Selasa, 27 Oktober 2015
0
komentar
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA DI KELOMPOK TANI SUMBER REJO DESA PURWODADI KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mencapai derajat Sarjana Sains Terapan
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang
Jurusan Penyuluhan Peternakan
Diajukan Oleh
YOPY IMENUEL ISMAEL
06.2. 4.04. 271
Kepada
DEPARTEMEN PERTANIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP)
MAGELANG
2008
KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA DI KELOMPOK TANI SUMBER REJO DESA PURWODADI KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
YOPY IMENUEL ISMAEL
06.2.4.04.271
telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal 14 Juli 2008
Susunan Tim Penguji
| ||||||||||
| ||||||||||
|
| |||||||||
|
“Ketika dunia berubah sangat lambat, anda tidak banyak memerlukan informasi, tetapi saat perubahan berjalan cepat, informasi diperlukan untuk memandu proses perubahan tersebut”
“tiada yang lebih praktis daripada sebuah
teori yang baik”
JIKA KAMU MENEMPATKAN DIRIMU DI BELAKANG ORANG LAIN, KAMU AKAN MENEMUKAN DIRIMU MENJADI YANG PERTAMA. JIKA KAMU TIDAK MEMIKIRKAN DIRIMU SENDIRI, KAMU AKAN LEBIH DAPAT MENIKMATI HIDUP. JIKA KAMU BERHENTI MENJADI EGOIS, MINAT PRIBADIMU AKAN TERWUJUD. SEMAKIN BANYAK HAL YANG KAMU LAKUKAN UNTUK ORANG LAIN, SEMAKIN BANYAK KAMU AKAN MENDAPATKAN UNTUK DIRI SENDIRI. LEBIH BANYAK KAMU MEMBERI, KAMU AKAN SEMAKIN KAYA.
“mudah untuk menjadikan sesuatu
menjadi rumit, tetapi rumit untuk
menjadikan sesuatu menjadi mudah”
“PENGETAHUAN TANPA PERBUATAN HANYA MENGHASILKAN SEPARUH SENIMAN”
“PENUHILAH PANGGILAN MU, SEBAB KAMU ADALAH
SALAH SATU ANAK BANGSA YANG DAPAT
MEMBANGUN BANGSA INI MENUJU BANGSA YANG
PENUH DENGAN KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK,
KHUSUNYA DALAM BIDANG PERTANIAN MAUPUN
PETERNAKAN”
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Yopy Imenuel Ismael
Tempat/Tanggal Lahir : Olio, 04 Desember 1981
Alamat : Kampus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan
Penyuluhan Peternakan Magelang.
Dengan ini saya menyatakan:
1. Karya Ilmiah Penugasan Akhir ini bukan karya orang lain dan bukan merupakan hasil plagiat dari karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi.
2. Sepanjang pengetahuan saya, dalam Karya Ilmiah Penugasan Akhir ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis, diterbitkan dan dipublikasikan orang lain, kecuali yang secara tertulis telah diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Demikian, pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan sesungguhnya, untuk dapat dipergunakan bagi yang berkepentingan.
Magelang, Juli 2008
Yang membuat pernyataan
Yopy Imenuel Ismael
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Allah Yang Maha Kuasa), karena atas rahmat dan berkat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) yang berjudul ”Analisis Pendapatan Usaha di Kelompok Ternak Domba Desa Purwodadi Kecamatan Tegalrejo Kabupatan Magelang Jawa Tengah” dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
- Ir. Soesilo Wibowo, MS selaku Ketua STPP Magelang,
- Dr. Drh. Supriyanto, MP selaku Ketua Jurusan STPP Magelang,
- Dra. Hj Suharti, MP Selaku Pembimbing Utama,
- Drh. Y. Rina Kusuma, MP selaku Pembimbing Kedua,
- Bapak Kepala Desa Purwodadi beserta Staf,
- Ketua Kelompok Tani Sumber Rejo I dan II beserta Anggota,
- Kedua orang tua dan keluarga besar yang telah membantu dalam memberikan motivasi, semangat serta doa,
- Saudari Wely Y. Pello yang telah membantu dalam koreksi serta masukan dan insipirasi yang sangat baik,
- Saudari Dwi Yuliandani yang telah memberikan motivasi dan inspirasi yang sangat baik,
- Saudara/i group Flobamora yang telah bersedia mengoreksi dan motivasi serta inspirasi yang bersifat membangun,
- Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang dari kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca yang budiman.
Magelang, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL----------------------------------------------------------------------- i
HALAM PENGASAHAN--------------------------------------------------------------- ii
HALAMAN KHUSUS-------------------------------------------------------------------- iii
PERNYATAAN---------------------------------------------------------------------------- iv
PRAKATA --------------------------------------------------------------------------------- vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL-------------------------------------------------------------------------- x
DAFTAR LAMPIRAN------------------------------------------------------------------- xi
DAFTAR GAMBAR---------------------------------------------------------------------- xii
INTISARI --------------------------------------------------------------------------------- xiii
ABSTRACT --------------------------------------------------------------------------------- xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang-------------------------------------------------------------- 1
B. Perumusan Masalah--------------------------------------------------------- 3
C. Tujuan ------------------------------------------------------------------- 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ternak Domba--------------------------------------------------------------- 4
1. Bibit ------------------------------------------------------------------- 6
2. Pakan ------------------------------------------------------------------- 7
3. Perkandangan dan peralatan---------------------------------------------- 9
4. Pengandalian penyakit---------------------------------------------------- 11
5. Pemasaran----------------------------------------------------------------- 11
B. Kelompok Tani-------------------------------------------------------------- 12
C. Ekonomi ------------------------------------------------------------------- 16
1. Modal ------------------------------------------------------------------- 16
2. Biaya produksi------------------------------------------------------------ 17
3. Pendapatan--------------------------------------------------------------- 17
4. Break Even Point (BEP)-------------------------------------------------- 18
5. Benefit Cost Ratio (BCR)------------------------------------------------ 18
6. Efisiensi usaha------------------------------------------------------------ 19
D. Landasan Teori-------------------------------------------------------------- 19
E. Kerangka Pikir--------------------------------------------------------------- 20
F. Hipotesis ------------------------------------------------------------------- 21
G. Penyuluhan------------------------------------------------------------------ 22
1. Pengertian penyuluhan---------------------------------------------------- 22
2. Sasaran ------------------------------------------------------------------- 22
3. Materi ------------------------------------------------------------------- 23
4. Tujuan ------------------------------------------------------------------- 25
5. Metode ------------------------------------------------------------------- 25
6. Teknik ------------------------------------------------------------------- 27
7. Media ------------------------------------------------------------------- 27
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian------------------------------------------------------------ 29
B. Alat yang Digunakan-------------------------------------------------------- 29
C. Bahan Penelitian------------------------------------------------------------- 29
D. Jalan Penelitian-------------------------------------------------------------- 29
1. Pengambilan sampel------------------------------------------------------ 29
2. Cara pengumpulan data--------------------------------------------------- 30
3. Rancangan Penelitian----------------------------------------------------- 31
E. Variabel Penelitian---------------------------------------------------------- 31
1. Investasi------------------------------------------------------------------ 32
2. Biaya tetap---------------------------------------------------------------- 32
3. Biaya tidak tetap---------------------------------------------------------- 32
F. Analisis Data---------------------------------------------------------------- 33
G. Jadual Penelitian------------------------------------------------------------- 34
H. Rancangan Penyuluhan------------------------------------------------------ 36
1. Sasaran penyuluhan------------------------------------------------------- 36
2. Materi penyuluhan-------------------------------------------------------- 36
3. Tujuan penyuluhan-------------------------------------------------------- 36
4. Metode penyuluhan------------------------------------------------------- 37
5. Teknik penyuluhan-------------------------------------------------------- 37
6. Media penyuluhan-------------------------------------------------------- 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Desa------------------------------------------------------------------- 38
B. Karakteristik Kelompok------------------------------------------------------ 40
C. Ternak Domba--------------------------------------------------------------- 43
D. Hasil Analisis Ekonomi------------------------------------------------------ 49
1. Modal investasi----------------------------------------------------------- 49
2. Input ------------------------------------------------------------------- 49
3. Output ------------------------------------------------------------------- 50
4. Pendapatan---------------------------------------------------------------- 51
5. Break Even Point--------------------------------------------------------- 51
6. Benefit Cost Ratio-------------------------------------------------------- 52
7. Efesiensi usaha------------------------------------------------------------ 53
E. Pelaksanaan Penyuluhan----------------------------------------------------- 54
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ------------------------------------------------------------------- 57
B. Saran ------------------------------------------------------------------- 57
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------- 58
LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------- 62
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Pemberian Pakan Domba-------------------------------------- 9
2. Jadwal Kegiatan---------------------------------------------------------- 35
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan--------------------------- 38
4. Jumlah Pendududk Berdasarkan Mata Pencaharian----------------- 39
5. Luas Lahan Dan Penggunaannya--------------------------------------- 39
6. Jumlah Ternak Desa Purwodadi---------------------------------------- 40
7. Perkembangan Populasi Ternak Domba------------------------------- 41
8. Identitas Anggota Kelompok Tani Sumber Rejo I--------------------- 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Identitas Petani Peternak (Kuesioner)---------------------------------------- 62
2. Lembar Pertanyaan------------------------------------------------------------ 63
3. Lembar Analisis---------------------------------------------------------------- 66
4. Struktur Organisasi Kelompok------------------------------------------------ 68
5. Analisis Ekonomi--------------------------------------------------------------- 69
6. Dokumentasi-------------------------------------------------------------------- 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir----------------------------------------------------------------- 21
2. Perkembangan Populasi Ternak Domba------------------------------------- 41
3. Grafik BEP Harga Penjualan------------------------------------------------- 52
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA DI KELOMPOK TANI SUMBER REJO DESA PURWODADI KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
Oleh
YOPY IMENUEL ISMAEL
06.2.4.04.271
INTISARI
Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) dilaksanakan dari tanggal 24 Maret sampai 24 Mei 2008 bertempat di Kelompok Tani Ternak Domba Sumber Rejo I Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya, penerimaan dan tingkat keberhasilan usaha ternak domba.
Usaha pemeliharaan ternak domba oleh anggota di kelompok tani Sumber Rejo I dengan kepemilikan domba rata-rata 7,9 ekor, rata-rata input total Rp. 4.370.771,00; rata-rata total output Rp. 4.960.000,00; dengan rincian dari penjualan ternak domba nilai rata-rata Rp. 4.822.000/orang/tahun dan rata-rata penjualan pupuk Rp. 138.000,00/orang/tahun. Dengan rata-rata keuntungan Rp. 589.229/orang/tahun. Adapun perhitungan BEP dengan nilai Rp. 769.660/ekor dari penjualan 114 ekor tidak mengalami keuntungan dan kerugian dari total skala usaha 158 ekor; rata-rata BCR diperoleh 1,10 (BCR >1) maka usaha ini layak untuk dikembangkan; dan hasil rata-rata perhitungan ROI yaitu 9,06% artinya tingkat efisiensi usaha yang dikelola kurang efisien karena angka efisiennya kurang dari 50% sehingga usaha ternak domba tersebut perlu dibenahi kembali dalam sistem tatalaksana pemeliharaan, pencatatan perputaran biaya maupun pemasaran hasil.
Hasil analisis tersebut dapat ditarik simpulan bahwa usaha pemeliharaan ternak domba menguntungkan karena tingkat pemeliharaannya lebih tinggi dari Break Even Point (BEP), maka usaha tersebut layak untuk di kembangkan.
Kata Kunci : Analisis Usaha Ternak Domba
REVENUE ANALYSE EFFORT FARMER LIVESTOCK SHEEP IN GROUP FARMER’S SOURCE OF REJO VILLAGE PURWODADI DISTRICT TEGALREJO SUB-PROVINCE MAGELANG REGENCY
By
YOPY IMENUEL ISMAEL
06.2.4.04.271
ABSTRACT
Erudite Masterpiece the Final Assignation ( KIPA) executed from date of 24 March until 24 May 2008 have place in Group Farmer’s Livestock Sheep in Source Of Rejo One Village Purwodadi, District Tegalrejo, Sub-Province Magelang.
This research aim to know expense, efficacy storey and acceptance of effort sheep livestock.
Effort conservancy sheep livestock by member in farmer’s group in Source Rejo One with ownership of mean sheep 7,9 tail, total input mean Rp. 4.370.771,00; total mean of Rp output. 4.960.000,00; with detail of from sale Rp average value sheep livestock. 4.822.000/orang/year and sale mean fertilize Rp. 138.000,00/person/year. With mean advantage Rp. 589.229/person/year. As for calculation of BEP with value Rp. 769.660/tail from sale 114 tail not experience of advantage and disadvantage from totalizeing scale effort 158 tail; BCR mean obtained by 1,10 ( BCR > 1) hence this competent effort to be developed; and result of mean calculation ROI that is 9,06% its meaning of efficiency storey effort which is managed by less efficient because efficient number of less than 50% so that the effort the sheep livestock require to correct again in conservancy system, record-keeping the rotation expense of and also marketing result.
Result of the analyse can be pulled by node that effort conservancy of beneficial sheep livestock because its conservancy storey is higher the than Break Even Point, hence the effort competent to developing.
Key Word : Analyse The Effort Sheep Livestock
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak lokal atau asli Indonesia merupakan salah satu kekayaan nasional yang tidak kecil artinya, baik dilihat dari segi sumber pendapatan, sumber protein hewani yang murah dan mudah, maupun sebagai sumber lowongan pekerjaan, mengurangi pengangguran. Banyak diantara ternak lokal atau asli Indonesia yang perkembangannya tidak terlalu menggembirakan, bahkan bila tidak segera ditangani dikhawatirkan mengalami kepunahan. Upaya untuk mempertahankan kelestarian dan kemurnian ternak asli perlu ditangani karena dalam ternak jenis asli mungkin terkandung gen-gen yang belum tentu dimiliki jenis-jenis ternak import. Salah satu diantara sekian banyak plasma nutfah hewani yang perlu di pertahankan eksistensinya adalah ternak domba, sebagai penghasil daging, kulit, susu, dan wol.
Ternak domba menjadi komponen penting dalam usaha peternakan rakyat dan mempunyai peran strategis bagi kehidupan ekonomi peternak di pedesaan. Sistem usaha peternakan domba di Indonesia secara umum masih bersifat sambilan dari sistem usaha pertanian tanaman pangan. Dari potensi populasi ternak domba di Indonesia hampir seluruhnya merupakan peternakan rakyat. Pada sistem ini ditandai dengan biaya produksi yang relatif rendah, kurang berorientasi ekonomi karena hanya merupakan tabungan dan penambal resiko kegagalan cabang usaha tani lainnya, serta bentuk usaha yang bersifat pembibitan dan penggemukan.
Ternak domba di Indonesia kebanyakan diusahakan oleh petani ternak di daerah pedesaan. Domba yang diusahakan umumnya dalam jumlah kecil antara 3 – 5 ekor per keluarga dengan sistem pemeliharaan secara tradisional dan merupakan bagian dari usaha tani, sehingga tingkat pendapatan yang diperoleh sangat kecil. Kebanyakan petani ternak memelihara domba dengan sistem sederhana; perkandangan sederhana; penyediaan pakan terbatas yang mengandalkan alam sekitar atau setengah digembalakan; dan tanpa ada pemilihan bibit secara terarah. Kesemuanya ini merupakan ciri-ciri sistem pemeliharaan tradisional.
Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap petani, akan mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu usaha yang dilakukan oleh petani adalah ternak domba. Ternak domba memiliki beberapa kelebihan, antara lain : sebagai tambahan sumber pendapatan, untuk memanfaatkan limbah pertanian, dan sebagai penghasil daging serta kulit maupun wol. Pupuk kandang juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Usaha ternak domba yang berada pada kelompok tani Sumber Rejo merupakan suatu bentuk pola usaha yang masih dalam skala sederhana, yang mana sistem pemeliharaannya belum mengarah pada sistem agribisnis, sehingga anggota kelompok tani ternak domba belum mengetahui sejauh mana pendapatan yang diperoleh apakah menguntungkan ataukah mengalami kerugian serta sejauh mana tingat efisiensi penggunaan modal.
Dengan alasan diatas, maka judul dalam kegiatan Karya Ilmiah Penugasan Akhir yaitu ”Analisis Pendapatan Usaha di Kelompok Ternak Domba Desa Purwodadi Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Prorinsi Jawa Tengah” sebagai salah satu kegiatan Penelitian yang akan dilakukan bersama-sama dengan anggota kelompok tani untuk mencari tahu tingkat pendapatan dan efisiensi dari usaha ternak domba yang dijalankan atau dikelola.
B. Perumusan Masalah
Dari hasil observasi pada kelompok tani ternak domba Sumber Rejo I di Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang dapat dirumuskan dari beberapa masalah yang ada diantaranya anggota kelompok tani ternak domba belum mengetahui seberapa jauh analisis pendapatan dan efisiensi usaha tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Penelitian adalah :
1. Anggota kelompok tani dapat mengetahui dan dapat menganalisis pendapatan usaha pemeliharaan ternak domba.
2. Anggota kelompok tani dapat mengetahui keuntungan ataupun kerugian dari pemeliharaan ternak domba serta efisiensi usaha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ternak Domba
Ternak domba merupakan komoditas spesifik lokasi yang potensial dalam membantu meningkatkan pendapatan keluarga dan mampu menyediakan lapangan pekerjaan di pedesaan. Tidak diketahui secara pasti, kapan domba mulai dipelihara di Indonesia, akan tetapi dengan adanya domba di Candi Borobudur (circa 800 SM), menandakan bahwa domba sudah dikenal masyarakat sekitarnya pada saat itu (Susilorini dkk, 2007). Domba yang sekarang menyebar di seluruh dunia ini sesungguhnya berasal dari daerah pegunungan Asia Tengah, dimana sebagian menyebar ke arah Barat dan Selatan sehingga dikenal sebagai kelompok urial dan yang lainnya menyebar ke Timur dan Utara yang dikenal sebagai kelompok argali. Terdapat tiga macam domba berdasarkan asalnya (bagian Barat dan Selatan Asia), yaitu Ovis musimon, Ovis ammon, dan Ovis orientalis. Sebelum terjadinya pemisahan daratan antara kepulauan Indonesia dan jazirah Melayu, maka domba yang ada di kawasan tersebut boleh jadi menyebar dari kawasan Asia Tengah (sekarang daerah Tibet, Mongolia), kemudian ke daerah Kamboja, Thailand, Malaysia dan kawasan Barat Indonesia seperti Sumatera yang pada saat itu masih bersatu dengan Malaysia. Hal tersebut terbukti dari jenis domba yang dijumpai di kawasan tersebut adalah dari jenis ekor tipis dengan penutup tubuh berupa rambut.
Pada masa kolonial Belanda, berbagai importasi ternak dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, diantaranya adalah kambing dan domba, terutama ke pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan pada saat itu dan Sumatera Barat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas domba lokal yang ada (Cahyono, 2006). Selain itu, kedatangan pedagang Arab ke Wilayah Nusantara memberikan kontribusi pada keragaman jenis ternak domba yang ada, yaitu dengan membawa domba ekor gemuk ke propinsi Sulawesi Selatan dan Pulau Madura. Demikian pula setelah masa kemerdekaan, dapat dilihat dari banyaknya importasi jenis domba pada masa Orde Baru dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas ternak domba lokal. Bisa disebut antara lain domba yang berasal dari daerah bermusim empat seperti Merino, Suffolk, Dorset, Texel, maupun domba dari daerah tropis dengan penutup tubuh berupa rambut, seperti domba St. Croix dan Barbados Blackbelly.
Sugeng (2007), domba pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara, dan Eropa sampai ke Afrika. Di Indonesia, domba terkelompok menjadi 1) domba ekor tipis (Javanese thin tailed), 2) domba ekor gemuk (Javanese fat tailed), dan 3) domba Priangan atau dikenal juga sebagai domba garut. Secara umum ketiga jenis domba tersebut dibedakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Domba ekor tipis. Domba ini merupakan domba yang banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Golongan domba kecil, dengan berat potong sekitar 20 – 30 kg. Warna bulu putih dan biasanya memiliki bercak hitam di sekeliling matanya. Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi lemak. Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina biasanya tidak bertanduk. Bulunya berupa wol yang kasar (Sudarmono, 2007).
b. Domba ekor gemuk. Domba ini banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Di Sulawesi Selatan dikenal sebagai domba Donggala. Tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba ekor gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih, tidak bertanduk. Bulu wolnya kasar. Domba ini dikenal sebagai domba yang tahan terhadap panas dan kering. Domba ini diduga berasal dari Asia Barat Daya yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779 pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari Persia. Apakah domba ekor gemuk merupakan keturunan dari domba-domba ini, belum diketahui. Bentuk tubuh domba ekor gemuk lebih besar dari pada domba ekor tipis. Domba ini merupakan domba tipe pedaging, berat jantan dewasa antara 40 – 60 kg, sedangkan berat badan betina dewasa 25 – 35 kg. Tinggi badan pada jantan dewasa antara 60 – 65 cm, sedangkan pada betina dewasa 52 – 60 cm (Murtidjo, 2004).
c. Domba Priangan. Terdapat di Priangan, yaitu di Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis, dan Tasikmalaya. Domba ini dipelihara khusus untuk diadu. Domba Priangan bertubuh besar, dahi konveks, tanduk yang jantan besar dan kuat, melingkar seperti spiral. Domba ini diduga diciptakan dari persilangan antara domba Merino dan domba Cape dengan domba lokal sekitar tahun 1864. Namun sekarang sudah tidak ada bekas-bekas dari karakteristik wol domba Merino. Pada domba Priangan, kadang-kadang dijumpai adanya domba tanpa daun telinga. Domba ini sudah terkenal sebagai salah satu domba yang mempunyai angka reproduktivitas tinggi di dunia (Salamena, 2003).
1. Bibit
Bibit domba untuk usaha peternakan mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha yang bersifat komersial. Sedangkan dari segi pemeliharaan sendiri akan memperlancar dari tujuan utama ternak domba. Pemilihan bibit domba atau bakalan yang akan dipelihara tergantung dari selera dan tujuan usaha peternak yang diinginkan. Menurut (Setiadi dan Muryanto, 2006) bahwa, bibit domba yang baik antara lain; a) sehat, tubuh besar sesuai umurnya, relatif panjang dan tidak cacat; b) dada dalam dan lebar; c) kaki lurus dan kuat; d) tumit tinggi; e) penampilan gagah; f) aktif, besar nafsu kawinnya, dan mempunyai sifat mengasuh anak yang baik; g) buah zakar yang jantan normal, besar dan kenyal, yang betina ambing normal, halus, kenyal, dan tidak ada infeksi; h) sebaiknya berasal dari keturunan kembar; i) bulu bersih dan mengkilat; dan j) mata bersinar dan cerah serta agresif dalam bergerak.
Seleksi dalam kegiatan pemilihan bibit adalah salah satu kegiatan memilih ternak domba, baik jantan maupun betina yang memiliki kualitas dan penampilan yang bagus sebagai bibit. Seleksi ternak domba di Indonesia pada umumnya diarahkan pada dua tujuan, yakni domba potong dan bibit yang baik, oleh peternak digunakan berbagai cara berdasarkan penilaian individual, penampilan, uji produksi dan silsilah (Sudarmono dan Sugeng, 2007).
2. Pakan domba
Menurut Cahyono (2006) bahwa, makanan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak domba karena makanan yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses dalam tubuh secara normal, dalam batas minimal, makanan bagi ternak domba berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi, sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme.
Nutrisi (zat gizi) yang terkandung dalam pakan dan masuk ke tubuh domba dapat digunakan untuk menunjang berfungsinya organ fisiologi dalam rangkaian proses pertumbuhan atau perkembangbiakan, reproduksi, dan aktifitas biologis lainnya. Nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan berupa energi, protein, vitamin-vitamin, mineral, dan air (Sudarmono dan Sugeng, 2007).
Salamena (2003) menyatakan bahwa, domba merupakan hewan yang memerlukan bahan pakan berupa hijauan dalam jumlah besar, sekitar 90%. Pakan konsentrat atau pakan penguat hanya sebagai pakan tambahan saja. Oleh karena itu, bahan baku pakan domba yang dapat diberikan terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Hijauan. Merupakan makanan utama bagi domba yang tidak hanya berfungsi sebagai pengisi perut, tetapi juga sebagai sumber gizi protein, vitamin dan mineral. Jenis hijauan yang diberikan kepada domba adalah rumput raja, rumput gajah yang ditanam diatas lahan dengan curah hujan tinggi dan rumput benggala serta rumput cetaria. Sedangkan untuk jenis leguminosa antara lain lamtoro, jayanti, kaliandra dan turi. Hijauan dapat diberikan kepada ternak domba sebanyak 10% dari berat badan, sedangkan leguminosa secukupnya.
b. Konsentrat. Merupakan makanan ternak penguat yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung, bekatul dan bungkil-bungkilan. Pakan konsentrat bisa dibeli dalam bentuk jadi maupun dapat dibeli dalam bentuk bahan makanan misalnya dedak, bekatul, jagung. Konsentrat digunakan terutama saat pertumbuhan, pada masa kebuntingan maupun saat menyusui bagi induknya. Konsentrat untuk ternak domba memiliki kandungan serat kurang dari 18% dan mudah dicerna.
Disamping makanan kasar (rumput, daun) dan konsentrat juga diberikan zat-zat mineral (antara lain Ca, Mg, Na dan K) secukupnya. Pupuk urea dapat dicampurkan dalam makanan sebab urea berfungsi sebagai makanan tambahan untuk domba (Prawirodigdo, 2001).
Pemberian pakan hijauan dan konsentrat pada ternak domba ditentukan oleh berat badan, dimana hijauan diberikan 10% dari berat badan dan konsentrat 0,5 – 1% dari berat badan (Salamena, 2003), Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 1. Jumlah Pemberian Pakan untuk Domba.
Klasifikasi domba
|
Makanan Hijau (kg)
|
Konsentrat (kg)
|
Domba pasca sapih (3 - 6 bln)
|
3
|
0,20
|
Domba muda (6-12 bln)
|
4
|
0,25
|
Domba Induk dewasa
|
6
|
0,25
|
Domba pejantan dewasa
|
8
|
0,50
|
Domba induk bunting
|
7
|
0,40
|
Domba induk laktasi (menyusui)
|
7
|
0,45
|
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian Bogor (1991).
3. Perkandangan dan peralatan
Kandang yang baik adalah suatu bangunan kandang yang dibangun menurut petunjuk-petunjuk teknis yang benar, dimana semua persyaratan bangunan kandang harus bertitik tolak dari segi kehidupan domba dan hukum alam yang berlaku dilingkungan, dimana domba itu hidup dengan tidak meninggalkan nilai atau fungsi kandang itu sendiri (Sugeng, 2007).
Lubis (2006) menyatakan bahwa, dalam membangun sebuah kandang untuk ternak domba harus memperhatikan fungsi dari kandang tersebut, seperti; a) melindungi tenak dari hewan pemangsa; b) mencegah ternak agar tidak merusak tanaman; c) sebagai tempat istirahat dan tidur ternak; d) untuk tempat makan dan minum ternak; e) sebagai tempat kawin dan beranak; f) tempat membuat kotoran dan urin ternak; g) tempat untuk merawat ternak yang sakit; dan h) mempermudah pengawasan dan pengontrolan. Mengingat fungsi tersebut, maka beberapa hal perlu diperhatikan seperti; a) membuat kandang harus kuat agar dapat dipakai lama; b) perlu dirawat agar tidak cepat rusak; c) perlu dibersihkan secara rutin sehingga dapat terhindar dari bibit penyakit; d) bila ada bagian yang rusak perlu segera diperbaiki; e) ukuran kandang perlu disesuaikan dengan kebutuhan ternak; dan f) jarak kandang dari pemukiman ± 10 m.
Kombit (2002), tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
a. Tipe kandang Panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah dari pada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
b. Tipe kandang Lemprak. Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan diatas alas.
Lubis (2006), luas kandang harus disesuaikan dengan jumlah ternak domba yang dipelihara. Sebagai patokan luas kandang domba per ekor yaitu; a) anak domba : 1 x 1,2 m2/2 ekor anak 3 - 6 bulan; (b) pejantan/betina dewasa : 1 x 1,0 m2/1 ekor; c) pejantan pemacek : 2 x 1,5 m2/1 ekor; dan d) induk dan anak : 1 x 2,25 m2/1 induk + 2 anak 0 - 3 bln. Sedangkan untuk satu unit usaha pemeliharaan domba induk dengan 24 ekor induk 44 ekor anak domba serta 3 ekor pejantan pemacek membutuhkan ukuran kandang yaitu; a) 1 kandang kapasitas 12 ekor betina (12 m2); b) 1 kandang kapasitas 12 betina serta 22 anak domba (27 m2); c) 1 kandang kapasitas 32 anak domba umur 3 - 10 bulan (38 m2); dan d) 1 kandang 3 ekor pejantan pemacek (9 m2); serta usaha penggemukan 30 ekor domba memerlukan 1 kandang (30 m2).
4. Pengendalian penyakit
Menurut Salamena (2003), secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan: Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang; Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin; Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya; Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan; Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum diberikan sebaiknya dicuci dulu; Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu; Tatalaksana kandang diatur dengan baik; dan Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
5. Pemasaran
Produksi daging dari usaha ternak domba akan cepat maju apabila pemasaran berjalan cukup pesat, baik dalam negeri ataupun luar negeri sebagai bahan ekspor. Adanya perkembangan kota-kota besar, kemajuan ilmu pengetahuan, peningkatan taraf hidup rakyat, dan peningkatan pendidikan di Negara kita ini secara tidak langsung akan membawa pengaruh tehadap perubahan menu makanan yang mengandung protein. Hal in berarti kebutuhan atau permintaan daging akan meningkat (Sugeng, 2001).
Suatu sistem pemasaran sangat tergantung pada informasi pasar, dimana informasi pasar dipergunakan sebagai bahan evaluasi, serta berkaitan erat dengan sistem perencanaan penjualan produk. Agar pemasaran produk dapat berjalan dengan lancar, maka membutuhkan sistem perencanaan yang efektif yang mana menyangkut; konsumen yang akan dilayani dan persaiangan yang akan dihadapi artinya identifikasi pasar diperlukan untuk mencari tahu seberapa besar pesaing dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas, lokasi dan distribusi pemasaran produk yang dituju (Soekartawi, 1995).
B. Kelompok Tani
Menurut Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian (2006), kelompok tani adalah kumpulan petani yang terbentuk berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Kumpulan petani tersebut bersifat non formal yang dibentuk oleh, dari dan untuk petani.
Menurut Sarwono (1991), kelompok merupakan serangkaian individu yang mempunyai persamaan-persamaan dan saling berdekatan dan yang terlibat dalam satu tugas bersama, sehingga anggota kelompok saling bergantung demi mencapai tujuan bersama. Sedangkan (Bion, 2005), kelompok bukanlah sekedar kumpulan individu, melainkan merupakan suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi tersendiri.
Kelompok dianggap terbentuk karena adanya perasaan-perasaan ketidakberdayaan dan frustasi di kalangan anggotanya. Dalam keadaan merasa tidak berdaya dan frustasi ini, individu-individu anggota kelompok itu mencari dan mengharapkan perlindungan serta perawatan dari pimpinannya. Sebab pimpinan dianggap mempunyai kemampuan dan kemampuan itu diharapkan dapat menggerakan perilaku kelompok dan interaksi antara anggota kelompok (Bennis, 2005).
Menurut Shappard (2005), kelompok juga dapat dikatakan sebagai kelompok kebudayaan, artinya struktur kelompok pada suatu waktu tertentu, pekerjaan yang dilakukan dan organisasi yang dianutnya. Kebudayaan kelompok itu merupakan hasil konflik antara kemauan-kamauan individual dan metalitas kelompok. Contoh kelompok agresif, kelompok pembuat keputusan dan sebagainya.
BLPP (1987), anggota kelompok tani adalah para petani sebagai pengelola usaha tani yang terdaftar sebagai anggota kelompok, dapat berupa petani dewasa, petani muda, baik wanita maupun pria, dimana dengan ciri-ciri seperti berikut; 1) saling mengenal, akrab dan saling mempercayai; 2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; 3) memiliki kebiasaan, pemukiman, hamparan usaha tani, jenis usaha, status ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan usia serta ekologi; 4) bersifat non-formal dalam arti tidak berbadan hukum tetapi mempunyai pembagian dan tanggung jawab atas dasar kesepakatan bersama baik tertulis maupun tidak.
Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani yang diukur dengan lima jurus kemampuan kelompok tani, maka kelompok tani dibagi menjadi empat kelas, antara lain; 1) kelompok pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah kelas kemampuannya; 2) kelas lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula dimana kelompok tani sudah melakukan kegiatan dalam perencanaan meskipun masih terbatas; 3) kelas madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut dimana kemampuan kelompoknya lebih tinggi dari kelas lanjut; 4) kelas utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi dimana kelompok sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar prakarsa dan swadaya sendiri (Balai Informasi Pertanian Ciawi, 2002).
Pengembangan kelompok tani dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut; 1) Pengumpulan data informasi yang meliputi : tingkat pemahaman organisasi petani, keadaan petani dan keluarga, keadaan usaha tani yang ada, keadaan sebaran, domisili, jenis usaha tani, keadaan kelembagaan masyarakat yang ada; dan 2) Advokasi (saran dan pendapat) kepada para petani khususnya tokoh-tokoh petani setempat serta informasi dan penjelasan mengenai; pengertian tentang kelompok tani antara lain mengenai; apa itu kelompok tani, tujuan serta mamfaat berkelompok untuk kepentingan usaha tani, serta hidup bermasyarakat yang lebih baik, proses atau langkah-langkah dalam menumbuhkan/membentuk kelompok tani, kewajiban dalam hal setiap petani yang menjadi anggota kelompok serta para pengurusnya, dan penyusunan rencana kerja serta cara kerja kelompok, pembentukan dan penumbuhan kelompok tani (Nurul, 2006).
Rija (2007), penumbuhan kelompok tani yang mantap memerlukan kesabaran sesuai dengan tingkat kesadaran para petani yang akan membentuknya. Pembentukan kelompok tani yang selalu cepat atau terlalu lama dapat mengakibatkan turunnya minat calon anggota. Selanjutnya Gerungan (1991) menyatakan bahwa, peningkatan kemampuan kelompok tani dimaksudkan agar kelompok dapat berfungsi sebagai kelas belajar wahana kerjasama dan unit produksi, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit pengolahan dan pemasaran dan unit penunjang sehingga menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.
Fungsi kelompok tani sebagai “Kelas Belajar”, agar proses belajar mengajar tersebut dapat berlangsung dengan baik. Sebagai wahana kelas belajar, anggota kelompok tani diarahkan agar mempunyai kemampuan; 1) menggali dan merumuskan keperluan belajar; 2) mencanankan dan menyiapkan keperluan belajar; 3) menjalin kerjasama dengan sumber informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang berasal dari sesama petani, instansi pembina maupun pihak-pihak lain; 4) menciptakan klim atau lingkungan belajar yang sesuai; 5) berperan aktif dalam proses belajar mengajar termasuk mendatangi/konsultasi ke kelembagaan penyuluhan pertanian, dan sumber-sumber informasi lainnya; 6) mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi anggota kelompok tani; 7) merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah, maupun untuk melakukan berbagai kegiatan kelompok tani; dan 8) merencanakan serta melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala, baik di dalam kelompok tani, antar kelompok atau dengan instansi/lembaga terkait (Sarwono, 2005).
Fungsi kelompok tani sebagai “Unit Produksi” Walgito (1987), kelompok tani diarahkan untuk memiliki kemampuan sebagai berikut; 1) mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber daya alam lainnya; 2) menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok atas dasar kepentingan efisiensi; 3) memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani para anggotanya sesuai dengan rencana kegiatan kelompok; 4) menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan usaha tani; 5) mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam organisasi sebagai rencana kegiatan yang akan datang; 6) mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang; 7) meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dan 8) mengelola administrasi kelompok secara baik.
C. Ekonomi
Agribisnis adalah usaha dalam bentuk rangkaian kegiatan untuk mencapai hasil tertentu dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif baru disertai perhitungan konsekwensi finansial terhadap hasil dan biaya, sehingga dapat mencapai tujuan pendapatan yang paling tinggi baik dalam bentuk natura maupun uang melalui usaha di bidang pertanian ataupun peternakan. Seperti yang dikemukakan oleh (Saragih, 2000) bahwa suatu usaha dalam perkembangannya harus memiliki sistem manajemen agribisnis yang dapat menghasilkan pendapatan setinggi-tingginya.
1. Modal
Basamalah (2003), modal merupakan hak bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Selain itu, modal agribisnis adalah semua barang atau uang yang dapat menghasilkan produk. Bersama-sama faktor produksi tenaga kerja. Modal agribisnis terdiri dari : tanah, bangunan, alat dan perkakas, bahan (sarana produksi), investasi lapangan, uang tunai dan piutang. Sedangkan menurut (Newmen, 1999) menyatakan bahwa, secara umum modal diartikan sebagai barang-barang ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan tambahan dan meningkatkan produksi, dengan demikian barang-barang atau kekayaan yang digunakan untuk kepuasan saja tidak disebut modal. Selain itu, modal dibagi kedalam dua jenis yaitu, modal tetap (fixed capital) dan modal tidak tetap (variable capital).
Investasi merupakan keputusan yang sangat beresiko, karena mengeluarkan uang pada saat sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau paling tidak memperkecil resiko serta untuk memastikan besarnya manfaat dan keuntungan bisa diperoleh, maka diperlukan studi kelayakan investasi (Haming, 2003).
2. Biaya produksi
Louis (1999) menyatakan bahwa, biaya adalah nilai yang dinyatakan dengan uang, dengan demikian berbagai jenis biaya dapat diungkapkan dalam suatu bentuk sebutan yaitu, sekian rupiah. Korbanan ekonomis berarti semua sarana produksi yang dikorbankan dan jasa sarana produksi yang dikorbankan. Selain itu, biaya juga adalah sejumlah uang untuk membayar benda atau jasa yang digunakan. Tinggi rendahnya penghargaan suatu sumber daya yang digunakan sangat tergantung pada persediaan dan permintaan sumber daya itu. Biaya dibagi atas biaya yang dikeluarkan secara nyata atau terlihat dan biaya yang dikeluarkan secara tidak nyata atau biaya opertunitas.
Rasyaf (2002), biaya nyata dalam suatu usaha dikenal dengan biaya yang dikeluarkan secara kontan atau langsung dibayar dan secara tidak kontan atau dihutang, jadi biaya opertunitas merupakan sejumlah biaya yang ditanggung akibat tidak adanya pemilihan satu alternatif terbaik.
3. Pendapatan
Menurut Sudarmono dan Sugeng (2007) bahwa, pendapatan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penggemukan domba dan pendapatan berupa hasil ikutan (by product), sedangkan (Soedarman, 1994 dalam Syairani, 2006) menyatakan bahwa, pendapatan adalah hasil dari aktifitas bisnis, seperti pendapatan sewa atau penjualan. Sedangkan beban adalah ongkos dari menjalankan bisnis seperti sewa, penyusutan dan listrik. Jika pendapatan melebihi beban perusahaan memperoleh laba atau ekuitas bertambah, sebaliknya jika beban melebihi pendapatan perusahaan memperoleh rugi dan ekuitas berkurang.
Pendapatan usaha tani dapat dihitung dengan mengurangi output total dengan input total. Sisa ini dapat disebut pendapatan pengelola yaitu jumlah yang tersisa setelah semua biaya (semua input untuk produksi baik yang dibayar maupun yang harus dinilai) telah diperhitungkan, namun ada satu faktor input saja yang belum dihitung, yaitu jasa petani sebagai usahawan atau pengelola, jadi pendapatan pengelola terdiri dari dua unsur seperti : upah petani sebagai pengelola dalam hal imbalan jasa manajemen dan laba (DEPTAN, 1999).
4. Break Even Point (BEP)
Rahardi (2000) menyatakan bahwa, Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok sebagai situasi dimana pendapatan total organisasi sama dengan biaya total. BEP yang dimaksud untuk mengetahui titik impas yaitu tidak untung dan tidak rugi dari usaha bisnis yang diusahakan tersebut, jadi keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan yang diperoleh sama dengan modal usaha yang telah dikeluarkan. Untuk menentukan tingkat BEP perhitungan dilakukan pada tiap satuan unit produksi atau dalam rupiah. BEP dapat dihitung jika telah diketahui biaya tetap, biaya produksi dan hasil penjualan, dengan rumus sebagai berikut :
BEP (braek even point) hasil/outpu = Total Cost
Produksi
5. Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama usaha berlangsung, usaha peternakan banyak memberikan manfaat apabila nilai B/C > 1 (Suharno dan Amri, 2003). Sedangkan (Godam, 2006) menyatakan bahwa, dari beberapa modal yang dapat digunakan untuk mengukur kriteria-kriteria investasi, B/C ratio paling dianjurkan sebagai indikator dalam pengukuran analisis kelayakan. Model ini paling dianjurkan karena perhitungannya masih dalam keadaan nilai kotor, dengan rumus : B/C = Total Pendapatan
Total Biaya Produksi
6. Efisiensi usaha
Abidin (2002), untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan modal atau untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan, maka mengunakan rumus return on investment (ROI) yaitu:
|
ROI = Keuntungan
Investasi
D. Landasan Teori
Dalam suatu usaha pemeliharaan ternak domba yang perlu diperhatikan yaitu sistem manajemen tatalaksana pemeliharaannya, sehingga usaha tersebut dapat mencapai tujuan produksi yang diinginkan oleh petani peternak. Dalam hal ini, usaha pemeliharaan ternak domba untuk menghasilkan keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Semakin tinggi selisih tersebut, semakin meningkat keuntungan yang bisa diperoleh. Bisa diartikan pula bahwa secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Jika situasinya terbalik, usaha tersebut mengalami kerugian, dan secara ekonomis sudah tidak layak dilanjutkan (Abidin, 2002).
Dalam usaha pemeliharaan ternak domba yang berorientasi bisnis, pencatatan mutlak perlu dilakukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga potensi-potensi kejadian yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kerugian besar, bisa terhindari sejak dini. Selain itu, analisis mengenai efisiensi usaha bisa terus dilakukan, sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu, yang secara keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan. Pencatatan perlu dilakukan untuk dua pos besar, yaitu pos pengeluaran atau biaya dan pos pendapatan. (Sodiq, 2002).
E. Kerangka Pikir
Bedasarkan dari landasan teori tersebut diatas, kami sajikan kerangka pikir untuk Penelitian KIPA di usaha ternak domba Kelompok Tani Sumber Rejo Desa Purwodadi Kecamatan Tegal Rejo Kabupaten Magelang, antara lain sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pikir
F. Hipotesis
Ditinjau dari permasalahan yang ada pada usaha kelompok tani ternak domba serta dari landasan teori diatas, dengan sistem pencatatan yang baik, petani ternak akan mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha pemeliharaan ternak domba tersebut, dan diduga dengan sistem manajemen tatalaksana pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh keuntungan serta usaha ternak domba yang efisien.
G. Penyuluhan
1. Pengertian penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan non formal, dimana penyuluhan dapat memberikan informasi serta inovasi bagi peserta belajar dalam hal ini masyarakat tani sehingga dapat memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek (Agnes, 2006).
Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarga beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai (Departemen Pertanian, 2002).
Ditambahkan oleh Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (2005), penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani secara non formal di bidang pertanian agar memiliki kompetensi di bidang ilmu dan teknologi, wirausaha, manajerial, bekerja dalam tim (team work), berorganisasi, bermitra usaha dan memiliki integritas moral yang tinggi sebagai pengusaha pertanian yang meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
2. Sasaran
Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), memilih sasaran penyuluhan merupakan suatu metode penting untuk dapat menentukan masalah yang menjadi sasaran program penyuluhan.
Sasaran penyuluhan pertanian dapat dikelompokkan manjadi tiga bagian utama yaitu; a) Sasaran utama yang terdiri atas petani-nelayan beserta anggota keluarganya (bapak, ibu, anak, pemuda tani dan pemudi tani); b) Sasaran penentu yang terdiri atas pejabat pemerintah, peneliti, produsen, distributor alat mesin pertanian, lembaga perkreditan, lembaga pengelola produk pertanian dan lembaga pemasaran; c) Sasaran penunjang seperti lapisan masyarakat yang berperan serta sebagai pelancar atau penghambat kegiatan penyuluhan pertanian antara lain anggota organisasi sosial, politik, profesi, dan seniman (Kartasoepoetra, 1990 dalam Indah, 2007).
Sasaran utama dalam penyuluhan adalah petani. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang terlibat dalam usaha tani baik itu usaha hulu maupun usaha hilir ( Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 pasal 1, 2006).
Menurut Samsudin (1987) dalam Marlia (2007), yang dimaksud dengan sasaran penyuluhan pertanian yaitu siapa sebenarnya yang disuluh, atau ditunjukan kepada siapa penyuluhan pertanian itu. Selanjutnya, Slamet (2003) menyatakan bahwa, lapangan sasaran penyuluhan pertanian adalah masyarakat umum secara khusus serta komponen masyarakat yang kurang beruntung (lemah atau tertinggal).
3. Materi
Mardikanto (1993) dalam Endri (2007) menyatakan bahwa, materi penyuluhan adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam proses pembangunan pertanian yang terdiri dari tiga sifat macam materi penyuluhan yaitu; a) Materi yang berisikan pemecahan masalah yang sedang dan yang akan dihadapi; b) Materi yang berisikan petunjuk atau rekomendasi yang harus dilaksanakan; c) Materi yang tidak bersifat mubazir.
Menurut Setiana (2005), materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan baik menyangkut ilmu maupun teknologi yang sesuai kebutuhan sasaran, menarik, dapat meningkatkan pendapatan dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi sasaran.
Adhe (2007) menyatakan bahwa, materi penyuluhan harus menarik, mudah, dapat dipercaya dan sesuai kebutuhan sasaran, sehingga membawa manfaat dan mengubah perilaku sasaran didik.
Menurut Kartasapoetra (1990) dalam Niki (2007), materi harus menarik minat, mudah dan dapat dipercaya, agar membawa hasil dan dapat mengubah perilaku petani yang dididiknya.
Mardikanto (1993) dalam Ismael (2007), membedakan adanya tiga macam materi penyuluhan, yaitu :
a. Berisikan pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi. Seperti tersebut dalam filosofi penyuluhan yang berusaha untuk: membantu orang lain agar mereka dapat membantu dirinya sendiri, materi yang berisikan pemecahan masalah merupakan kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat sasaran. Karena itu, di dalam setiap kegiatan penyuluhan, materi ini harus lebih diutamakan terlebih dahulu, sebelum menyampaikan materi-materi yang lainnya.
b. Berisikan petunjuk atau rekomendasi, yang harus dilaksanakan. Materi penyuluhan yang bersifat petunjuk/rekomendasi yang harus dilaksanakan, sering kali sangat diharapkan oleh masyarakat sasaran, meskipun kurang memperoleh prioritas dibandingkan dengan materi yang berisi pemecahan masalah. Karena itu, materi seperti ini hanya dibatasi pada petunjuk/rekomendasi yang harus segera dilaksanakan.
c. Materi yang bersifat instrumental. Berbeda dengan kedua materi yang dikemukakan di atas, materi penyuluhan seperti ini tidak harus dikonsumsi dalam waktu cepat, tetapi merupakan materi yang perlu diperhatikan dan mempunyai manfaat jangka panjang, seperti: kewirausahaan, dan pembentukan koperasi, pembinaan kelompok.
4. Tujuan
Van Den Ban dan Hawkins (1999) disitasi oleh Herdiasti (2006) menyatakan bahwa, tujuan penyuluhan adalah menjamin agar terjadi peningkatan produksi yang merupakan tujuan kebijakan pembangunan pertanian dapat tercapai.
Menurut Setiana (2005), tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat, dapat dicapai bagi petani dan masyarakat yang telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut; a) Better farming, melakukan kegiatan usaha tani dengan cara yang lebih baik; b) Better business, dalam melakukan transaksi perdagangan agar menjauhi para lintah darat; c) Better living, menjalani kehidupan yang lebih baik dan mampu menghemat agar bisa menabung.
Tujuan penyuluhan dirumuskan oleh Ibrahim (2003) bahwa, penyuluhan yang dilakukan harus jelas, singkat dan mudah dipahami oleh petani, sehingga petani sebagai sasaran utama dapat mengetahui hasil akhir yang ingin dicapai dengan baik. Selain itu juga, penyuluhan memiliki tujuan pokok yaitu terlaksananya perubahan pada tingkat pengetahuan, tingkat kecakapan, dan motif tindakan pada diri masing-masing petani, sehingga petani akan bersifat lebih terbuka menerima petunjuk dan bimbingan yang akan menguntungkannya, lebih aktif dan dinamis dalam melaksanakan usaha taninya.
5. Metode
Metode penyuluhan merupakan cara dalam penyampaian suatu teknologi kepada petani. Penggunaan berbagai metode dilakukan agar teknologi tersebut dapat diadopsi dan diterapkan sehingga terjadi peningkatan kemampuan baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Van Den Ban dan Hawkins dalam Endri, 2007).
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa, seorang penyuluh harus memahami dan mampu memilih metode yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran, agar tujuan penyuluhan yang dimaksud dapat tercapai dengan baik. Metode penyuluhan yang digunakan sebaiknya mampu menggerakkan seluruh panca indra secara simultan, agar aktivitas penyuluhan akan dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan. Untuk itu variasi metode-metode penyuluhan perlu dilaksanakan sehingga sasaran didik (peserta) dapat merasakan dan dapat mencoba sendiri. Gabungan beberapa metode penyuluhan dalam kegiatan penyuluhan sangat memotivasi partisipasi peserta untuk berperan secara aktif pada kegiatan penyuluhan dan akan lebih efektif bila dibanding dengan penerapan satu metode saja. Metode penyuluhan yang dapat dilakukan adalah metode ceramah, diskusi, tanya-jawab, anjangsana, demostrasi, dan temu usaha.
Pelaksanaan penyuluhan dapat menggunakan berbagai metode atau cara untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih baik pada diri petani dalam mengelola usaha taninya. Perubahan yang diharapkan meliputi perubahan pada diri petani, yaitu pengetahuan, kecakapan sikap dan motif petani (Ibrahim, 2003). Kemudian (Setiana, 2005) mengemukakan bahwa, metode dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi kedalam tiga metode yaitu; a) metode penyuluhan langsung yaitu disampaikan melalui indra penglihatan; b) metode penyuluhan tidak langsung yaitu melalui indra pendengaran, misalnya pemutaran film, pemutaran slide, dan penyajian lewat radio; c) metode di sampaikan dengan memanfaatkan semua indra yang ada dengan berbagai kombinasi misalnya adalah demonstrasi hasil, yang dapat didengar, dilihat, diraba, dan disentuh serta siaran penyuluhan yang melalui televisi atau radio.
Metode penyuluhan pertanian yang baik harus memenuhi syarat–syarat sebagai berikut; a) sesuai dengan keadaan sasaran; b) cukup kuantitas dan kualitas artinya penyuluh menguasai banyak metode penyuluhan pertanian sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah–masalah penyuluhan; c) tepat mengenai sasaran dan waktunya, tepat sasaran dapat diartikan bahwa metode penyuluhan pertanian yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap petani sasaran; d) materi akan lebih mudah dengan “bahasa” petani, sehingga petani sasaran dapat memahami materi yang disuluhkan; dan e) murah pembiayaannya, artinya penyuluhan dapat dilaksanakan dengan biaya relatif murah sehingga dapat terlaksana secara kontinyu dan dapat merespon reaksi petani dari proses penyuluhan yang dilakukan (Ibrahim, 2003).
6. Teknik
Menurut Kusnadi (1994) dalam Ismael (2007), teknik penyuluhan pertanian adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh pertanian dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan, menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.
Teknik penyuluhan dengan menggunakan kombinasi metode ceramah dan diskusi yang dilakukan secara perseorangan maupun individu. Cara penyuluhan tersebut sesuai dengan pernyataan Mardikanto (1993) dalam Cosmiyono (2007) bahwa, teknik diskusi sangat efektif untuk bertukar informasi dan menggali pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta.
7. Media
Menurut Setiana (2005), media penyuluhan merupakan alat bantu yang dapat menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, akan dapat lebih jelas dan terlihat nyata. Dengan penggunaan media diharapkan petani sebagai sasaran penyuluhan dapat menerima dan mengerti serta memahami semua yang disampaikan sesuai dengan maksud penyuluhan.
Mardikanto (1993) dalam Endri (2007) bahwa, media atau alat bantu penyuluhan adalah perlangkapan yang diperlukan untuk mempermudah pelaksanaan penyuluhan, alat bantu tersebut dapat berupa; a) Benda mencakup sampel/contoh, model/ilustrasi, dan specimen/benda yang diawetkan; b) barang cetakan seperti pamflet/selebaran, leaflet, folder, brosur/booklet, placard, poster, photo, dan petasingkap; c) gambar diproyeksikan seperti transparancy-sheet, slide-film, movie-film, vidio-film dan televisi; d) lambang berupa grafik, diagram, skema, dan peta.
Cara memberikan penyuluhan terhadap sasaran yang berupa khalayak banyak menurut Wiriaatmadja (1990), dalam pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, slide, dan pemutaran film. Rapat umum, kampanye, pertunjukan kesenian, pameran, perlombaan-perlombaan dan demostrasi cara. Selanjutnya Mardikanto (1999) menyatakan bahwa, media merupakan suatu alat bantu yang dapat diamati, didengar dan dirasakan oleh indera manusia dengan tujuan untuk menjelaskan materi yang disampaikan penyuluh agar lebih mudah diterima dan dipahami.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan kegiatan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) ini berlangsung selama 50 hari yaitu dari tanggal 24 Maret samapai 24 Mei 2008, bertempat di kelompok tani ternak domba Sumber Rejo I Dusun Clapar, Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Propinsi Jawah Tengah.
B. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam kegiatan Penelitian yaitu : alat tulis, alat hitung, blangko data (kuisioner), dan komputer media penyuluhan menggunakan peta singkap.
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam Penelitian ini berupa : anggota kelompok tani ternak domba berjumlah 20 orang sebagai responden utama.
D. Jalan Penelitian
Jalannya Penelitian mencakup beberapa hal seperti berikut;
1. Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam Penelitian ini yaitu teknik random sampling atau pengambilan sampel probabilitas/acak. Pengambilan sampel probabilitas/acak adalah suatu metode pemilihan sampel, dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara pengambilan sampel dengan cara acak sederhana atau simple random sampling dengan undian, sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Sampel yang dibutuhkan 20 orang sebagai responden dengan jumlah kepemilikan ternak antara 5 – 10 ekor ternak domba, kemudian dilakukan Penelitian antara manajemen sistem tatalaksana pemeliharaan dan pencatatan (rekording) terhadap pendapatan usaha petani ternak domba di kelompok tani Sumber Rejo I Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
2. Cara pengumpulan data
Sumber data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder, data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari responden sedangkan data sekunder adalah data dari instansi terkait yang ada di lokasi Penelitian.
a. Teknik observasi. Observasi yang dilakukan adalah sing sistem yang dipadukan dengan category sistem yaitu dengan mengamati perilaku anggota kelompok tani ternak dengan diberi batasan pada aspek tatalaksana pemeliharaan dan pencatatan biaya usaha anggota kelompok ternak domba. Metode ini digunakan untuk mengetahui keadaan masyarakat dan lingkungan alam sekitar yang sebenarnya pada Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang dengan menggunakan alat kuisioner dimana, kuisioner yang digunakan dapat bersifat tertutup dengan menyediakan jawaban yang berbentuk pilihan ganda di setiap item soal, sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pilihannya. Alasan menggunakan alat kuisioner ini adalah sebagai berikut : 1) responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri sehingga dapat diperoleh data yang lengkap dan benar sebab materi yang diungkapkan bersifat pribadi; 2) responden memiliki kebebasan dan keleluasaan untuk mengungkapkan informasi yang diperlukan; 3) responden dapat dibuat anonim untuk mengurangi rasa malu dalam menjawab; 4) hemat waktu, tenaga dan biaya.
b. Teknik wawancara. Wawancara atau interviuw adalah suatu bentuk komunikasi verbal berupa percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari petani ataupun anggota kelompok tani ternak domba. Dengan metode wawancara ini dapat mengungkapkan gambaran tentang alur pikiran seseorang, sehingga dapat berfungsi deskriptif yaitu melukiskan dunia kenyataan yang dialami atau dikerjakan oleh petani atau anggota kelompok terhadap usaha kelompok ternak domba.
3. Rancangan Penelitian
Kegiatan Penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan metode experiment design Santoso (2001), yaitu dengan membandingkan bentuk-bentuk pencatatan dan isi pencatatan serta manajemen sistem tatalaksana pada setiap anggota kelompok tani ternak domba untuk mencari tahu seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh dari usaha tersebut.
E. Variabel Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan usaha ternak domba yang dikaji dalam kegiatan KIPA, dilakukan pengamatan dan pengukuran pada tiap-tiap responden terhadap sistem pencatatan dan manajemen sistem tatalaksana pemeliharaan ternak domba.
Keragaman bentuk manajemen sistem tatalaksana dan ada tidaknya sistem pencatatan yang digunakan sebagai informasi penunjang dalam menganalisis usaha tani ternak domba khususnya pendapatan (untung atau rugi) dan efisien tidaknya pemeliharaan ternak domba. Variabel yang diukur pada manajemen sistem tatalaksana adalah; 1) Bibit, 2) Pakan, 3) Perkandangan dan peralatan, 4) Pengendalian penyakit, dan 5) Pemasaran.
Untuk pengamatan ada dan tidaknya pencatatan dalam pelaksanaan usaha, variabel yang dilihat adalah tentang :
1. Investasi :
a. Sewa lahan
b. Bangunan kandang
c. Ternak (domba betina dan domba jantan)
d. Instalasi listrik
e. Instalasi air
f. Tenaga kerja
g. Pakan (hijauan dan konsentrat)
h. Peralatan (garpu, sekop, sabit, ember, sapu lidi, selang, pipa, kran, dan tali)
i. Obat-obatan (vitamin, obat cacing, dan antibiotik)
j. Biaya penunjang (rekening listrik, dan air)
k. Biaya lain (sumbangan, zakat, administrasi, dan tak terduga)
l. Pajak.
2. Biaya tetap :
a. Sewa lahan
b. Peralatan kandang
c. Tenaga kerja
d. Biaya tak terduga.
3. Biaya tidak tetap :
a. Pembelian ternak domba (jantan dan betina)
b. Pembelian pakan (hijauan dan konsentrat)
c. Biaya lainnya.
F. Analisis Data
Nurul (2006) menyatakan bahwa, data yang diperoleh dari sistem pencatatan dan manajemen sistem tatalaksana dari responden dikumpulkan, ditabulasi dan kemudian di deskripsikan, dengan kriteria baik, sedang, kurang baik yang dijabarkan dalam kuisioner.
Model perhitungan analisa usaha petani ternak domba di Kelompok Tani Sumber Rejo menggunakan analisis selisih output-input dari masing-masing pemeliharaan ternak domba, menurut Rahardi (2000), untuk mengetahui pendapatan (untung dan rugi). Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan usaha tersebut yaitu :
Pendapatan = Total output – Total input ------------------------------- (1)
Kelanjutan perhitungan diatas, untuk mengetahui titik impas dalam hal ini tidak mengalami keuntungan dan kerugian dari usaha tersebut, maka keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan yang diperoleh sama dengan modal usaha yang telah dikeluarkan. Untuk menentukan tingkat titik impas perhitungan dilakukan dalam rupiah. Rahardi (2000) menyatakan bahwa, analisis ini dapat dihitung jika telah diketahui biaya tetap, biaya produksi dan hasil penjualan dari usaha ternak domba digunakan analisis Break Even Point (BEP) dengan rumus;
BEP output/penjualan = Total Cost ----------------------- (2)
Produksi
Untuk membandingkan dua metode, bentuk pemeliharan ternak domba cara lama dan cara baru, apakah terdapat selisih antara total pendapatan dengan total biaya produksi, (Suharno dan Amri, 2003), perhitungan dapat memberikan petunjuk kepada peternak sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Rumus yang digunakan untuk B/C Ratio adalah;
B/C Ratio = Total Pendapatan --------------------------------- (3)
Total Biaya Produksi
Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi atau tidaknya penggunaan modal, dalam hal ini untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan, mengunakan rumus return on investment (ROI) (Abidin, 2002). Rumus yang digunakan;
|
ROI = Keuntungan -------------------------------------------------- (4)
Investasi
Kriteria :
a. Efisien apabila keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya investasi
b. Kurang efisien apabila keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari biaya investasi
c. Tidak efisien apabila biaya investasi lebih besar dari nilai keuntungan yang diperoleh.
G. Jadwal Penelitian
Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu I adalah melakukan koordinasi dengan ketua kelompok beserta seluruh anggotanya. Koordinasi dengan Perangkat Desa setempat tentang cara pelaksanaan KIPA, sehingga dapat berjalan dengan lancar. Melakukan survey ke kandang kelompok ternak domba serta wawancara dan pengumpulan data berdasarkan kuisioner dan daftar pertayaan usaha kelompoknya. Minggu ke II melanjutkan wawancara dan pengumpulan data di kelompok tani Sumber Rejo Desa Purwodadi. Minggu ke III melakukan wawancara dan pengumpulan data, pengolahan data yang di dapat dari responden atau anggota kelompok tani ternak domba di kelompok tani Sumber Rejo Desa Purwodadi serta melakukan konsultasi ke pembimbing lapangan yaitu Ketua Kelompok dan Sekretarisnya dimana data yang diperoleh dari anggota kelompok sebagai data primer dan data dari Desa adalah data sekunder menyangkut monografi Desa.
Minggu ke IV, V, VI yaitu melakukan pengambilan data dan pengolahan data yang telah di dapat dari anggota kelompok tani ternak domba serta mempersiapkan materi untuk pelaksanaan penyuluhan serata melakukan konsultasi dengan pembimbing. Minggu ke VII melaksanakan penyuluhan dengan materi yang di angkat dari permasalahan yang ada pada kelompok tani sebagai salah satu masalah yang menonjol dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan serat melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
Minggu ke VIII melapor diri ke Desa bahwa kegiatan KIPA telah selesai sekaligus berpamitan dengan Kepala Desa serta aparat-aparat Desa yang ada. Ramah tamah dengan seluruh anggota kelompok sekaligus berpamitan dan kembali ke kampus STPP Magelang. jadwal kegiatan lihat Tabel 2. sebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal Kegiatan KIPA
Jenis Kegitatan
|
Pelaksanaan (Minggu ke)
| |||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
| |
Survey ke kelompok tani ternak
|
x
| |||||||
Berangkat ke lokasi
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
| |||
Koordinasi dengan instansi terkait
|
x
| |||||||
Pengumpulan data
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
| |||
Pengolahan data
|
x
| |||||||
Penyuluhan
|
x
| |||||||
Konsultasi ke pembimbing
|
x
|
x
| ||||||
Kembali ke kampus STPP
|
x
|
Keterangan :
X : Jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan.
H. Rancangan Penyuluhan
1. Sasaran penyuluhan
Sasaran penyuluhan adalah pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara, dimana sasaran utama penyuluhan yaitu anggota kelompok tani sebanyak 20 responden di kelompok tani ternak domba Desa Purwodadi sedangkan sasaran antara seperti lembaga pemerhati pertanian, perikanan dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat yang berada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
2. Materi penyuluhan
Materi penyuluhan adalah materi yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan serta materi penyuluhan unsur pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan modal sosial dan unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum dan pelestarian lingkungan sehingga materi penyuluhan yang akan disampaikan pada pelaksanaan kegiatan penyuluhan berupa hasil analisis pendapatan usaha kelompok ternak domba.
3. Tujuan penyuluhan
Tujuan Penyuluhan dalam penyuluhan pertanian ada dua tujuan yang akan dicapai yaitu : tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah hanya menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap dan tindakan petani. Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani.
4. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha (kelayan) beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komonikasi, jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran
5. Teknik penyuluhan
Teknik penyuluhan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut; a) Menetapkan lokasi dan sasaran penyuluhan berdasarkan hasil Penelitian di Desa Purwodadi, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang; b) Menetapkan responden yang menjadi sasaran penyuluhan antara 20 responden; c) Melaksanakan penyuluhan, dengan menggunakan kombinasi teknik ceramah dan diskusi.
6. Media penyuluhan
Media penyuluhan pertanian adalah segala bentuk benda yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan pertanian. Media penyuluhan pertanian berguna untuk mengaktifkan komunikasi anta sumber komunikasi dengan penerima informasi. Media penyuluhan juga dapat digunakan sebagai alat bantu penyuluhan pertanian yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dicium dengan maksud untuk memperlancar komunikasi, media penyuluhan ini dapat berupa selebaran/pamflet, leaflet, brosur, peta singkap, photo dan film.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Desa
Desa Purwodadi terletak di Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang, terletak pada ketinggian 500 m dpl, suhu rata-rata 290 C dan curah hujan 30 mm/6 bulan. Luas wilayah Desa Purwodadi 144,53 ha terdiri dari tanah sawah, tegalan pekarangan dan fasilitas umum, pH 5-7, kemiringan 15% dan memiliki drainase yang cukup baik. Jarak dari Kecamatan 2 km, dari Ibukota Kabupaten 25 km dengan batas wilayahnya terdiri dari; Sebelah Utara Desa Wonokerto; Sebelah Selatan Desa Glagah Ombo; Sebelah Timur Desa Limas; dan Sebelah Barat yaitu Desa Mirirejo.
1. Potensi penduduk
Jumlah penduduk sebanyak 1.608 orang yang terdiri dari laki-laki 838 orang dan perempuan 770 orang dengan jumlah KK 437. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah belum tamat SD 57 orang, SD atau sederajat 1330 orang, SLTP 119 jiwa, SLTA 77 orang, Akademi 4 jiwa dan S1 7 jiwa. Lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (orang)
|
Persentase
|
Belum tamat SD
|
57
|
3,54
|
1.330
|
82,71
| |
SLTP
|
119
|
7,40
|
SLTA
|
77
|
4,78
|
Akademi (D1,2,3)
|
4
|
0,25
|
S1
|
7
|
0,44
|
Bulum sekolah
|
14
|
0,87
|
Jumlah
|
1.608
|
Sumber: Monografi Desa Purwodadi, 2007
Sumber mata pencaharian penduduk sangat bervariasi tergantung dari kemampuan dan keahlian masing-masing. Berdasarkan data jumlah penduduk menurut mata pencaharian mayoritas berprofesi sebagai petani Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata Pencaharian
|
Jumlah (orang)
|
Persentase
|
Petani
|
67
|
4,16
|
Buruh tani
|
334
|
20,77
|
Swasta
|
650
|
40,42
|
Pedagang
|
21
|
1,30
|
PNS/ABRI
|
34
|
2,11
|
Pengrajin
|
8
|
0,49
|
Lain-lain
|
494
|
30,72
|
Jumlah
|
1.608
|
Sumber : Monografi Desa Purwodadi, 2007
2. Pertanian dan peternakan
Keadaan lahan Desa Purwodadi sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian 95 ha, tegalan 19 ha, pekarangan 23 ha dan fasilitas umum 7,53 ha. Pemanfaatan lahan seperti tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Lahan dan Penggunaannya
Penggunaan Lahan
|
Luas (ha)
|
Persentase
|
Sawah irigasi teknis
Sawah irigasi setengah teknis
Sawah tadah hujan
Tanah tegalan
Tanah pekarangan
Fasilitas umum :
a. Kas desa
b. Lapangan sepak bola
c. Perkantoran
d. Lain-lain
|
60
30
5
19
23
2
0,5
0,03
5
|
41,51
20,76
3,46
13,15
15,91
1,38
0,35
0,02
3,46
|
Sumber : Monografi Desa Purwodadi, 2007
Populasi ternak di Desa Purwodadi terdiri dari sapi, kerbau, kambing, domba, ayam buras, itik dan angsa. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Ternak Desa Purwodadi
Jenis Ternak
|
Jumlah Ternak (ekor)
|
Satuan Ternak (st)
|
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam buras
Itik
Angsa
|
78
37
34
166
5.100
350
35
|
46,8
22,2
4,76
26,56
51
35
0,35
|
Sumber : Monografi Desa Purwodadi, 2007
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa populasi ternak domba sebanyak 166 ekor (26,56 st) sangat berpotensi untuk dikembangkan serta dapat dijadikan sebagai komoditi unggulan bagi masyarakat khususnya yang berada di wilayah Desa Purwodadi. Pakan hijauan cukup tersedia sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak domba, selain itu pakan tambahan berupa ampas tahu mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau dan tersedia setiap hari. Industri pembuatan tahu menghasilkan ampas tahu sebanyak 499,2 kg/hari.
B. Karakteristik Kelompok
1. Identitas kelompok
Kelompok tani ternak domba Sumber Rejo I berada di Desa Purwodadi, Kabupaten Magelang. Kelompok ini didirikan pada tanggal 08 Agustus 2003 dengan jumlah anggota pada awal berdiri hingga sekarang sebanyak 20 orang dengan susunan organisasi terlampir
Pertemuan rutin diadakan setiap bulan tepatnya pada hari Jumat Legi. Sedangkan jumlah kepemilikan ternak awal yaitu 7 ekor yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten sebagai bantuan. Populasi ternak domba mulai dari tahun 2003 sampai 2007 semakin meningkat, untuk jelasnya perkembangan populasi ternak dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar 2 berikut ini:
Tabel 7. Perkembangan Populasi Ternak Domba
Tahun
|
Populasi Ternak
|
Satuan Ternak (st)
|
2003
2004
2005
2006
2007
|
7 ekor
22 ekor
50 ekor
75 ekor
158 ekor
|
1,12
3,52
8
12
25,28
|
Data Primer Terolah 2008
Gambar 2. Perkembangan Populasi Ternak Domba
Kelompok tani Sumber Rejo I awal mula terbentuk karena adanya keinginan dari para peternak untuk mewujudkan suatu kelompok atau perkampungan ternak dengan tujuan agar dalam pengawasan serta pemeliharaannya dapat dilakukan dengan mudah dan terkontrol, serta dalam pemasaran ternak domba lebih baik. Disamping itu juga, agar lingkungan dapat terjaga kebersihannya dan terbebas dari berbagai serangan penyakit. Dengan terbentuknya kelompok tersebut, maka peternak dapat berlatih untuk terus meningkatkan usahanya dalam hal ini lebih konsentrasi terhadap sistem manajemen pemeliharaan serta pencatatan yang dilakukan lebih baik dan teratur. Seperti yang dikatakan oleh Sarwono (1991) bahwa, kelompok merupakan serangkaian individu yang mempunyai persamaan-persamaan dan saling berdekatan dan yang terlibat dalam satu tugas bersama, sehingga anggota kelompok saling bergantung demi mencapai tujuan bersama. Sedangkan Bion (2005) menyatakan bahwa, kelompok bukanlah sekedar kumpulan individu, melainkan merupakan suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi tersendiri.
2. Identitas Anggota kelompok
Tabel 8. Identitas Anggota Kelompok tani Sumber Rejo I
Nama
|
Umur (thn)
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Jumlah Ternak (ekor)
|
Slamet. S
Endang. S
Pawit
Zaliatun
Adnan
Ikhsan
Kenthi. S
Mursida
Erwin. S
Markoni
Sutris
Daliyah
Yayak
Wanari
Solekah
Jamil
Sunardi
Fatoni
Jumarli
Nurul Hidayat
|
37
39
48
42
42
33
40
36
24
43
44
60
30
55
41
45
40
45
52
30
|
SMP
SPG
SGU
SMP
SMP
SMP
SD
SMP
S1
SD
D IV
SD
SMP
SD
SD
SMP
SMA
SMA
SD
SMA
|
Tani
Guru
Guru
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
PNS
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
Tani
|
5
5
6
6
5
8
6
6
6
5
5
5
5
5
6
5
5
6
7
7
|
Data primer terolah 2008
Berdasarkan tabel tersebut diatas, bahwa umur anggota tani berkisar antara 20 – 60 tahun dengan tingkat pendidikan pendidikan SD berjumlah 6 orang, SMP 7 orang, SMA 5 orang, D IV 1 orang dan S1 1 orang. Sedangkan dilihat dari pekerjaan Guru 2 orang, PNS 1 orang dan patani berjumlah 17 orang dengan kepemilikan ternak domba antara 5 – 8 ekor. BLPP (1987), anggota kelompok tani adalah para petani sebagai pengelola usaha tani yang terdaftar sebagai anggota kelompok, dapat berupa petani dewasa, petani muda, baik wanita maupun pria, dimana dengan ciri-ciri seperti berikut; 1) saling mengenal, akrab dan saling mempercayai; 2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; 3) memiliki kebiasaan, pemukiman, hamparan usaha tani, jenis usaha, status ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan usia serta ekologi; 4) bersifat non-formal dalam arti tidak berbadan hukum tetapi mempunyai pembagian dan tanggung jawab atas dasar kesepakatan bersama baik tertulis maupun tidak.
- Ternak Domba
1. Bibit
Peternak mendapatkan bibit ternak domba dengan cara bantuan dari Dinas Peternakan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah. Setiap peternak mendapatkan antara 3-5 ekor ternak domba untuk dikembangkan dengan jenis kelamin jantan dan betina berumur berkisar 8 bulan – 1 tahun dengan harga yang bervariasi antara Rp. 200.000,- - Rp. 600.000,-. Cara pemberian bibit ini dipilih berdasarkan hasil seleksi dari Dinas Peternakan dengan kriteria antara lain; ternak dalam keadaan sehat, tidak terganggu pernafasan, mata terlihat bersih dan cerah, agresif dalam setiap melakukan gerakan tubuh, dan memiliki penampilan yang baik dan tidak cacat tubuh.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Setiadi dan Muryanto (2006) bahwa, bibit domba yang baik harus; a) sehat, tubuh besar sesuai umurnya, relatif panjang dan tidak cacat; b) dada dalam dan lebar; c) kaki lurus dan kuat; d) tumit tinggi; e) penampilan gagah; f) aktif, besar nafsu kawinnya, mempunyai sifat mengasuh anak yang baik; g) buah zakar yang jantan normal, besar dan kenyal, yang betina ambing normal, halus, kenyal, dan tidak ada infeksi; h) sebaiknya berasal dari keturunan kembar; i) bulu bersih dan mengkilat; dan j) mata bersinar dan cerah serta agresif dalam bergerak serta umur berkisar antara 4 bulan – 8 bulan.
Pada dasarnya ternak domba yang dipelihara oleh peternak dapat dikatakan sesuai dengan apa yang terdapat pada ilmu pegetahuan, artinya telah memenuhi syarat sebagai bibit yang baik sehingga perkembangan atau pertumbuhan ternak pun menjadi lebih menguntungkan bagi peternak.
2. Pakan
Pakan hijauan merupakan bahan pakan utama yang diberikan kepada ternak domba dengan jumlah pemberian yaitu 6 kg/ekor/hari, yang diberikan 3 (tiga) kali sehari yaitu pada pagi hari pada jam 06.30, siang hari jam 11.30 dan sore hari jam 16.00. Hijauan diambil dari lahan rumput di sekitar Desa atau di luar Desa Purwodadi dengan harga pakan hijauan yang diperoleh per kg yaitu Rp. 75,00. Untuk lebih jelasnya harga pakan dapat dilihat pada hasil analisis ekonomi. Pakan hijauan dapat berupa rumput lapangan, dan daun kacang tanah. Sedangkan pemberian air minum disesuaikan dengan kebutuhan ternak domba.
Pakan merupakan bahan makanan utama baik itu berupa hijauan, konsentrat maupun feed suplemen yang berfungsi untuk memenuhi hidup pokok ataupun untuk pertumbuhan alat-alat reproduksi dari ternak baik itu ternak unggas, ternak kecil maupun ternak besar, pakan yang diberikan sesuai dengan bobot badan diantaranya pakan hijauan diberikan 10% dari berat badan dan konsentrat 1 – 2% dari berat badan (Bambang, 2006).
3. Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal bagi ternak dan juga sebagai tempat melindungi ternak dari terik matahari, hujan dan binatang buas. Kandang domba yang berada pada Kelompok Sumber Rejo I yaitu kandang tipe panggung tunggal dengan ketinggian panggung dari atas tanah 50 cm. Kandang domba yang ada berjumlah 10 unit dengan total biaya bangunan kandang per unit yaitu Rp. 600.000,- (lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil analisis), ukuran masing-masing unit dengan luas ± 7 m2 yaitu lebar 2,5 m2 dan panjang 3 m2. Bangunan kandang terbuat dari bambu dengan atap genteng yang dilengkapi dengan tempat pakan berukuran panjang 3 m, lebar 50 cm serta kedalaman 40 cm, sedangkan tempat minum menggunakan ember 8 ltr. Lantainya telah diplester dengan kemiringan kandang 25 0C yang dilengkapi parit untuk menampung kotoran dan air kencing dari ternak domba dengan ukuran kedalaman 150 cm dengan panjang 3 m dan lebar 75 cm.
Selain bangunan kandang, juga telah dibuat tempat pengolahan pupuk organik, greenhous, kolam ikan, tower air dan juga sanggar pertemuan. Semua ini didirikan diatas tanah milik kaur umum Desa Purwodadi dengan luas lahan ± 800 m2. Tanah tersebut disewa dengan harga Rp. 600.000,-/tahun.
Perkandangan merupakan faktor yang ikut menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha peternakan domba komersial. Untuk itu, kandang yang dibangun harus memberikan kenyamanan bagi ternak. Oleh karena itu bangunan kandang domba perlu direncanakan sedemikian rupa, sehingga bangunan kandang tersebut mampu memenuhi fungsi yang peternak harapkan. Seperti yang dinyatakan oleh Bambang (2004) bahwa, kandang yang dibangun harus memenuhi persyaratan seperti; a) melindungi ternak domba dari matahari, angin, hujan, dan penyakit; b) melindungi ternak domba dari hewan pemangsa dan penggangu; c) mempermudah peternak dalam melakukan pengontrolan, pengawasan kesehatan dan kebersihan; d) mempermudah dalam mengumpulkan kotoran ternak domba sehingga lingkungan terhindar dari pencemaran dan e) kandang tersebut juga dibuat harus menarik dan rapi, sehingga kandang tersebut menyenangkan sebagai tempat tinggal ternak domba.
4. Pengendalian penyakit
Perawatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit domba merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha pemeliharaan ternak domba, sebab domba-domba yang sehat atau bebas dari penyakit akan tumbuh dan berkembang dengan baik yang pada akhirnya menunjukkan penampilan produksi yang tinggi. Hal ini telah diterapkan pada pemeliharaan ternak domba kelompok tani Sumber Rejo I dengan jalan melakukan pengontrolan dan pengawasan yang baik serta menjaga kebersihan ternak dan lingkungan sekitar kandang.
Sejalan dengan perkembangan usaha pemeliharaan ternak domba yang ada pada kelompok tani Sumber Rejo I, pencegahan penyakit merupakan salah satu prioritas yang selalu diperhatikan, namun keterbatasan biaya serta ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh petani, maka ternak domba masih terserang penyakit seperti cacingan, kembung perut dan PMK. Namun hal tersebut tidak menurunkan semangat serta motivasi petani dalam mengembangkan usahanya.
Usaha pencegahan penyakit yang dilakukan oleh petani di kelompok tani Ternak Domba Sumber Rejo I yaitu dengan mengadakan kebersihan lingkungan secara terprogram (kerja bakti setiap dua minggu sekali), manfaat dari kebersihan tersebut yaitu agar ternak domba dapat terhindar dari bebagai bibit penyakit, menghindari terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bau feses atau urin dan memberikan kenyamanan bagi ternak domba agar dapat berkembang dengan baik. Selain itu juga dilakukan kebersihan ternak dengan memandikan ternak tiga minggu sekali, dengan tujuan menjaga kebersihan tubuh dan buluh domba serta dapat menghilangkan kutu atau caplak yang ada pada tubuh ternak. Apabila ada ternak domba yang terserang penyakit, maka petani segera melaporkan hal tersebut ke STPP sehingga dengan kerja sama tersebut pencegahan ataupun pengobatan ternak domba dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya. Kerja sama dalam pencegahan dan pengobatan dilakukan dengan cara memanfaatkan mahasiswa kelapangan untuk melakukan praktik secara langsung dengan membawa alat dan bahan yang telah disediakan sebelumnya.
Sejauh ini pencegahan penyakit yang telah dilaksanakan yaitu pencegahan penyakit cacing, pemberian vitamin serta melakukan pemotongan kuku dan bulu ternak domba yang dilakukan oleh mahasiswa STPP dan petani secara bersama-sama tanpa petani mengeluarkan biaya apapun.
Menurut Salamena (2003), secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan: menjaga kebersihan kandang dan mengganti alas kandang, mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin, memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya, memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan, menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput, sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu, tatalaksana kandang diatur dengan baik, dan melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
5. Pemasaran
Suatu sistem pemasaran sangat tergantung pada informasi pasar, dimana informasi pasar dipergunakan sebagai bahan evaluasi, serta berkaitan erat dengan sistem perencanaan penjualan produk. Agar pemasaran produk dapat berjalan dengan lancar, maka membutuhkan sistem perencanaan yang efektif yang mana menyangkut; konsumen yang akan dilayani dan persaingan yang akan dihadapi artinya identifikasi pasar diperlukan untuk mencari tahu seberapa besar pesaing dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas, lokasi dan distribusi pemasaran produk yang dituju (Soekartawi, 1995).
Pemasaran yang dilakukan di kelompok tani Ternak Domba Sumber Rejo I yaitu dengan sistem penjualan ternak domba yang dewasa dimana ternak tersebut dijual dengan dua cara antara lain; yang pertama ternak domba dapat dijual langsung ke konsumen dan kedua konsumen dapat langsung membeli ternak domba di lokasi perkandangan dengan harga antara Rp. 600.000,00 sampai Rp. 1.000.000,00.
Penjualan ternak domba yang dilakukan oleh petani dapat juga melalui seksi pemasaran yang telah ditentukan secara bersama-sama sehingga dalam perencanaan serta pengontrolan terhadap ternak dan penentuan harga ternak dapat memberikan keuntungan. Selain ternak yang dijual, juga dilakukan penjualan hasil limbah ternak berupa pupuk organik dengan harga Rp. 75.000,-/periode, artinya penjualan pupuk dari limbah ternak tersebut masih bersifat hasil sampingan atau hasil tambahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil analisisnya.
D. Hasil Analisis Ekonomi
1. Modal investasi
Kegiatan suatu usaha agribisnis perlu adanya sistem perencanaan yang matang, dimana dengan perencanaan tersebut petani dapat menentukan berapa modal yang akan diinvestasikan untuk membuka suatu usaha tani. Secara umum modal dapat diartikan sebagai barang-barang bernilai ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan tambahan dan meningkatkan produksi.
Hasil wawancara dan pencatatan terhadap petani/respoden di usaha ternak domba kelompok tani Sumber Rejo I, modal yang diinvestasikan dalam berusaha tani ternak domba rata-rata dari 20 responden sebesar Rp. 4.890.855,00 (lampiran 5.a) dimana, modal tersebut diperoleh dari masing-masing anggota dan juga bantuan dari pihak lain seperti Dinas Peternakan Kabupaten Magelang, KIPPK dan juga dari STPP Magelang yang mana modal tersebut dapat berupa uang atau barang yang diperhitungkan untuk jangka waktu tertentu dalam suatu usaha. Seperti dinyatakan oleh Haming (2003), bahwa Investasi merupakan keputusan yang sangat beresiko, karena mengeluarkan uang pada saat sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau paling tidak memperkecil resiko serta untuk memastikan besarnya manfaat dan keuntungan bisa diperoleh, maka diperlukan studi kelayakan investasi.
2. Input
Input terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap dimana, biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan atau dipakai berkali-kali dalam suatu jangka waktu produksi yang dihitung dalam bentuk penyusutan dengan jangka usia ekonomis diatas dua tahun seperti penyusutan perkandangan dan peralatan produksi, sedangkan biaya tidak tetap (biaya variabel) merupakan biaya yang habis terpakai dalam satu periode produksi seperti bibit, obat-obatan serta bahan atau alat-alat yang biayanya selalu berubah.
Berdasarkan hasil analisis bahwa rata-rata total biaya input (biaya tetap dan biaya variabel) dari 20 responden yaitu Rp. 4.370.771,- (lampiran 5.b). Menurut Samuelson dan Wiliam (1991) menyatakan bahwa, jika total biaya meningkat dengan meningkatnya kuantitas, hal ini wajar karena dibutuhkan lebih banyak biaya dan faktor input lainnya untuk memproduksi lebih banyak barang dan faktor produksi tambahan sehingga dapat memerlukan tambahan biaya.
3. Output
Hasil wawancara dan diskusi dengan 20 responden anggota Kelompok tani Sumber Rejo I terhadap output usaha ternak domba yaitu penjualan ternak domba yang dilakukan pada saat konsumen membutuhkan sehingga harga jualnya tinggi. Hal ini dilakukan pada saat hari-hari besar seperti hari Idul Adha. Hasil analisis penjualan ternak sebanyak 114 ekor (rata-rata 5,7 ekor) dengan harga penjualan rata-rata/ekor Rp. 4.822.000,- Sedangkan rata-rata penjualan kotoran ternak domba selama satu tahun sebesar Rp. 138.000,00 jadi, total hasil output penjualan rata-rata untuk 20 responden sebesar Rp. 4.960.000 selama satu periode/satu tahun (lampiran 5.l).
Hasil penjualan tersebut telah menunjukan bahwa usaha ternak domba di kelompok tani Sumber Rejo I yang dilakukan oleh masing-masing petani peternak selama satu tahun memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga perlu dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi. Sebab output agribisnis terjadi karena adanya fase pertumbuhan dari suatu produk seperti pertumbuhan ternak domba yang mencakup pertumbuhan besar dan pertumbuhan berat dan kelahiran anak. Besar kecilnya output yang dihasilkan tergantung dari besarnya bobot badan ternak pada akhir periode penggemukan dan kotoran yang dihasilkan sehingga harga jual akan berbeda, seperti yang dinyatakan oleh Prawirokusumo (1990) bahwa, saat output naik, maka total biaya akan turun dan keuntungan akan mencapai maksimum tergantung kepada harga jual output atau produk.
4. Pendapatan/keuntungan
Pendapatan usaha tani dapat dihitung secara analisis yaitu output total dikurangi input total dimana, hasil dari pengurangan tersebut merupakan pemasukan/pendapatan. Berdasarkan hasil analisis data (lampiran 5.m) bahwa rata-rata pendapatan usaha pemeliharaan ternak domba oleh 20 reponden di kelompok tani ternak Sumber Rejo I yaitu Rp. 589.229,00/tahun. Nilai tersebut, merupakan suatu hasil yang baik untuk terus dikembangkan serta sistem pengembangan ternaknya dapat ditingkatkan lagi sehingga dengan peningkatan populasi ternak dan nilai penjualan dapat menghasilkan nilai pendapatan yang tinggi bagi petani ternak tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Soekartawi (1998) bahwa, pertambahan pendapatan usaha tani dipengaruhi oleh harga output atau tambahan penjualan output/produk.
Nilai pendapatan tersebut diatas merupakan nilai yang cukup baik yang dapat menjadi suatu tolak ukur dalam kelangsungan pengembangan sistem pemeliharaan ternak domba menuju suatu usaha yang lebih berorientasi pada agribisnis, dimana dengan peningkatan jumlah ternak domba dalam pemeliharaannya dapat meningkatkan pendapatan petani ternak.
5. Break Even Point (BEP)
Analisis BEP merupakan suatu cara atau suatu teknik yang dipergunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba atau keuntungan (Sigit, 1990). Maka, hasil analisis BEP terhadap 20 responden petani ternak domba pada kelompok tani Sumber Rejo I akan mencapai Break Even Point (titik impas) pada skala usaha sebanyak 114 ekor, dengan jumlah total cost senilai Rp. 87.415.420 (lampiran 5.p) lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 berikut.
|
Output
| ||||
Total cost
| |||||
BEP
|
VC
| ||||
87.415.420
| |||||
FC
| |||||
0 114 ekor
|
158
|
Gambar 3. Grapik BEP Output/Penjualan
Grafik tersebut menunjukan bahwa pada skala usaha pemeliharaan ternak domba akan mencapai titk Break Even Point (BEP) tidak untung dan tidak rugi pada skala usaha jumlah penjualan ternak domba 114 ekor dengan nilai penjualan Rp. 769.660/ekor. Di mana kelompok tani Sumber Rejo I dengan pemilikan ternak domba 158 ekor sudah melebihi tingkat Break Even Point (BEP), artinya kelompok tani Sumber Rejo I dalam pemeliharaan ternak domba telah mengalami keuntungan dan dapat dilanjutkan.
6. Benefit Cost Ratio (BCR)
Hasil perhitungan rata-rata BCR dari 20 responden anggota kelompok tani Ternak Domba Sumber Rejo I yaitu 1,10 (lampiran 5.q) dimana BCR>1 maka usaha pemeliharaan ternak domba yang dilakukan oleh anggota kelompok tani Sumber Rejo I dapat menguntungkan atau dapat dilaksanakan. Hal ini terlihat dari tingginya perbandingan tingkat keuntungan yang diperoleh dari total biaya yang dikeluarkan pada usaha pemeliharaan ternak domba selama satu tahun/satu periode. Sesuai dengan pendapat Suharno dan Amri (2003) bahwa, B/C ratio adalah perbandingan tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama usaha berlangsung, usaha peternakan banyak memberikan manfaat apabila nilai B/C > 1.
7. Efisiensi usaha (Return On Investment)
ROI merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal atau untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan Zainal (1999). Dengan melihat keuntungan yang diperoleh dari masing-masing anggota selama satu tahun pemeliharaan ternak domba yang dibandingkan dengan nilai investasi yang cukup tinggi maka, hasil perhitungan analisis ROI terhadap penggunaan modal oleh 20 responden anggota kelompok ternak domba Sumber Rejo I didapat nilai rata-rata 9,06% artinya tingkat efisiensi usaha yang dijalankan kurang efisien karena angka efisiensi kurang dari 50% sehingga usaha ternak domba tersebut perlu dibenahi kembali dalam sistem tatalaksana pemeliharaan, pencatatan perputaran biaya maupun pemasaran hasil (lampiran 5.r).
Tingkat efisiensi penggunaan modal dalam suatu usaha sangat dipengaruhi oleh tingkat nilai pendapatan, dimana untuk melihat efisiensinya suatu usaha perlu adanya ketertiban dalam sistem admistrasi baik itu biaya yang dikeluarkan atau biaya yang masuk, apabila hal ini dapat diterapkan dengan pencatatan yang baik dan teratur maka, dapat terlihat dengan jelas tingkat efisien suatu usaha dengan baik pula.
E. Pelaksanaan Penyuluhan
1. Waktu dan tempat
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada akhir kegiatan KIPA yaitu dilakukan sebanyak 2 kali pada tanggal 10 Mei 2008 dan tanggal 23 Mei 2008 di sanggar pertemuan Kelompok tani Sumber Rejo I dan II bertepatan pada acara pertemuan rutin bulanan anggota kelompok tani. Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai jadwal pertemuan kelompok yaitu penyuluhan pada kelompok Seumber Rejo II dilakukan pada malam hari sedangkan di Sumber Rejo I pada siang hari, hal ini sesuai pendapat Wiraatmadja (1983) bahwa, untuk dapat memperoleh hasil sebesar-besarnya, waktu penyuluhan harus tepat mengenai sasaran artinya diarahkan pada sasaran yang membutuhkan dan waktu yang sesuai dengan kelender kerja petani.
2. Sasaran
Sasaran penyuluhan yang dilaksanakan dalam kegiatan KIPA adalah anggota kelompok tani ternak domba dan sapi Sumber Rejo I dan II dengan jumlah peserta masing-masing kelompok yaitu 20 peserta. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 pasal 1 tahun 2006 bahwa, sasaran utama dalam penyuluhan adalah petani. Dimana Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang terlibat dalam usaha tani baik itu usaha hulu maupun usaha hilir.
3. Materi
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan materi utama yaitu sistem pemeliharaan dan analisis ekonomi ternak domba pada kelompok tani Sumber Rejo I, sedangkan materi lainnya yaitu pengolahan kotoran ternak sapi menjadi pupuk organik dengan teknologo EM4 dan stardec pada kelompok tani Sumber Rejo II. Hal tersebut dilakukan karena materi tersebut sangat dibutuhkan oleh anggota tani seperti yang dinyatakan oleh Setiana (2005), materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan baik menyangkut ilmu maupun teknologi yang sesuai kebutuhan sasaran, menarik, dapat meningkatkan pendapatan dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi sasaran.
4. Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan adalah agar anggota tani ternak dapat mengetahui, melaksanakan sistem tatalaksana pemeliharaan ternak domba dan pencatatan biaya serta dapat menganalisis penggunaan modal usaha dengan intensif dan efektif, sehingga anggota tani bisa mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan dan keuntungan yang diperoleh dari usaha pemeliharaan ternak domba. Hal ini sesuai dengan tujuan penyuluhan yang dirumuskan oleh Ibrahim (2003) bahwa, penyuluhan yang dilakukan harus jelas, singkat dan mudah dipahami oleh petani, sehingga petani sebagai sasaran utama dapat mengetahui hasil akhir yang ingin dicapai dengan baik. Selain itu juga, penyuluhan memiliki tujuan pokok yaitu terlaksananya perubahan pada tingkat pengetahuan, tingkat kecakapan, dan motif tindakan pada diri masing-masing petani, sehingga petani akan bersifat lebih terbuka menerima petunjuk dan bimbingan yang akan menguntungkannya, lebih aktif dan dinamis dalam melaksanakan usaha taninya.
5. Metode
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan menggunakan metode pendekatan kelompok dan pendekatan secara individu yang dilaksanakan di kelompok tani ternak domba Sumber Rejo I. Seperti pendapat Mardikanto (1993) bahwa, pelaksanaan penyuluhan dapat menggunakan berbagai metode atau cara, salah satu metode yang dapat digunakan berdasarkan keadaan psikososial sasaran yaitu pendekatan secara perorangan/individu, kelompok dan masal.
6. Teknik
Teknik penyuluhan yang dilakukan yaitu ceramah dan diskusi dengan menggunakan alat bantu berupa alat tulis menulis dan kuisioner. Mardikanto (1993) dalam Cosmiyono (2007) bahwa, teknik ceramah dan diskusi sangat efektif untuk bertukar informasi dan menggali pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta.
7. Media
Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan yaitu menggunakan media TV (pemutaran film), brosur dan peta singkap seperti yang dinyatakan oleh Setiana (2005) bahwa, media penyuluhan merupakan alat bantu yang dapat menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, akan dapat lebih jelas dan terlihat nyata. Dengan penggunaan media diharapkan petani sebagai sasaran penyuluhan dapat menerima dan mengerti serta memahami semua yang disampaikan sesuai dengan maksud penyuluhan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil perhitungan analisis ekonomi usaha tani dalam Penelitian Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Rata-rata keuntungan yang diperoleh anggota dalam usaha pemeliharaan ternak domba selama satu tahun/satu periode di kelompok tani ternak Sumber Rejo I sebesar Rp. 589.229,00/tahun;
2. Perhitungan BEP dengan nilai yaitu Rp. 769.660/ekor dari penjualan ternak 114 ekor tidak mengalami keuntungan dan kerugian dari skala usaha sebanyak 158 ekor.
3. Hasil perhitungan rata-rata B/C Ratio didapat 1,10 lebih dari 1 (BRC >1) maka usaha ternak domba tersebut dapat terus dikembangkan.
4. Hasil perhitungan rata-rata Efisiensi Usaha (ROI) yaitu 9,06% artinya tingkat efisiensi usaha yang dijalankan kurang efisien karena angka efisiensinya kurang dari 50%.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap anggota tani ternak domba pada kegiatan KIPA terdapat berbagai problem, sehingga saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Kerjasama perlu ditingkatkan diantara anggota kelompok dalam sistem tatalaksana pemeliharaan serta pemasaran hasil usaha guna dapat memberikan nilai tambah yang lebih positif dan pendapatan yang tinggi sehingga nilai efisiensi dari usaha tersebut dapat melebihi 50%;
2. Kerjasama dengan kelompok-kelompok ternak lain dan pihak-pihak yang berkecimpung di bidang peternakan khususnya perlu tingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
A. W. Van Den Ban dan H. S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. PT. Kanisius. Yogyakarta.
Ajid. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.
Abidin. 2002. Penggemukan Domba. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Rija Adhe. 2007. Upaya Pengembangan Sapi Potong. Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan Cinegara. Ciawi-Bogor.
Balai Latihan Penyuluhan Pertanian. 1987. Pemberdayaan Kelompok Tani. Jakarta.
Balai Informasi Pertanian Ciawi. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Tani. Ciawi-Bogor.
Basamalah dan Haming. 2003. Studi Kelayakan Investasi. Lembaga Manajemen PPM. Jakarta.
Bion. 2005. Teori-Teori Psikologis Sosial. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Bennis. 2005. Teori-Teori Psikologis Sosial. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Cahyono. 2006. Beternak Domba dan Kambing. Cara Meningkatkan Bobot dan Analisis Kelayakan Usaha. PT. Kanisius. Yogyakarta.
DEPTAN. 1999. Analisa Usaha Agribisnis. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. Pusat Pembinaan Pendidikan Pertania. Jakarta.
DISNAK. 2001. Kelompok Tani Pemula. Sinar Tani. Bogor.
Departemen Pertanian. 2002. Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah.
Ginting, 1994 dalam Hamid. A. 2007. Pengertian Penyuluhan Pertanian. Laporan Praktik Kerja Lapang III. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan. Magelang.
Gerungan. 1991. Psikologis Sosial. Refika Aditama. Bandung.
Godam.2006.http://organisasi.org/pengertian_defenisi_dan_rumus_bep_break_even_point_ilmu_ekonomi_studi_pembangunan.
Gable, 1986 Disitasi Oleh Saifuddin Anwar. 2003. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Herdiasti. 2006. Penyuluhan Pertanian. PT. Kanisius. Yogyakarta.
Ibrahim. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Bayu Media Publishing. Malang.
Indah Puspita Sari. 2007. Pengembangan Agribisnis Ternak Sapi Potong. Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan Cinegara. Ciawi-Bogor.
Kusnadi, 1994 dalam Ismael .Y. 2007. Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku Petani Mengenai Pola Pertanian Organik. Laporan Praktik Kerja Lapang III. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan. Magelang.
Kartasoepoetra. 1990, dalam Indah Puspita Sari. 2007. Pengembangan Agribisnis Ternak Sapi Potong. Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan Cinegara. Ciawi-Bogor.
Louis. A. Allen. 1999. Analisa Usaha Agribisnis. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. Pusat Pembinaan Pendidikan Pertania. Jakarta.
Mardikanto, 1993 dalam Cahyono. 2006. Beternak Domba dan Kambing. Cara Meningkatkan Bobot dan Analisis Kelayakan Usaha. PT. Kanisius. Yogyakarta.
Mardikanto, 1993 dalam Endri Cosmiyono. 2007. Analisis Hubungan Jumlah Kepemilikan Modal dan Minat Pemeliharaan Sapi Potong. Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan. Magelang.
Mardikanto, 1993 dalam Ismael .Y. 2007. Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku Petani Mengenai Pola Pertanian Organik. Laporan Praktik Kerja Lapang III. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan. Magelang.
Mardikanto. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : Sebalas Maret University Press.
--------------. 1999. Penyuluhan Pertanian. PT. Kanisius. Yogyakarta.
Malo. 2000. Metode Penelitian Sosial. Universitas Terbuka. Jakarta.
Murtidjo. 2004. Memelihara Domba. PT. Kanisius. Yogyakarta.
Multatuli. 2006. Penyuluhan Pertanian. PT. Kanisius. Yogyakarta.
Marlia. 2007. Upaya Pengembangan Sapi Potong. Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan Cinegara. Ciawi-Bogor.
Newmen. 1999. Analisa Usaha Agribisnis. Departemen Pertanian. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. Pusat Pembinaan Pendidikan Pertania. Jakarta.
Nawawi. 2005. Metode Penelitian Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Nurul. 2006. Kelompok Tani Pemula. Sinar Tani. Bogor.
Niki Nismart. 2007. Pengembangan Sapi Potong. Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan Cinegara. Ciawi-Bogor.
Prawirodigdo. 2001. Kajian Kemitraan Usaha Ternak Domba Di Kabupaten Temanggung.http://jateng.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=264&Itemid=36.
Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. 2006. Pengembangan Kelompok Tani. Jakarta.
Riyanto. 1991. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta.
Rahardi. 2000. Agribisnis Peternakan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soedarman. 1994. Teori Ekonomi Mikro. BPPE. Yogyakarta.
Saragih. 2000. Metode Penelitian Sosial. Universitas Terbuka. Jakarta.
Soehartono. 2000. Metode Penelitian Sosial. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sodiq. 2002. Penggemukan Domba. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Salamena. J. 2003. Strategi Pemuliaan Ternak Domba Pedaging Di Indonesia. http://tumoutou.net/6_sem2_023/jerry_salamena.htm.
Slamet. 2003. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.
Suharno dan Amri. 2003. Beternak Itik Secara Intensif. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono. 2005. Teori-Teori Psikologis Sosial. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Shappard. 2005. Teori-Teori Psikologis Sosial. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Setiana. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. PT. Ghalia Indonesia Anggota IKAPI. Bogor.
Syairani. 2006. Analisis Pendapatan Usaha Tani. Laporan Karya Ilmiah Penugasan Akhir. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan. Magelang.
Susilorini, Sawitri, Muharlien. 2007. Budi Daya 22 Ternak Potensial. PT. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta.
Sugeng. B. 2007. Beternak Domba. PT. Penabar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta.
Sudarmono dan Sugeng. 2007. Beternak Domba. PT. Penabar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta.
Setiadi dan Muryanto. 2006. Sukses Beternak Kambing dan Domba. PT. Papas Sinar Sinati. Jakarta.
Walgito. 1987. Psikologis Sosial. Andi. Yogyakarta.
Wiriaatmadja. 1990. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Zainal. 1999. Analisis Usaha Agribisnis. Departemen Pertanian Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian Pusat Pembinaan Pendidikan Pertanian. Jakarta.
Lampiran 1. Identitas Petani Peternak
CONTOH KUISIONER UNTUK PETANI TERNAK
I. Identitas Rrsponden
Nama Petani :---------------------------------------
Umur Petani :---------------------------------------
Pendidikan Terakhir :---------------------------------------
Kegiatan Usaha :---------------------------------------
Alamat :---------------------------------------
Lamanya Usaha :---------------------------------------
Lahan :
1) Luas tanah yang digarap :-----------------------------
2) Tanah milik :-----------------------------
3) Tanah sewa :-----------------------------
4) Sewa yang dibayar : Rp.-------------- Minggu/bulan/tahun
5) Nilai sewa yang berlaku :----------------------------
6) Keadaan tanah :
a) Tanah sewa : -------- status-------------
b) Tanah tegalan :--------- status-------------
Jumlah anggota keluarga : ......................... orang
Jumlah kepemilikan ternak domba : ........................
Jantan : .............. ekor
Betina : .............. ekor
Anak : ...............ekor
Jumlah : ...............ekor
Tujuan pemeliharaan domba : a. Produksi daging dan susu
b. Produksi lainnya
Lampiran 2. Lembar Pertanyaan
II. Aspek Teknis
1. Lama bapak/ibu memelihara ternak domba ?
a. 2 tahun
b. 3 tahun
c. 4 tahun keatas
2. Jenis ternak domba yang bapak/ibu pelihara ?
a. Domba ekor tipis
b. Domba ekor gemuk
c. Domba garut
3. Jenis pakan hijauan yang bapak/ibu berikan?
Jenis pakan
|
Kebutuhan
| |
Jumlah (kg)
|
Harga (Rp)
| |
1. Rumput-rumputan
2. Daun-daunan
3. Konsentrat
|
……………..Kg
……………..Kg
……………..Kg
|
Rp. ……………
Rp. …………...
Rp. ……………
|
4. Jenis konsentrat yang bapak/ ibu berikan ?
Jenis kosentrat
|
Kebutuhan
| |
Jumlah (kg)
|
Harga (Rp)
| |
1. Dedak padi
2. Dedak jagung
3. Bungkil kedelai
4. Lain-lain
|
…………Kg
…………Kg
…………Kg
…………Kg
|
Rp. ………….
Rp. …………
Rp. …………
Rp…………..
|
5. Jenis mineral yang bapak/ibu berikan ?
Jenis mineral
|
Kebutuhan
| |
Dosis (cc/g/kg)
|
Harga (Rp)
| |
1. Garam
2. Tepung ikan
3. …………….
|
……………..gram/Kg
……………..gram/Kg
……………..gram/Kg
|
Rp. …………
Rp. …………
Rp ………….
|
6. Jenis vitamin yang bapak/ibu berikan?
Jenis vitamin
|
Kebutuhan
| |
Dosis (cc/g/kg)
|
Harga (Rp)
| |
1. Vitamin B kompleks
2. Vitamin D
3. ……………..
|
2 gram
2 gram
……………
|
Rp. ………….
Rp …………..
Rp. ………….
|
7. Jenis obat-obatan yang sering bapak/ibu berikan ?
Jenis obat-obatan
|
Kebutuhan
| |
Dosis (cc/g/kg)
|
Harga (Rp)
| |
1. Obat cacing
2. ………….
3. ………….
|
…………….
……………
……………
|
Rp. ………….
Rp …………..
Rp …………..
|
8. Pelayanan kesehatan dan obat-obatan selama pemeliharaan domba ?
9. Ciri-ciri domba yang baik ?
10. Fungsi kandang yang baik ?
11. Luas kandang yang digunakan dalam pemeliharaan ? ......... m2
Lebar : ........... m2
Panjang : ........ m2
12. Bangunan kandang terbuat dari ?
13. Biaya total pembuatan kandang tersebut ? Rp. ………….
14. Dari mana bapak/ibu mendapatkan permodalan kelompok ?
a. Modal sendiri
b. Modal pinjaman dari bank
c. Modal iuran
15. Tanah yang digunakan untuk memelihara domba ?
a. Milik sendiri
b. Sewa
16. Biaya sewa tanah dibayar ?
a. Satu tahun sekali
b. Satu kali periode
17. Bapak/ibu melakukan penjualan ternak domba?
a. Dijual langsung ke blantik dan jagal
b. Pasar hewan
18. Harga ternak domba ?
19. Penghasilan sampingan ?
a. Ada
b. Tidak
c. Belum
20. Kotoran domba diolah dan dijual ?
III. Aspek Sosial
1. Bapak/ibu juga anggota kelompok tani ?
a. Ya
b. Tidak
c. belum
2. Bapak/ibu menjadi anggota kelompok tani ?
3. Bapak/ibu mengadakan iuran kelompok tani ?
4. Berapa kali sekali mengadakan iuran kelompok tani bapak/ibu ?
5. Bapak/ibu mengadakan kerja sama dengan koperasi ?
Lampiran 3. Lembar Analisis
IV. Aspek Ekonomi
A. Investasi
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Bangunan kandang
Ternak
-. Domba betina
-. Domba jantan
Instalasi listrik
Instalasi air
Tenaga kerja
Pakan
-. Hijauan
-. Konsentrat
Peralatan
-. Garpu
-. Sekop
-. Sabit
-. Ember
-. Sapu lidi
-. Selang
-. Pipa
-. Kran
-. Tali
Obat-obatan
-. Vitamin
-. Obat cacing
-. Antibiotik
Biaya penunjang
-. Rekening listrik
-. Air
Biaya lain
-. Sumbangan
-. Zakat
-. Administrasi
-. Tak terduga
Pajak
|
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
-----------------
|
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
----------------------
|
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
---------------
|
Jumlah
|
---------------
|
B. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Uraian
|
Harga Awal
|
Harga Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Peralatan Kandang
a. ........................
b. .......................
c. .......................
d. ......................
e. ......................
Tenaga Kerja
|
......................
......................
......................
......................
......................
......................
|
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
|
............
............
............
............
............
|
...................
...................
...................
...................
...................
|
Jumlah
|
...................
|
C. Biaya tidak tetap (variabel Cost)
Uraian
|
Jumlah
|
Umur
|
Harga satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Domba betina
Domba jantan
Pakan
Obat-obatan
|
...............
...............
...............
...............
...............
...............
...............
|
.........
.........
.........
.........
.........
.......
|
............................
............................
............................
............................
............................
............................
............................
|
........................
........................
........................
........................
........................
........................
........................
|
Jumlah
|
........................
|
Lampiran 4. Struktur Organisasi Kelompok Perum Ternak Domba Indah Sumber Rejo I
Lampiran 5. Analisis Ekonomi
a. Investasi
| |||||||||||||||||||
Nama Responden
|
Kandang
|
Domba
|
Pakan
|
Instalasi Listrik
|
Rekaning Listrik
|
Iuran Kelompok
|
Garpu
|
Sekop
|
Sabit
| ||||||||||
Slamet Suparno
|
600.000
|
1.880.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Endang Sudarwati
|
600.000
|
2.350.000
|
851.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Pawit
|
600.000
|
2.900.000
|
985.500
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Erwin
|
600.000
|
2.800.000
|
985.500
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Markoni
|
600.000
|
2.950.000
|
839.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Adnan
|
600.000
|
4.325.000
|
1.314.000
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Ikhsan
|
600.000
|
2.700.000
|
1.007.100
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Mursida
|
600.000
|
2.900.000
|
985.500
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Sumarmi
|
600.000
|
2.900.000
|
985.500
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Sutris
|
600.000
|
2.150.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Zaliatun
|
600.000
|
2.680.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Daliyah
|
600.000
|
3.150.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Yayak
|
600.000
|
2.400.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Wanari
|
600.000
|
2.525.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Solekah
|
600.000
|
3.400.000
|
985.500
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Jamil
|
600.000
|
2.600.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Sunardi
|
600.000
|
3.030.000
|
821.250
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Fatoni
|
600.000
|
2.900.000
|
985.500
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Jumarli
|
600.000
|
3.250.000
|
1.149.750
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Nurul Hidayat
|
600.000
|
3.400.000
|
1.149.750
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
15.000
| ||||||||||
Jumlah
|
12.000.000
|
57.190.000
|
18.794.100
|
150.000
|
17.500
|
600.000
|
45.000
|
96.000
|
300.000
| ||||||||||
Rata-rata
|
600.000
|
2.814.500
|
938.205
|
7.500
|
875
|
30.000
|
2.250
|
4.800
|
16.750
| ||||||||||
Nama Responden
|
Sapu Lidi
|
Selang
|
Pipa
|
Kran
|
Stop Kran
|
Tali Plastik
|
Tenaga kerja
|
Pajak
|
Jumlah
| ||||||||||
Slamet Suparno
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
3.839.400
| ||||||||||
Endang Sudarwati
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.339.400
| ||||||||||
Pawit
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.023.650
| ||||||||||
Erwin
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.923.650
| ||||||||||
Markoni
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.927.400
| ||||||||||
Adnan
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
6.777.150
| ||||||||||
Ikhsan
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.845.250
| ||||||||||
Mursida
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.023.650
| ||||||||||
Sumarmi
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.023.650
| ||||||||||
Sutris
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.109.400
| ||||||||||
Zaliatun
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.639.400
| ||||||||||
Daliyah
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.109.400
| ||||||||||
Yayak
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.359.400
| ||||||||||
Wanari
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.484.400
| ||||||||||
Solekah
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.523.650
| ||||||||||
Jamil
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.559.400
| ||||||||||
Sunardi
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.989.400
| ||||||||||
Fatoni
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.023.650
| ||||||||||
Jumarli
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.537.900
| ||||||||||
Nurul Hidayat
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
5.687.900
| ||||||||||
Jumlah
|
80.000
|
35.000
|
352.000
|
60.000
|
17.000
|
10.500
|
8.400.000
|
600.000
|
98.747.100
| ||||||||||
Rata-rata
|
4.000
|
1.750
|
17.600
|
3.000
|
850
|
525
|
420.000
|
30.000
|
4.890.855
| ||||||||||
Biaya Tetap
b. Penyusutan Kandang
b. Penyusutan Kandang
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Endang Sudarwati
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Pawit
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Erwin
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Markoni
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Adnan
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Ikhsan
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Mursida
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Sumarmi
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Sutris
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Zaliatun
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Daliyah
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Yayak
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Wanari
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Solekah
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Jamil
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Sunardi
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Fatoni
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Jumarli
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Nurul Hidayat
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
Jumlah
|
1.200.000
|
5.000.000
|
100
|
1.400.000
|
Rata-rata
|
600.000
|
250.000
|
5
|
70.000
|
c. Penyusutan Instalasi Listrik
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Endang Sudarwati
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Pawit
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Erwin
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Markoni
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Adnan
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Ikhsan
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Mursida
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Sumarmi
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Sutris
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Zaliatun
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Daliyah
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Yayak
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Wanari
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Solekah
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Jamil
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Sunardi
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Fatoni
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Jumarli
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Nurul Hidayat
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
Jumlah
|
150.000
|
60.000
|
100
|
30.000
|
Rata-rata
|
7.500
|
3.000
|
5
|
1.500
|
d. Penyusutan Garpu
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Endang Sudarwati
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Pawit
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Erwin
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Markoni
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Adnan
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Ikhsan
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Mursida
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Sumarmi
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Sutris
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Zaliatun
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Daliyah
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Yayak
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Wanari
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Solekah
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Jamil
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Sunardi
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Fatoni
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Jumarli
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Nurul Hidayat
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
Jumlah
|
45.000
|
15.000
|
60
|
10.000
|
Rata-rata
|
2.250
|
750
|
3
|
500
|
e. Penyusutan Sekop
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Endang Sudarwati
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Pawit
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Erwin
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Markoni
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Adnan
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Ikhsan
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Mursida
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Sumarmi
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Sutris
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Zaliatun
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Daliyah
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Yayak
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Wanari
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Solekah
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Jamil
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Sunardi
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Fatoni
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Jumarli
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Nurul Hidayat
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
Jumlah
|
96.000
|
50.000
|
60
|
23.000
|
Rata-rata
|
4.800
|
2.500
|
3
|
1.150
|
f. Penyusutan Sabit
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Endang Sudarwati
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Pawit
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Erwin
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Markoni
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Adnan
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Ikhsan
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Mursida
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Sumarmi
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Sutris
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Zaliatun
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Daliyah
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Yayak
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Wanari
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Solekah
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Jamil
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Sunardi
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Fatoni
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Jumarli
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Nurul Hidayat
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
Jumlah
|
300.000
|
150.000
|
40
|
75.000
|
Rata-rata
|
15.000
|
7.500
|
2
|
3.750
|
g. Penyusutan Pipa
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Endang Sudarwati
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Pawit
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Erwin
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Markoni
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Adnan
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Ikhsan
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Mursida
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Sumarmi
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Sutris
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Zaliatun
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Daliyah
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Yayak
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Wanari
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Solekah
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Jamil
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Sunardi
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Fatoni
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Jumarli
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Nurul Hidayat
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
Jumlah
|
352.000
|
150.000
|
60
|
67.320
|
Rata-rata
|
17.600
|
7.500
|
3
|
3.366
|
h. Penyusutan Kran
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Endang Sudarwati
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Pawit
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Erwin
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Markoni
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Adnan
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Ikhsan
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Mursida
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Sumarmi
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Sutris
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Zaliatun
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Daliyah
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Yayak
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Wanari
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Solekah
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Jamil
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Sunardi
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Fatoni
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Jumarli
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Nurul Hidayat
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
Jumlah
|
60.000
|
30.000
|
60
|
10.000
|
Rata-rata
|
3.000
|
1.500
|
3
|
500
|
i. Penyusutan Stop Kran
Nama Responden
|
Nilai Awal
|
Nialai Akhir
|
JUE
|
Penyusutan
|
Slamet Suparno
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Endang Sudarwati
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Pawit
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Erwin
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Markoni
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Adnan
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Ikhsan
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Mursida
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Sumarmi
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Sutris
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Zaliatun
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Daliyah
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Yayak
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Wanari
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Solekah
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Jamil
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Sunardi
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Fatoni
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Jumarli
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Nurul Hidayat
|
850
|
250
|
3
|
300
|
Jumlah
|
17.000
|
5.000
|
60
|
6.000
|
Rata-rata
|
850
|
250
|
3
|
300
|
j. Pajak
Nama Responden
|
Paajak/th
|
Slamet Suparno
|
30.000
|
Endang Sudarwati
|
30.000
|
Pawit
|
30.000
|
Erwin
|
30.000
|
Markoni
|
30.000
|
Adnan
|
30.000
|
Ikhsan
|
30.000
|
Mursida
|
30.000
|
Sumarmi
|
30.000
|
Sutris
|
30.000
|
Zaliatun
|
30.000
|
Daliyah
|
30.000
|
Yayak
|
30.000
|
Wanari
|
30.000
|
Solekah
|
30.000
|
Jamil
|
30.000
|
Sunardi
|
30.000
|
Fatoni
|
30.000
|
Jumarli
|
30.000
|
Nurul Hidayat
|
30.000
|
Jumlah
|
600.000
|
Rata-rata
|
30.000
|
k. Biaya Tidak Tetap
Nama Responden
|
Jumlah Ternak (ekr)
|
Domba
|
Pakan
|
Rekening Listrik
|
Iuran Kelompok
|
Tenaga Kerja
|
Jumlah
|
Slamet Suparno
|
8
|
1.880.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
3.161.750
|
Endang Sudarwati
|
8
|
2.350.000
|
851.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
3.661.750
|
Pawit
|
8
|
2.900.000
|
985.500
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.346.000
|
Erwin
|
8
|
2.800.000
|
985.500
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.246.000
|
Markoni
|
8
|
2.950.000
|
839.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.249.750
|
Adnan
|
8
|
4.325.000
|
1.314.000
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
6.099.500
|
Ikhsan
|
8
|
2.700.000
|
1.007.100
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.167.600
|
Mursida
|
8
|
2.900.000
|
985.500
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.346.000
|
Sumarmi
|
8
|
2.900.000
|
985.500
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.346.000
|
Sutris
|
8
|
2.150.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
3.431.750
|
Zaliatun
|
8
|
2.680.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
3.961.750
|
Daliyah
|
8
|
3.150.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.431.750
|
Yayak
|
8
|
1.400.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
2.681.750
|
Wanari
|
8
|
2.525.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
3.806.750
|
Solekah
|
8
|
3.400.000
|
985.500
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.846.000
|
Jamil
|
8
|
2.600.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
3.881.750
|
Sunardi
|
8
|
3.030.000
|
821.250
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.311.750
|
Fatoni
|
8
|
2.900.000
|
985.500
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.346.000
|
Jumarli
|
7
|
3.250.000
|
1.149.750
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.860.250
|
Nurul Hidayat
|
7
|
3.400.000
|
1.149.750
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
5.010.250
|
Jumlah
|
158
|
56.190.000
|
18.794.100
|
210.000
|
600.000
|
8.400.000
|
84.194.100
|
Rata-rata
|
7,9
|
2.809.500
|
939.705
|
10.500
|
30.000
|
420.000
|
4.209.705
|
l. Output (penjualan/penerimaan) Dalam 1 Tahun
Nama Responden
|
Jumlah Domba (ekr)
|
Penjualan Domba
|
Penjualan Kotoran
|
Jumlah
|
Slamet Suparno
|
5
|
3.950.000
|
3.950.000
| |
Endang Sudarwati
|
5
|
3.800.000
|
170.000
|
3.970.000
|
Pawit
|
6
|
5.200.000
|
150.000
|
5.350.000
|
Erwin
|
6
|
4.900.000
|
150.000
|
5.050.000
|
Markoni
|
5
|
4.400.000
|
160.000
|
4.560.000
|
Adnan
|
8
|
6.875.000
|
170.000
|
7.045.000
|
Ikhsan
|
6
|
4.800.000
|
85.000
|
4.885.000
|
Mursida
|
6
|
4.700.000
|
150.000
|
4.850.000
|
Sumarmi
|
6
|
4.800.000
|
150.000
|
4.950.000
|
Sutris
|
5
|
4.400.000
|
75.000
|
4.475.000
|
Zaliatun
|
5
|
4.350.000
|
150.000
|
4.500.000
|
Daliyah
|
5
|
4.750.000
|
150.000
|
4.900.000
|
Yayak
|
5
|
3.875.000
|
150.000
|
4.025.000
|
Wanari
|
5
|
4.225.000
|
150.000
|
4.375.000
|
Solekah
|
6
|
5.440.000
|
150.000
|
5.590.000
|
Jamil
|
5
|
4.050.000
|
150.000
|
4.200.000
|
Sunardi
|
5
|
4.475.000
|
150.000
|
4.625.000
|
Fatoni
|
6
|
5.300.000
|
150.000
|
5.450.000
|
Jumarli
|
7
|
6.175.000
|
150.000
|
6.325.000
|
Nurul Hidayat
|
7
|
5.975.000
|
150.000
|
6.125.000
|
Jumlah
|
114
|
96.440.000
|
2.760.000
|
99.200.000
|
Rata-rata
|
5,7
|
4.822.000
|
138.000
|
4.960.000
|
m. Output (Keuntungan)
Nama Responden
|
Output (Rp)
|
Input (Rp)
|
Keuntungan
|
Slamet Suparno
|
3.950.000
|
3.272.816
|
677.184
|
Endang Sudarwati
|
3.800.000
|
3.772.816
|
27.184
|
Pawit
|
5.200.000
|
4.457.066
|
742.934
|
Erwin
|
4.900.000
|
4.357.066
|
542.934
|
Markoni
|
4.400.000
|
4.360.816
|
39.184
|
Adnan
|
6.875.000
|
6.210.566
|
664.434
|
Ikhsan
|
4.800.000
|
4.278.666
|
521.334
|
Mursida
|
4.700.000
|
4.457.066
|
242.934
|
Sumarmi
|
4.800.000
|
4.457.066
|
342.934
|
Sutris
|
4.400.000
|
3.542.816
|
857.184
|
Zaliatun
|
4.350.000
|
4.072.816
|
277.184
|
Daliyah
|
4.750.000
|
4.542.816
|
207.184
|
Yayak
|
3.875.000
|
3.792.816
|
82.184
|
Wanari
|
4.225.000
|
3.917.816
|
307.184
|
Solekah
|
5.440.000
|
4.957.066
|
482.934
|
Jamil
|
4.050.000
|
3.992.816
|
57.184
|
Sunardi
|
4.475.000
|
4.422.816
|
52.184
|
Fatoni
|
5.300.000
|
4.457.066
|
842.934
|
Jumarli
|
6.175.000
|
4.971.316
|
1.203.684
|
Nurul Hidayat
|
5.975.000
|
5.121.316
|
853.684
|
Jumlah
|
96.440.000
|
87.415.420
|
9.024.580
|
Rata-rata
|
4.822.000
|
4.370.771
|
451.229
|
n. Total Output (keuntungan)
Nama Responden
|
Outpu (Rp)
|
Input (Rp)
|
Keuntungan (Rp)
|
Slamet Suparno
|
3.950.000
|
3.272.816
|
677.184
|
Endang Sudarwati
|
3.970.000
|
3.772.816
|
197.184
|
Pawit
|
5.350.000
|
4.457.066
|
892.934
|
Erwin
|
5.050.000
|
4.357.066
|
692.934
|
Markoni
|
4.560.000
|
4.360.816
|
199.184
|
Adnan
|
7.045.000
|
6.210.566
|
834.434
|
Ikhsan
|
4.885.000
|
4.278.666
|
606.334
|
Mursida
|
4.850.000
|
4.457.066
|
392.934
|
Sumarmi
|
4.950.000
|
4.457.066
|
492.934
|
Sutris
|
4.475.000
|
3.542.816
|
932.184
|
Zaliatun
|
4.500.000
|
4.072.816
|
427.184
|
Daliyah
|
4.900.000
|
4.542.816
|
357.184
|
Yayak
|
4.025.000
|
3.792.816
|
232.184
|
Wanari
|
4.375.000
|
3.917.816
|
457.184
|
Solekah
|
5.590.000
|
4.957.066
|
632.934
|
Jamil
|
4.200.000
|
3.992.816
|
207.184
|
Sunardi
|
4.625.000
|
4.422.816
|
202.184
|
Fatoni
|
5.450.000
|
4.457.066
|
992.934
|
Jumarli
|
6.325.000
|
4.971.316
|
1.353.684
|
Nurul Hidayat
|
6.125.000
|
5.121.316
|
1.003.684
|
Jumlah
|
99.200.000
|
87.415.420
|
11.784.580
|
Rata-rata
|
4.960.000
|
4.370.771
|
589.229
|
o. Break Even Point (BEP) Harga
Nama Responden
|
Total Cost
|
Total Produksi (ekor)
|
BEP
|
Slamet Suparno
|
3.272.816
|
8
|
409.102
|
Endang Sudarwati
|
3.772.816
|
8
|
471.602
|
Pawit
|
4.457.066
|
8
|
557.133
|
Erwin
|
4.357.066
|
8
|
544.633
|
Markoni
|
4.360.816
|
8
|
545.102
|
Adnan
|
6.210.566
|
8
|
776.321
|
Ikhsan
|
4.278.666
|
8
|
534.833
|
Mursida
|
4.457.066
|
8
|
557.133
|
Sumarmi
|
4.457.066
|
8
|
557.133
|
Sutris
|
3.542.816
|
8
|
442.852
|
Zaliatun
|
4.072.816
|
8
|
509.102
|
Daliyah
|
4.542.816
|
8
|
567.852
|
Yayak
|
3.792.816
|
8
|
474.102
|
Wanari
|
3.917.816
|
8
|
489.727
|
Solekah
|
4.957.066
|
8
|
619.633
|
Jamil
|
3.992.816
|
8
|
499.102
|
Sunardi
|
4.422.816
|
8
|
552.852
|
Fatoni
|
4.457.066
|
8
|
557.133
|
Jumarli
|
4.971.316
|
7
|
710.188
|
Nurul Hidayat
|
5.121.316
|
7
|
731.617
|
Jumlah
|
87.415.420
|
158
|
11.107.153
|
Rata-rata
|
4.370.771
|
7,9
|
555.358
|
p. Break Even Point (BEP) Hasil/Output
Nama Responden
|
Total Cost
|
Produksi (ekor)
|
BEP
|
Slamet Suparno
|
3.272.816
|
5
|
654.563
|
Endang Sudarwati
|
3.772.816
|
5
|
754.563
|
Pawit
|
4.457.066
|
6
|
742.844
|
Erwin
|
4.357.066
|
6
|
726.178
|
Markoni
|
4.360.816
|
5
|
872.163
|
Adnan
|
6.210.566
|
8
|
776.321
|
Ikhsan
|
4.278.666
|
6
|
713.111
|
Mursida
|
4.457.066
|
6
|
742.844
|
Sumarmi
|
4.457.066
|
6
|
742.844
|
Sutris
|
3.542.816
|
5
|
708.563
|
Zaliatun
|
4.072.816
|
5
|
814.563
|
Daliyah
|
4.542.816
|
5
|
908.563
|
Yayak
|
3.792.816
|
5
|
758.563
|
Wanari
|
3.917.816
|
5
|
783.563
|
Solekah
|
4.957.066
|
6
|
826.178
|
Jamil
|
3.992.816
|
5
|
798.563
|
Sunardi
|
4.422.816
|
5
|
884.563
|
Fatoni
|
4.457.066
|
6
|
742.844
|
Jumarli
|
4.971.316
|
7
|
710.188
|
Nurul Hidayat
|
5.121.316
|
7
|
731.617
|
Jumlah
|
87.415.420
|
114
|
15.393.201
|
Rata-rata
|
4.370.771
|
5,7
|
769.660
|
q. Benefit Cost Ratio (BCR)
Nama Responden
|
BCR
|
Slamet Suparno
|
1,207
|
Endang Sudarwati
|
1,007
|
Pawit
|
1,167
|
Erwin
|
1,125
|
Markoni
|
1,009
|
Adnan
|
1,107
|
Ikhsan
|
1,122
|
Mursida
|
1,055
|
Sumarmi
|
1,077
|
Sutris
|
1,242
|
Zaliatun
|
1,068
|
Daliyah
|
1,046
|
Yayak
|
1,022
|
Wanari
|
1,078
|
Solekah
|
1,097
|
Jamil
|
1,014
|
Sunardi
|
1,012
|
Fatoni
|
1,189
|
Jumarli
|
1,242
|
Nurul Hidayat
|
1,167
|
Jumlah
|
22,052
|
Rata-rata
|
1,10
|
r. Return On Investment
Nama Responden
|
ROI
|
Slamet Suparno
|
17.64
|
Endang Sudarwati
|
0.63
|
Pawit
|
14.79
|
Erwin
|
11.03
|
Markoni
|
0.80
|
Adnan
|
9.80
|
Ikhsan
|
10.76
|
Mursida
|
4.84
|
Sumarmi
|
6.83
|
Sutris
|
20.86
|
Zaliatun
|
5.97
|
Daliyah
|
4.05
|
Yayak
|
1.89
|
Wanari
|
6.85
|
Solekah
|
8.74
|
Jamil
|
1.25
|
Sunardi
|
1.05
|
Fatoni
|
16.78
|
Jumarli
|
21.74
|
Nurul Hidayat
|
15.01
|
Jumlah
|
181.29
|
Rata-rata
|
9.06
|
Lampiran 6. Dokumentasi
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://prodipplk.blogspot.com/2015/10/analisis-pendapatan-usaha-ternak-domba.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar