penguasaan teknologi atau ide baru
(inovasi) yang akan disuluhkan dalam arti pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dimiliki perlu dipertimbangkan dalam
memilih metode penyuluhan pertanian yang tepat.
Saat
ini, berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor : PER/02/MENPAN/2/2008, penyuluh
pertanian terbagi dua yaitu: Penyuluh Ahli dan Penyuluh Terampil.
Kriteria ini, disesuaikan dengan pangkat/jabatan dan beban tugas yang akan
diemban oleh penyuluh pertanian.
3. Karakteristik Daerah
Karakteristik
daerah yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan
musim (agroklimat), keadaan usaha tani, dan keadaan lapangan. Keadaan musim
akan berpengaruh terhadap metoda penyuluhan pertanian yang
digunakan. Misalnya, pada musim kemarau yang panas sekali dan tidak
ada penanaman di lapagan, kita tidak dapat melakukan kegiatan demonstrasi di
lapangan, tapi sebaiknya dilakukan di rumah petani. Sebaliknya pada
musim penghujan di beberapa daerah lebih banyak kegiatan di
lapangan. Jadi pemilihan metoda penyuluhan pertanian harus disesuaikan
dengan kondisi tersebut.
Keadaan
usaha tani di suatu daerah akan turut mempengaruhi penetapan metoda penyuluhan
pertanian. Misalnya penyuluhan pada waktu pengolahan lahan akan berlainan
dengan penyuluhan pada saat panen dan pasca panen. Metoda
penyuluhan pertanian hendaknya dipilih sesuai dengan tahapan perkembangan
usaha tani yang berada dalam rentang waktu siklus usaha tani.
Keadaan lapangan
juga perlu dipertimbangkan, misalnya dalam struktur wilayah perdesaan ada yang
pemukimananya tersebar dan ada yang terpusat.Ada yang mudah diakses dengan menggunakan
kendaraan roda dua atau roda empat, dan ada yang hanya dapat ditempuh dengan
berjalan kaki sehingga mobilitasnya sangat sulit.Selain itu, keadaan topografi
(berbukit atau pegunungan).
4. Materi Penyuluhan
Materi
penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda penyuluhan pertanian yang
akan digunakan. Misalnya, penyuluhan tentang intensifikasi
pemanfaatan lahan pertanian sangat berbeda
dengan penyuluhan intensifikasi ayam buras, intensifikasi ternak
potong, intensifikasi kedele atau intensifikasi padi (inivasi teknis).
Berlainan pula dengan materi pembentukan poktan dan gapoktan (menyangkut
inovasi sosial) serta penyuluhan tentang perkreditan dan kontrak kerja (inovasi
ekonomi).
5. Sarana dan Biaya
Pertimbangan
sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan
digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai
contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan
penyuluhan dengan menggunakan OHP (over head
projector) .
Biaya diperlukan
untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya; kursus tani lebih
mahal daripada pertemuan umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan
rumah atau usaha tani. Jadi ketersediaan biaya akan sangat menentukan
alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian.
6. Kebijaksanaan Pemerintah
Penyuluhan
pertanian adalah bagian dari pembangunan pertanian, dan pembangunan pertanian
merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan pemerintah
bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, kegiatan
penyuluhan pertanian harus sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun daerah. Misalnya, pada tahun 1997
digalakkan program pemerintah tentang ketahanan pangan, dan tahun 2007 kita harus
mengawal kebijakan pemerintah untuk mencapai peningkatan 2
juta ton beras. Artinya, gerakan tersebut dapat dengan cepat
dilakukan oleh masyarakat sasaran dengan dukungan dari aparat terkait di semua
tingkatan.
3.6.Aspek Dan Prinsip Penerapan Metoda
Dan Teknik Penyuluhan
Prinsip
merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai
pedoman dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten.
Dalam kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans (1961) menilai
bahwa setiap penyuluh dalam
melaksanakan kegiatannya harus berpegang
teguh pada prinsip-prinsip yang
sudah disepakati agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Mardikanto
(1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan pertanian sebagai
proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai
berikut:
1. Mengerjakan;
artinya kegiatan penyuluhan
harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk
menerapkan sesuatu.
2. Akibat; artinya kegiatan pertanian
harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik.
3. Asosiasi; artinya kegiatan
penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya. Misalnya apabila
seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang
hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.
Lebih
lanjut Dahama dan
Bhatnagar dalam
Mardikanto (1999) mengemukakan bahwa yang mencakup
prinsip-prinsip penyuluhan pertanian:
1. Minat dan kebutuhan; artinya
penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan
masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2. Organisasi masyarakat bawah; artinya
penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari
setiap keluarga petani.
3. Keraguan
budaya; artinya penyuluhan
harus memperhatikan adanya keragaman budaya.
4. Perubahan
budaya; artinya setiap
penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.
5. Kerjasama dan
partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan
efektif jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama
dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu;
artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk menawar setiap alternatif.
7. Belajar sambil bekerja; artinya
dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus diupayakan agar masyarakat dapat
belajar sambil berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu
yang ia kerjakan.
8. Penggunaan metode
yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukan
dengan penerapan metode yang
selalu disesuaikan dengan kondisi
lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.
9. Kepemimpinan; artinya
penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya
bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan
kepemimpinan.
10. Spesialis yang terlatih; artinya
penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang
segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11. Segenap keluarga; artinya penyuluh
harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Selanjutnya,
Mardikanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip
dalam metode penyuluhan pertanian, meliputi:
1. Upaya Pengembangan untuk berpikir
kreatif:
Prinsip ini dimaksudkan bahwa melalui penyuluhan
pertanian harus mampu menghasilkan petani-petani yang mandiri, mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapi dan mampu
mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan
peluang yang diketahui untuk memperbaiki mutu hidupnya.
2. Tempat yang paling baik adalah di
tempat kegiatan sasaran:
Prinsip
ini akan mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yang
dihadapi.
3. Setiap individu terkait dengan
lingkungan sosialnya:
Prinsip ini mengingatkan kepada penyuluh bahwa
keputusan-keputusan yang diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan
sosialnya.
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan
sasaran:
Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran
memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya
perubahan.
Metoda yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran
untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan sukahati melakukan
perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya.
Terjadinya
perubahan ”context dan content” pembangunan pertanian dalam era
reformasi, mengakibatkan terjadi
pula perubahan sasaran dalam
penyuluhan pertanian. Perubahan tersebut memberi pengaruh yang sangat
besar karena saat ini tidak hanya petani dijadikan sebagai sasaran utama
(objek) kegiatan penyuluhan tapi melibatkan pula stakeholder yaitu
pelaku agrobisnis.
Jadi,
penyuluhan pertanian merupakan suatu upaya atau proses kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan petani. Secara khusus,
penerapan penyuluhan pertanian dalam era disentralisasi (lokalita) sebagaimana
yang diamanatkan oleh UU Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor
32 Tahun 2004, Pusat Pengembangan Penyuluhan (Pusbangluh) Pertanian
mengeluarkan kebijakan tentang pelaksanaan penyuluhan pertanian
spesifik lokalita yang bersifat partisipatif yaitu,
pendidikan nonformal bagi petani dan masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan
kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah
masing-masing dengan prinsip kesetaraan dan kemitraan, keterbukaan, kesetaraan
kewenangan, dan tanggung jawab serta kerja sama, yang ditujukan agar mereka
berkembang menjadi dinamis dan berkemampuan untuk memperbaiki kehidupan dan
penghidupannya dengan kekuatan sendiri
Metode Partisipatif
Metode
penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara
interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa
kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode
multidisiplin , dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal.
Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja
dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan
pelaku usaha".
Hal-hal
yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan pertanian, metode,
dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan
kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan
penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan
kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan
sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung,
yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006).
Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian
akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat
yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan
juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani,
melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani
di lapangan (BBPP Lembang, 2009).
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan metode penyuluhan partisipatif
Kelebihan
|
Kelemahan
|
|
|
3.7.Jenis-Jenis Metode Dan Teknik Penyuluhan
Adapun jenis-jenis metode penyuluhan yang
dapat di gunakan dalam proses kegiatan penyuluhan, antara lain :
1.
Surat Menyurat
Metode surat menyurat merupakan
metode dengan menggunakan barang-barang cetakan yang dikirim langsung kepada
kelompok sasaran, seperti leaflet,
brosur, booklet, bulletin, majalah, gambar-gambar dan
lain-lain. Materi yang disajikan melalui metoda seperti ini biasanya berkaitan
dengan kebutuhan dan permasalahan kelompok sasaran. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa yang sederhana yang sesuai dengan kondisi masyarakat tani
setempat, bukan bahasa ilmiah seperti yang banyak kita lihat selama ini.
Materi disajikan secara
sistematis dengan menggunakan tahapan-tahapan
atau urutan-urutan yang logis yang bisa diingat atau
dihapalkan sehingga mudah
dipraktekkan. Akan lebih sesuai/jelas bilamana suatu
tahapan atau langkah-langkah suatu deskripsi diikuti dengan gambar-gambar yang
bisa memberikan
penjelasan yang lebih utuh terhadap
deskripsi/penjelasan yang diberikan.
Bila dilihat dari cakupan
sasaran, metoda seperti ini biasanya lebih efektif
dan efisien karena dapat menjangkau kelompok sasaran
dengan cukup banyak.
Selain itu, dengan metoda seperti ini, kelompok
sasaran dapat mempelajari sendiri, mengulangi materi yang ada hingga memahami
secara betul dan memprakteknnya.
2.
Kunjungan
Kunjungan dalam metoda ini
dapat dibagi dua, yaitu kunjungan anjangsana dan kunjungan anjang karya.
Anjangsana adalah kunjungan yang dilakukan di mana para penyuluhan datang ke
rumah atau tempat tinggal kelompok sasaran untuk bertemu dengan kelompok
sasaran. Kunjungan seperti ini biasanya diawali dengan kata-kata silaturahmi
kemudian berbicara berbagai topik yang berkatian dengan materi penyuluhan
tersebut.
Sedangkan kunjungan
anjang-karya adalah kunjungan yang dilakukan oleh
seorang penyuluh ke lokasi dimana kelompok sasaran
melakukan aktivitasnya. Kunjungan anjang karya ini tidak kalah pentingnya
dengan kunjungan anjangsana. Dalam proses kunjungan anjang karya, para penyuluh
dapat membantu atau mempraktekkan secara langsung bagaimana prosedur yang
sebenarnya yang harus
dilakukan oleh kelompok sasaran tanpa harus banyak
bercerita kepada masyarakat, misalnya dalam mendidikan anak, atau merawat orang
lanjut usia Dalam metoda ini terjadi “learning by doing”, yaitu belajar
sambil melakukan.
Biasanya proses seperti ini lebih mudah ditangkap dan
dilakukan oleh masyarakat karena langsung dipraktekkan oleh kelompok sasaran.
Dalam metoda ajangkarya ini, penyuluh dapat menerapakan pendekatan kelompok
dalam melakukan penyuluhan sosial. Proses seperti ini akan lebih efektif karena
sasaran lebih banyak yang mengikuti. Metoda ini akan lebih efektif dan efisien
bila diikuti dengan metode surat menyurat.
Bagi masyarakat timur,
kunjungan anjangsana dan ajangkarya seperti ini biasanya sangat berarti
dalamproses penyuluhan tersebut. Kedantangan seorang penyuluh ke ruman atau
kelokasi kerja para kelompok sasaran merupakan suatu penghargaan bagi kelompok
sasaran dan merupakan suatu bentuk perhatian dan komitmen dari seorang penyuluh
terhadap tugas yang dijalankan. Artinya bahwa penyuluh ingin membantu kelompok
sasaran dengan sungguh-sungguh dan penuh keseriusan. Apalagi kunjungan itu
dilakukan secara rutin sesai dengan kondisi yang ada. Hanya, kelemahannya
adalah sangat sulit untuk dapat menjangkau lokasi kelompok sasaran tersebut
3.
Karyawisata / Studi banding
Karyawisata sering disebut
dengan studi banding atau kunjungan lapangan. Sesungguhnya metode karya wisata
kurag lebih sama dengan metode anjangsana dan anjangkarya. Hanya perbedannya
adalah bahwa dalam proses metode anjang karya dan anjangsana penyuluh
mendatangi kelompok sasaran, tetapi dalam metoda karya wisata penyuluh diajak
untuk melihat atau mengunjungi objek yang dijadikan sasaran penyuluhan.
Menurut Hasmosoewignyo dan
Attila Garnadi dalam Kartasapoetra (1994) bahwa hasil penangkapan dari
mendengar saja hanya 10 % yang dapat diserap, dari melihat sebesar 50 % dan
dari melihat, mendengar dan mengerjakan sendiri
adalah 90 %. Oleh karena itu, metoda karyawisata
merupakan suatu metoda yang tepat untuk diterapkan dalam proses penyuluhan,
karena tingkat pencapaiannya yang lebih optimal. Selain itu, beberapa materi
dalam penyuluhan sulit untuk disampaikan hanya dengan kata-kata atau hanya
gambar saja, tetapi harus dilihat secara langsung bagaimana wujudnya dan
bagaimana cara melakukannya.
Dengan melihat secara langsung
para kelompok sasaran akan memiliki gambaran yang jelas dan akurat tentang
proses yang sebenanrnya, misalnya karyawisa atau studi banding ke Panti Cacat
Mental. Dalam kunjungan ini dapat dilihat bagaimana kondisi para klien yang
sesungguhnya, bagaimana kehidupan mereka, bagaimana aktivitas mereka
sehari-hari, bagaimana prose pelayanan yang diberikan kepada mereka, dan lain
sebagainya.
Tujuan lain yang dapat
diperoleh dari karyawisata ini adalah adanya penambahan wawasan kepada para
kelompok sasaran tentang objek yang dituju. Objek tersebut akan dipahami secara
lengkap tidak sepotong-sepotong. Dalam pemilihan objek atau lokasi karyawisata
harus dipilih yang terbaik yang dapat memberikan wawasan yang baru, nilai
tambah dan motivasi kepada peserta untuk membuat yang lebih baik lagi, bukan
malah mengatakan: “kalau yang seperti ini sudah biasa”. Namun, perlu juga
dipahami bahwa dalam pelaksanaan karyawisata sering disalahgunakan dan salah
kaprah di mana aspek “wisata” menjadi lebih menonjol dibandingkan dengan
aspek penyuluhan yang sebenarnya menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu perlu
kehati-hatian dalam melaksanakan metoda ini sehingga tidak menyimpang dari
tujuan yang sebenarnya. Tetapi sebaliknya perlu diperhatikan unsur rekreatifnya
atau refresing sehingga kelompok sasaran merasa senang dalam melanjutkan dan
menerapakan hasil karyawisata tersebut dalam tugas selanjuntya.
4.
Demontrasi / Eksposisi
Demontrasi sering kali
diartikan sebagai tindakan protes atau unjuk rasa, tapi sesungguhnya yang
dibahas dalam materi ini adalah “pameran” atau eksposisi yaitu
menunjukkan atau mempertontonkan dengan maksud untuk menarik perhatian orang
yang menontonya. Namun dalam kontek penyuluhan istilah demontrasi berbeda
dengan pameran. Istilah pameran berkaitan tindakan
“menunjukkan” atau “memamerkan” sesuatu
kepada khalayak ramai sehingga ada rasa tertarik. Dalam pameran ini semuanya
diupayakan serba indah, serba baik atau serba mempunyai nilai lebih dari yang
biasa sehingga yang melihat tertarik.
Sedangkan demontrasi berkaitan
dengan proses bagaimana cara memperagakan, menunjukkan, mempraktekkan prosesnya
secara benar-benar atau sesungguhnya sehingga orang menjadi tertarik. Metoda
demontrasi merupakan metoda yang paling efektif karena sesuai dengan konsep “seeing
is beliefe” yang diartikan “percaya karena melihat atau menyaksikan”.
Biasanya kalau hanya dengan omongan atau cerita atau penjelasan, seseorang
kurang atau sulit memahami, tetapi dengan melihat atau menyaksikan seseorang
akan lebih cepat memahami dan menerima. Bila dibandingkan dengan proses-proses
lainnya proses melihat atau menyaksikan merupakan tingkat penerapan yang kedua
setelah proses mempraktekkan dalam proses pengubahan perilaku tersebut.
Metode demontrasi dalam
penyuluhan merupakan metode yang bertujuan untuk membuktikan keunggulan dari
suatu pelayanan. Terkait dengan itu metode demontrasi dibedakan dalam beberapa
cara (Mardikanto, 1992):
a. Demontrasi
cara, yaitu upaya mempertontonkan atau memperlihatkan cara yang digunakan dalam
melakukan pelayanan sosial, seperti bagaimana kemampuan seorang tunanetra dapat
bermain atau mengikuti bimbingan keterampilan musik.
b. Demontrasi
hasil, yaitu upaya mempertontonkan atau memperlihatkan hasil yang sudah
dilakukan oleh pelayanan sosial, seperti: bagaimana kemampuan seorang tuna
netra dapat membaca huruf braile.
c. Demontrasi
cara dan hasil, yaitu upaya mempertontonkan atau memperlihatkan bagaimana cara
atau proses pelayanan sosial serta hasil yang pelayanan social sekaligus,
seperti bagaimana caranya membimbing seorang anak cacat tuna grahita hingga
dapat mandiri dalam hidupnya.
5. Diskusi
Diskusi adalah suatu bentuk
pertemuan antara beberapa orang yang bertujuan untuk membahas suatu topik atau
materi tertentu guna memperoleh kejelasan tentang topik atau materi yang
disajikan. Bila dibandingkan dengan metoda ceramah dan kuliah metoda ini
mempunyai keunggulan yang lebih karena masing-masing peserta diskusi langsung
dapat menyampaikan informasi dan meminta penjelasan tentang sesuatu hal yang
belum jelas tentang materi yang disampaikan. Diskusi termasuk di dalamnya focus
group discusion (FGD), brain storming.
Menyelenggarakan diskusi yang
baik ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Materi
yang dibahas harus jelas atau materi harus terfokus.
b. Diskusi
ada yang memimpin yang sering kita kenal dengan seorang moderator.
c. Moderator
harus seorang yang memahami dan menguasai materi yang dibahas
d. Moderator
harus dapat berperan sebagai pengarah dan motivator kedinamisan diskusi.
e. Diskusi
diharapakan dapat berlangsung dalam suasana tidak resmi sehingga memungkinkan
memberikan kebebasan kepada anggota diskusi untuk mengeluarkan pendapat dan
saran-saran yang terkait.
f. Semua
anggota harus dapat memahami dan menerima segala pendapat atau ide yang berbeda
yang muncul dalam diskusi.
g. Peserta
diskusi hendaknya berhadap-hadapat bila mungkin dilakukan dalam bentuk
lingkaran.
h. Semua
anggota kelompok diharapakan dapat mencapai kata sepakat tentang materi yang
didiskusikan atai dibahas
6. Media
Elektronik
Selain media tradisional lewat
pertunjukan seni yang sudah dipaparkan sebelumnya, ada beberapa media
elektronik yang dapat digunakan dalam proses penyuluhan sosial. Salah satunya
yaitu media radio.
Metoda melalui radio adalah
kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan siaran radio. Dalam
penerapan metoda penyuluh menyampaikan berbagai materi-materi penyuluhan yang
berkaitan dengan permasalahan sosial. Pada awalnya metoda penyuluhan melalui
siaran radio hanya dilakukan melalui satau arah, karena alat komunikasi telepon
yang tersedia masih terbatas. Tetapi sekarang ini, metoda penyuluhan melalui
radio dapat dilakukan melalui dua arah karena saran komunikasi sudah cukup
tersedia sekarang ini, seperti telepon rumah, hand phone, dan sejenisnya.
Ada beberapa kelemahan metoda
ini:
a. Hanya
orang yang memiliki radio yang dapat mendegarnya, sedangkan mereka yang tidak
memiliki radio belum terjangkau oleh metoda ini.
b. Kelompok
sasaran yang berpendidikan rendah relatif sulit memahami pesan-pesan penyuluhan
yang disampaikan.
c. Sering
terjadi gangguan dalam proses penyiaran sehingga pesan-pesan yang disampaikan
menjadi tidak jelas.
3.8.Teknik Penyuluhan
Pengertian
tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas penyuluhan dakam
setiap kegiatannya, agar penyampain materi penyuluhan dapat efektif dalam
menjangkau sasaran khalayak.
Didalam
proses komunikasi, bahwa unsur “arus balik” merupakan aspek yang sangat penting
untuk mengukur sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau respon dari
khalayak sasaran. Bila pesan komunikasi kita memperoleh tanggapan dari
khalayak, maka dapat dikatakan bahwa apa yang kita sampaikan itu telah mencapai
sasaran karena pesan yang diterimanya dapat dimengerti dan dipahami. Menurut
Effendy (1986), bahwa sifak hakikat dari komunikasi adalah understanding atau
memahami; sehingga tak mungkin seseorang melakukan kegiatan tertentu tanpa
terlebih dahulu mengerti apa yang diterimanya.
Jadi
pertama-tama harus diperhatikan bahwa orang dijadikan sasaran komunikasi
itu memehami (to secure understanding). Jika sudah dapat dipastika ia
memahami; dapat diartikan ia menerima. Dalam kaitan ini Citrotroro (1982),
mengatakan mengerti diartikan sebagai “dapat menangkap secara reseptif
apa yang diterima” sedangkan yang dimaksud denga memahami adalah “dapaat
menangkap secara reflektif”, artinya seseorang dapat menerima pesan dapat
mengerti pesan yang diterimanya dan mengetahui hubungannya dengan hal-hal lain.
Oleh karna itu, agar pesan dapat dipahami dan dimengerti komunikan, maka
diperlukan keterampilan dan atau keahlian tertentu didalam “mengelolah”
komunikasi. Dengan kata lain seseorang komunikator harus menguasai
teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.
Istilah
teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti
keprigelan atau keterampilan. Keberhasilan dalam suatu aktifitas penyuluhan
sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang digunakan oleh komunikator.
Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap teknik-teknik
komunikasi didalam “menyampaikan dan menyajikan pernyataan-pernyataan
penyuluhan. Mengenai teknik kom,unikasi ini, Effendy (1986) mengatakan bahwa
teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaiut:
1. Komunkasi
informatif
2. Komunikasi
persuasif
3. Komunikasi
koersif
Sedang Susanto
(1977), menambahkan dengan beberapa teknik komunikasi yang lain, yaitu:
1.
Teknik penggandaan situasi sedemikian rupa sehingga
orang terpaksa secara tidak langsung mengubah sikap (=compulsion
technique).
2.
Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk
dalam bidang bawah sadar seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai
dengan apa yang diulangi (=paervasion technicque).
Mengapa
teknik dalam komunikasi diperlukan?. Pada dasarnya setiap komunikasi ingin
mencapai sasaran khalayak secara efektif. Artinya pesan yang disebarluaskan
tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak sasaran yang pada
gilirannya akan dapat menimbulkan reaksi dan atau respon mengikuti seperti apa
yang dianjurkan dari pihak komunikator.
Untuk
itu, agar pesan komunikasi dapat tanggapan dari khalayak, maka seseorang
komunikator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Pesan yang disampaikan harus dirangcang dan disampaikan
sedemikian rupa sehingga dapat meneruh perhatian sasaran yang dimaksud.
2.
Pesan harus menyesuaikan tanda-tanda yang tertuju
kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sehingga sama-sama dapat
dimengerti.
3.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak
sasaran dan menyerahkan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
Oleh
karena itu, seorang komunikator harus dapat menguasai teknika dan metode yang
akan digunakan agar dapat mencapai sasaran yang dimakasud. Dengan demikain,
bahwa usaha memberikan penyuluhan memerlukan beberapa teknik komunikasi yang
efektif,seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Adapun teknik-teknik yang
digunakan dalam penyulhan yang selanjutnya dapat disebut sebagai teknika
penyuluhan adalah sebagai berikut :
1.
Teknik Kmonukasi Informatif
Adalah
proses penyampaian pesan yang sifatnnya “memberi tahu” atau memberika
penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan
maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan
kelompok dan juga media massa.
Karena
sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one
way communication). Oleh karena itu penggunaan teknik komunikasi informatif
dalam kegiatan penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin menyampaikan sesuatu
seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap penting diketahui oleh
khalayak atau masyarakat luas. Misalnya dalam hal ini seperti pemandu wisata
memberikan keterangan tentang sejarah sebuah candi tua, seorang ahli purbakala
memberikan keterangan tentang benda-benda purbakala kepada sejumlah orang
peminatnya, seorang petugas penyulahan memberikan keterangan tentang tata cara
pembayaran PBB kepada wajib pajak dan sebagainya.
Pendek
kata dalam komunikasi ini, pihak komunikan dapat merasa “puas” karena
bertambahnya pengetahuan.teknik komunikasi semacam ini pada umumnya hanya ingin
menyentuh ranah kognisi dari khalayak. Effendy (1986), mengatakan bahwa secara
etimologis komunikasi berarti “pemberitahuan”. Jadi, jika seseorang mengatakan
sesuatu kepada orang lain dan orang itu mengerti dan karenanya menjadi tahu,
maka komunikasi terjadi. Sampai disitu komunikasi hanya bertaraf informatif.
Lain
minsalnya jika apa yang dikatakan oleh orang tersebut bukan hanya sekedar
memberi tahu, teteapi mengandung tujuan agar orang yang dihadapinya itu
melakukan sesuatu kegiatan atau tindakan, maka tarafnya menjadi persuasif,
komunikasi yang mengandung persuasi.
2.
Teknik
Komunikasi Persuasi
Istilah
“persuasi” atau dalam bahasa inggris “persuation” berasal dari
kata latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal
mengajak atau meyakinkan. Kenneth E. Andersen (dalam Effendy (1986)
mendifinisikan persuasi sebagai berikut:
“A
prosses of interpersonal communication in which the communicator seeks through
the use of symbols to affect the cognitions of a receiver and thus effect a
voluntary change in attitude or action desired by the communicator”.
(Suatu
proses komunikasi antarpersonal dimana komunikator berupaya dengan menggunakan
lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja
mengubah sikap atau kegiatan seperti yagn diinginkan komunikator).
Sedang Merril dan
Lowenstein (1973), mendifinisikan persuasi sebagai berikut:
“Persuatian,
or changing people’s attitude and behavior through the spoken and written
word,constitutes one of the more interesting use of communications”. Calr I
Hovland dalam Sunaryo (1983) mengemukankan bahwa persuasi ialah “A major
effect of persuasive communication lies in stimulating the individual to think
both of his initial opinion and of the new opinion recommended in the
communication.”
Selanjutnya Edwin
P. Bettinghouse (dalam Effendy (1984) memberikan batasan bahwa persuasi adalah:
“in
order to be persusive in nature, a comunication on situation must involve a
conscious attempt by one individual to change the behavior of another behavior
individual or group of indivuduals through the transmission of some message”.
Dari
definisi Bettinghouse tersebut bahwa suatu situasi komunikasi yang mengandung
upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengubah prilaku melalui pesan yang
disampaikan.
Dari
beberapa pemaparan batasan persuasi, maka dalam persuasi mengandung
unsur-unsur:
1.
Situasi upaya mempengaruhi,
2.
Kognisi seseorang
3.
Untuk mengubah sikap khalayak
4.
Melalui pesan lisan dan tertulis
5.
Dan dilakukan secara sadar
Dengan
demikian, maka persuasi merupakan suatu tindakan psikologis yang dilakukan
secara sadar melalui media untuk tujuan perubahan sikap.
Tidak
saja perubhan sikap, jenis dalam bukunya “Personality And Persuasivity”
menambahkan perubahan sikap menuju perubahan opini, perubahan persepsi,
perubahan perasaan dan perubahan tindakan. Dalam kaitan tersebut, maka tindakan
persuasi dapat dipandang sebagai sebagai sebuah cara belajar, karena ingin
mengubah beberapa prilaku khalayak dengan memanfaatkan faktor-faktor internal
psikologis khalayak. Teori belajar persuasi sejajar dengan model Stimulus
Respons (S-R) yang memandang manusia sebagai suatu entitas pasif dari model
SOR (Stimulus – Organisme – Respon) yang memandang belajar persuasif
sebagai suatu gabungan perolehan pesan yang diterima indivudu dan mengatasi
berbagai kekuatan-kekuatan dalam individu yang bertindak berdasarkan
pesan-pesan tersebut agar menghasilkan akibat-akibat persuasif.
Wess
dalam Malik (1993) memberikan contoh untuk itu adalah seorang pendengar radio
bisa dikondisikan untuk menanggapi sebuah produk yang diiklankan setelah produk
tersebut dihubungkan dengan kewibawaan sumber pesan. Pada umumnya komunikasi
persuasif bertujuan mengubah prilaku, kepercayaan dan sikap seseorang dengan memanfaatkan
data dan fakta psikologis maupun sosiologi dari komunikan yang handek
dipengaruhinya, sehingga bersedia melakukan tindakan tertentu sesuai dengan
keinginan komunikator.
Komunikasi
persuasif ini dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka, karena
komunikator mengharapkan tanggapan/respon khusus dari komunikan. Adapun contoh
untuk ini sorang penyuluh dalam kegiatan penyuluhan, katakanlah misalnya
penyuluhan tentang manfaat kegunaan bibit unggul tertentu kepada petani,
penyuluh tersebut menggunakan cara-cara pendekatan dengan mendatangkan seorang
“petani sukses” untuk menceritakan pengalamannya dalam menggunakan bibit unggul
yang akan diperkenlkannya itu. Kehadiran “petani sukses” itu digunakan sebagai
stimulus (S) agar menumbuhkan respon (R) komunikannya yaitu yang mengikuti
jejeak keberhasilan dari petani sukses tersebut.
Pemanfaatan
“petani sukses” tersebut merupakan cara persuasif untuk mengadakan sentuhan
manusiawi langsung kepadan individu-invidu yang menjadi sasaran
komunikasi.Menurut proses persusif itu pesan-pesan komunikasi akan efektif
dalam persuasi apabila memiliki kemampuan mengubah secara psikologis minat atau
perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan
menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator. Dengan
perkataan lain, kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah
struktur psikologis internal individu sehingga hubungan psikomotorik antara
proses internal yang laten (motivasi, sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang
diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator. Seperti dalam contoh di atas,
bahwa mendatangkan “petani sukses” merupakan tindakan terbuka dengan cara
menumbuhkan keyakinan seseorang (khalayak) terhadap penggunaan bibit unggul
tertentu yagn dimanfaatkan oleh petani tersebut (proses psikologis). Contoh
lain adalah penyuluhan untuk mempromosikan obat-obatan manjur (tindakan
terbuka) dengan cara menumbuhkan rasa takut terhadap penyakit (proses
psikologis). Secara sederhana, model psikodinamaik dari proses persuasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
|
|
|
Model
psikodinamis berkembang atas dasar teoritis maupun empiris. Teori-teori yang
penting mengenai motivasi, persepsi, belajar bahkan psikoanalisis telah
memberika jalan dengan mna sikap, opini, rasa takut, konsep dan persepsi dari
kredibilitas sumber serta beberapa variabel yang lain mempunyai hubungan erat
dengan persuasi.
3.
Teknik
Komunikasi Coersive (Koersif)
Komunikasi
koersif adalah proses penyampai pesan dari seseorang kepada orang lain dengan
cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan
tertentu. Jadi teknik komunikasi ini mengandung sanksi yang apabila tidak
dilaksanakan oleh sipenerima pesan, maka ia akan menanggung akibatnya.
Komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk putusan-putusan, instrusi dan
lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung keharusan dan
kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan.
Selain itu teknik penyuluhan
dapat menggunakan beberapa cara diantaranya adalah :
1. k.
Berbicara/bekomunikasi, yaitu kemampuan seorang penyuluh berbicara
dengan baik di depan umum dan mampu mengkomunikasikan materi yang disampaikan
kepada kelompok sasaran sesuai dengan makan yang sesungguhnya. Seorang
penyuluhan harus mampu menampilkan figus seorang narator dan dapat mempengaruhi
kelompok sasaran.
2. l.
Memotivasi dan persuasi, yaitu kemampuan memberikan dorongan dan
mempengaruhi semangat dan kemauanan kelompok sasaran sehingga mau melaksanakan
apa yang disampaikan. Penyuluhan tidak semata-mata mampu menyampaikan pesan
penyuluhan dengan baik, tetapi harus mampu untuk memotivasi kelompok sasaran
sehingga setelah selesai penyuluhan kelompok sasaran mau melakukan dalam
lingkungannya
3. m.
Penyajian materi, yaitu kemampuan untuk menyampaikan dan mengemas materi
secara sistematis sehingga menjadi jelas dan menarik bagi kelompok sasaran.
Teknik penyajikan seperti ini tidaklah mudah, memutuhkan suatu pengalaman dan wawasan
yang luas tentang materi yang disampaikan. Karena itu, para penyuluh harus
belajar membenahi diri untuk dapat menyajikan materi dengan baik.
4. n.
Pemilihan dan penggunaan alat bantu, yaitu kemampuan untuk dapat
menentukan dan memanfaatkan atau menggunakan alat bantu penyuluhan yang
sehingga dapat mendukunga penyampaian materi yang disajikan, seperti OHP,
Infocus, alat peraga, gambar dan lain-lain. Banyak hal yang sulit dijelaskan
hanya dalam katakata, tetapi dengan menggunakan alat bantu menjadi lebih mudah
dipahami dan dimengerti. Karena itu, penggunaan alat bantu ini menjadi penting
dalam proses penyuluhan tersebut.
5. o.
Timing, yaitu kemampuan untuk mengatur atau menyusun jadwal serta
memanajemen waktu pelaksanaan penyuluhan sehingga penyampaian materi
keseluruhan dapat terlaksana dan kelompok sasaran tidak merasa bosan.
Penyampaian materi yang terlalu panjang akan membosankan, materi yang telalu
pendek belum mencapai intinya akan merugikan. Karena itu manajemen pengaturan
waktu dalam proses penyuluhan enjadi hal yang penting dimiliki oleh seorang
penyuluh.
6. p.
Focus, yaitu kemampuan untuk memusatkan materi penyuluhan sehingga
terkait dengan permasalahan yang sesungguhnya. Mungkin seorang penyuluhan untuk
sampai pada inti atau pokok permasalahan yang sesungguhnya harus mutar sana
mutar baru sampai pada tujuan yang sesungguhnya. Proses seperti ini akan
membosankan kelompok sasaran, tetapi yang terpenting adalah bagaimana
pembicaraan itu terfokus atau terkait dengan masalah yang sesungguhnya kemudian
ditambah dengan penjelasan lainnya yang mendukung fokus masalah.
7. q.
Diferensial diagnosis, yaitu kemampuan untuk menganalisis masalah dari
berbagai sudut pandang yang berbeda sehingga seorang penyuluh memiliki
pemahaman yang luas dan objektif terhadap masalah tersebut, bukan pemahaman
yang sempit dalam melihat masalahan tersebut. Tidak lah mudah untuk melakukan
seperti ini, tetapi perlu pemahaman dan wawasan yang luas tentang materi atau
masalah tersebut.
8. r.
Partialization, yaitu kemampuan untuk memilihan-milah masalah sehingga
mudah dipahami menjelasakan dan mudah memahami. Ini penting dilakukan oleh
seorang penyuluh sehingga kelompok sasaran mudah menangkap apa pesan yang
sesungguhnya, bagaimana melakukannya tetapi tidak menjadi membingungkan.
9. s.
Observasi, yaitu kemampuan untuk mengenali masalah yang terjadi dan
untuk mengamati apa yang terjadi dalam proses penyuluhan. Pengamatan seperti
ini penting untuk melihat sejauh mana respon masyarakat terhadap materi yang
disampaikan. Bila kelompok sasaran sudah merasa bosan maka materi harus
dihentikan, tetapi bila merasa tertarik, maka penyuluhan dapat dilanjutkan.
Dengan proses seperti itu, maka pengamatan menjadi penting dalam penyuluhan.
10. t.
Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai sejauh mana keberhailan
penyuluhan yang sudah dilakukan. Apakah kelompok sasaran dapat memahami,
mengerti dan menangkap makna sesungguhnya yang disampaikan. Bila belum mampu
menangkap pesan yang sesungguhnya perlu diulangi, bila sudah dapat memahami
perlu dihentikan. Karena pengulangan terhadap materi yang sama akan dapat
mengacaukan apa yang sudah dipahami.
11. u.
Negosiasi, yaitu kemampuan untuk melakukan loby atau transaksi dengan
berbagai pihak yang terkait dengan penyuluhan dalam rangka mewujudkan suatu
maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Biasanya negosiasi
dilakukan sebelum penyuluhan berjalan. Ini penting dilaksanakan untuk
mempermudah proses pencapaian tujuan yang ingin diwujudkan, seperti: relokasi
pengungsi.
12. v.
Orator, yaitu kemampuan untuk berbicara di depan umum. Berbicara di
depan umum bukanlah suatu hal yang mudah bagi seorang yang belum berpengalaman.
Kemampuan seseorang untuk beberbicara di depan umum sangat dipengaruhi oleh
pengalaman, wawsan dan bakat seseorang tersebut. Namun untuk menjadi seorang
orator dapat diwujudkan melalui proses belajar dan persiapan yang matang.
Karena seorang penyuluhan harus berjiwa narator.
13. w.
Need assessment, yaitu kemampuan untuk memahami dan menganalisis
kebutuhan kelompok sasaran untuk dijadikan sebagai bahan materi dalam proses
penyuluhan. Kemampuan seperti ini perlu dilakukan sehingga apa yang kita
sampaikan dan bicarakan dapat berkaitan langsung dengan permasalahan dan
kebutuhan masyarakat tersebut, dan solusinya dapat ditermukan.
14. x.
Perencanaan penyuluhan, yaitu kemampuan untuk menyusun atau mengatur
kegiatan penyuluhan sehingga dapat berjalan lancar. Kadang-kadang ada orang
menganggap bahwa perencanaan penyuluhan merupakan hal yang gampang dan tidak
perlu dipersiapakan. Namun, kenyataan penrencanaan penyuluhan adalah sulit.
Perencanaan penyuluhan harus mengacu pada 5 W + 1 H, yaitu What (apa
kegiatannya), Where (di mana dilaksanakan), When (kapan
pelaksanannya), Why (kenapa harus dilaksanakan), Who (siapa yang
terlibat dan siapa kelompok sasaran) and How (bagaimana proses pelaksanaannya).
15. y.
Pencatatan dan Pelaporan, yaitu kemampuan untuk mencatat dan merekam
proses penyuluhan yang dilaksanakan kemudian dilaporan sehingga dapat dijadikan
bahan untuk pelaksanaan penyuluhan berikutnya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: METODE PENYULUHAN PERTANIAN
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://prodipplk.blogspot.com/2015/10/metode-penyuluhan-pertanian.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar